12

Jameela mengambil nafas dalam-dalam melalui hidung, kemudian mengeluarkannya kembali lewat mulut. kenangan itu begitu menyesakkan dada hari di mana dia menyaksikan sang suami meregang nyawa di pelukannya. bahkan sampai saat ini tubuh Jameela masih sering bergetar jika mengingatnya.

ada perasaan tidak ikhlas bahwa suaminya yang yang sangat dicintainya telah meninggalkannya.terkadang dia masih tidak percaya, walaupun sudah sekian lama. terkadang dia merasa bahwa suaminya masih berada di sampingnya mendampinginya dalam setiap langkahnya,

terkadang dia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa suaminya telah pergi meninggalkannya. meninggalkan anaknya yang masih sangat membutuhkan kasih sayangnya. walaupun Ega adalah sosok seorang anak yang bisa dibilang mandiri, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa Ega tetap membutuhkan kasih sayang seorang ayah. terkadang pernah Jameela melihat Ega putranya menangis di setiap akhir ibadahnya.

tetapi hidup ini harus tetap berjalan. itulah yang dia yakini. dia harus tetap tegar demi putranya yang sangat membutuhkannya. dia sadar bahwa kepergian suaminya harus diikhlaskannya.

" lalu Apakah Bintang akan tetap berada di tempat ini selamanya?!" tanya Jameela. dia juga merasa gusar. anak sekecil itu yang semestinya bisa merasakan kebahagian hidup berdampingan dengan orang tuanya, malah harus hidup di tempat terpencil.

kalau saja Bintang memang adalah berasal dari tempat itu mungkin tidak akan terlalu masalah. akan tetapi Bintang sudah terbiasa hidup dengan keadaan serba mewah sebelumnya.

walaupun Jameela juga tahu, bahwa sejak kecil Bintang memang memiliki sikap rendah hati dan tidak pernah menonjolkan kemewahannya. Bintang kecil juga seorang anak yang santun.

tentu saja Jameela tahu tentang semua masa kecil Bintang. karena Bintang dan Ega putranya bersekolah di tempat yang sama. karena memang usia Antara Bintang dan Ega hanya berselisih kurang lebih enam bulan saja. bahkan Jameela dan Susi sering menjemput anak-anak mereka bersamaan.

" Tentu saja tidak. aku tidak mungkin membiarkan putriku selamanya berada di tempat ini. setelah aku berhasil mengungkap dan menghukum orang yang mengincar kehancuran keluargaku, pasti aku akan menjemput Bintang untuk kembali!" jawab Dirga. sesungguhnya dia juga merasa gundah. dia sedih. sesungguhnya dia juga merasa tidak rela, karena dia harus terpisah dari putrinya. keluarganya yang hanya tinggal satu satunya.

"Hahh.. !"

"Hufhh..!"

tanpa sadar keduanya membuang nafas kasar secara bersamaan.

" Ya sudah kalau begitu Mas aku harus segera ke tempatku bekerja. sekarang sudah waktunya shift ku!" Jameela mengambil inisiatif untuk mengakhiri pembicaraan lebih dahulu.

"Baiklah ,Jaga dirimu baik-baik!" ucap Dirga. " mungkin setelah ini aku akan sering berkunjung ke desa ini!" lanjutnya yang hanya diucap dalam hati.

setelah itu Jameela berpamitan pada Bintang, dan bergegas kembali untuk masuk ke dalam klinik. Di mana tempat dia bekerja.

*

Tujuh tahun kemudian...

di salah satu sudut sebuah bangunan yang merupakan areal lingkungan sekolah menengah atas, yang sebagian besar siswa siswinya merupakan anak-anak dari kaum elit, bangsawan dan konglomerat.

" aku benar-benar tidak menyukai anak itu. bisa sekolah karena beasiswa saja belagunya minta ampun!!" celetuk.seorang siswi berseragam putih abu abu, berwajah menor.

" Iya aku juga nggak suka. kalian ngerasa nggak sih kalau dia itu hanya ingin mencari perhatian dari Kak Ega saja?!" seorang siswi lainnya ikut menimpali.

"Aku juga merasa kayak gitu. mentang-mentang dia selalu dibela oleh Kak Ega, dia jadi berani membangkang sama kita-kita!"

" itu benar dia satu-satunya yang berani melawanku. lihat saja dia, aku pasti akan mempermalukannya di depan Kak Ega. aku akan membuat Kak Ega hilang respek padanya!" ancam seorang gadis yang di dadanya tertulis nama Vania. tampaknya dia adalah ketua dari Genk cewek cewek sosialita tersebut.

sementara itu di dalam perpustakaan...

"Kau masih juga mengerjakan pekerjaan rumah milik mereka?" seorang gadis dengan nama Putri tertulis di dadanya menghampiri seorang temannya yang masih sibuk dengan buku-buku di hadapannya.

dia adalah Putri, BINTANG PUTRI WIJAYA , putri dari Dirga Wijaya yang sedang dalam penyamaran identitas, Dia berada di sekolah tersebut, menimba ilmu di sana dengan status sebagai siswa penerima beasiswa. Tak ada seorangpun yang tahu bahwa dia adalah Putri seorang Dirga Wijaya kecuali dia dan kepala sekolah.

"Iya Putri... Memangnya apa lagi yang bisa aku lakukan, aku hanya bisa menuruti mereka, kalau tidak mereka akan semakin mempersulit hidupku di sekolah ini!" jawab gadis bernama Lusi, sambil tetap fokus mengerjakan tugas-tugas di dalam buku-buku tersebut tanpa menoleh ke arah Bintang.

Lusi dan Bintang sama-sama berstatus sebagai seorang siswi penerima beasiswa di sekolah tersebut. bedanya adalah Lusi benar-benar merupakan seorang anak yg berasal dari keluarga yang tidak mampu.

"Berikan buku-buku itu padaku!" tanpa menunggu jawaban dari Lusi, Bintang sudah menarik buku yang ada di hadapan Lusi. kemudian mencorat-coret lembar demi lembar tugas dalam buku tersebut, yang telah diisi jawaban oleh Lusi.

"Putri , apa yang kau lakukan??!" pekik Lusi yang terkesiap kaget melihat Apa yang dilakukan oleh Putri alias Bintang. bibir Lusi sampai bergetar melihat hal itu. Dia merasa bahwa dirinya sedang berada dalam masalah

" Apa kau tahu Putri? kau tidak hanya menciptakan masalah untukku, tapi juga untuk dirimu sendiri. mereka pasti tidak akan tinggal diam dengan apa yang kamu lakukan!" omel Lusi yang merasa frustasi.

" lalu apa kau akan membiarkan dirimu terus-menerus diperbudak oleh mereka? Apa kau tidak ingin melawan sedikit saja?!" Bintang menatap tajam ke arah Lusi.

"kau tidak tahu apa-apa Putri! kau tidak tahu mereka! mereka itu akan terus mempersulit hidupku jika aku tidak menurut pada mereka!" Lusi berteriak frustasi.

"Aku tahu Lusi , dan justru karena aku tahu, aku ingin kau bangkit" bantah Bintang. "jika kau terus-menerus menurut, apa kau pikir mereka akan berhenti mengganggumu??!! tidak sama sekali Lusi, justru semakin kamu diam, dan semakin kamu menurut, maka akan semakin pula mereka menindas dirimu!!" Bintang tidak menyukai sikap Lusi yang menurutnya terlalu lemah.

"satu hal yang harus kau ingat Lusi! kau boleh saja tidak punya uang! kau boleh saja tidak punya harta benda! tapi jangan sampai kau tidak punya harga diri!! jangan sampai membiarkan orang lain menginjak-injak harga dirimu! Apa kau paham hal itu?!" Bintang mencoba memotivasi agar Lusi bisa sedikit lebih berani.

"dan juga menurutmu apa yang akan terjadi dengan ibumu? Apa yang dirasakan oleh Beliau jika beliau tahu bahwa di sekolah tempat kamu menimba ilmu ini, kamu hanya membiarkan dirimu dijadikan seorang budak? Apa kamu pikir ibumu akan bahagia? apa menurutmu ibumu akan bahagia??!"

"Aku tahu itu Putri, aku tahu apa yang kamu maksud. tapi masalahnya kamu tidak tahu. seandainya saja aku bisa melawan sepertimu seandainya saja aku punya kekuatan, tentu aku tidak hanya akan tinggal diam saja!" Lusi berbicara nyaris menangis. dia juga tidak ingin ibunya mengetahui hal tersebut.

"punya kekuatan atau tidak, itu bergantung pada dirimu sendiri Lusi, jika kamu terus-menerus menjadi lemah, maka selamanya Kau akan tetap lemah. jika kau tidak berusaha untuk bangkit, maka selamanya Kau akan tetap diinjak-injak!"

Lusi menatap sendu ke arah Bintang. sosok gadis itu, gadis yang sangat biasa sangat sederhana, tidak berhias menor seperti teman-teman lainnya. Bintang juga tidak memakai perhiasan. Bintang bahkan berkacamata tebal. Bintang hanya seorang gadis biasa-biasa saja di hadapan orang lain. akan tetapi entah kenapa bagi Lusi, Bintang seakan memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang lain.

memang seperti itulah penampakan Bintang. bisa saja Bintang memakai perhiasan atau apapun seperti yang dipakai oleh teman-temannya lain. bisa saja bintang berhias. bisa saja bintang berpenampilan seperti mereka kaum geng sosialita.

bahkan kalau bintang mau dia juga bisa minta dibelikan mobil oleh ayahnya seperti teman-teman sosialita itu. akan tetapi kenyataannya bintang tidak mau, Bintang bahkan memilih pulang pergi naik angkot.

walaupun tidak ada seorangpun yang tahu bahwa mobil yang tampak dari luar seperti mobil angkot tersebut. sebenarnya adalah mobil mewah yang dirancang khusus menyerupai angkot.

Bintang juga tidak tinggal di rumah mewah ayahnya , melainkan memilih tinggal di tempat kost yang tidak terlalu jauh dari sekolah.

bintang merasa bahwa dirinya lebih nyaman berpenampilan, dan dengan kehidupan seperti itu.

dengan penampilan dan kehidupannya yang seperti itu membuat Bintang merasa bahwa dia bisa menilai bagaimana orang bersikap terhadapnya. dia bisa menilai siapa yang benar-benar tulus berteman dengannya. dengan penampilannya yang seperti itu dia tidak harus berhadapan dengan para penjilat.

*

Terpopuler

Comments

FT. Zira

FT. Zira

cerdas

2024-11-08

0

FT. Zira

FT. Zira

setujuuuu

2024-11-08

0

FT. Zira

FT. Zira

ahh maksudnya Ega yg selalu Mami sebut di GC tuh anak Mila ya?

2024-11-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!