"Tuan..!! Putri Anda dia pingsan!!" di tengah hatinya yang pilu menangisi kepergian istrinya, seorang perawat berteriak memanggilnya, dan memberitakan tentang kondisi putrinya.
Dirga bingung harus bagaimana. Di satu sisi adalah istrinya yang pergi. Di satu sisi lagi putrinya juga sedang membutuhkan dirinya. Dirga tidak ingin meninggalkan istrinya, tapi dia juga tidak bisa mengabaikan putrinya.
Lalu bagaimana sekarang? Bisakah Dia meminta kepada Tuhan agar tubuhnya dibelah dua, agar dia tetap bisa menunggu istrinya dan juga mendampingi putrinya dalam waktu yang bersamaan. Tapi sayang, jawabannya adalah tidak.
Pada akhirnya Dirga harus memilih. Dia beranjak dari tempat istrinya berbaring, kemudian segera melangkahkan kakinya, sambil.mengusap airmata menggunakan lengannya yang masih berbalut jas hitam. Mana ada pikiran untuk mengambil sapu tangan yang selalu tersimpan di saku celana. Berlari keluar dan kembali ke ruang putrinya tadi dirawat.
Dirga tahu dia telah kehilangan, Dirga hanya mencoba untuk tetap sadar. mencoba untuk tetap waras, menangis sekencang apapun yang telah pergi tetap tak kan kembali. Sekarang hanya tinggal putrinya. Dan dia tak ingin harta satu satunya itupun hilang.
"Putri Anda benar-benar syok!! kami belum berhasil mengajaknya berbicara!" tutur seorang dokter yang tadi menangani putrinya.
"Ini Ayah nak, bangun nak, bangun sayang! jangan seperti ini. Kamu harus kuat, Sayang. Kita harus kuat. Hanya tinggal kita berdua di sini. Ibu pergi , Nenek pergi, Kakek juga pergi. Hanya kamu yang ayah miliki sekarang."
"Tolong jangan terjadi apapun pada dirimu, Sayang. Ayah tidak yakin ayah akan sanggup berdiri Jika sesuatu terjadi padamu. Ayo bangun berikan kekuatan pada Ayah!" Dirga terus meracau menangis sambil memeluk tubuh putrinya.
Dirga benar-benar terpukul dengan apa yang terjadi di hadapannya. Tetapi dia juga tidak boleh lemah masih ada putrinya yang sangat membutuhkannya. Mengusap air matanya Dirga bangkit berdiri kemudian mengambil ponsel yang tersimpan di saku celananya
"Datanglah ke Rumah Sakit Bhakti Husada!" perintah Dirga pada seseorang di seberang sana yang tak lain adalah sekretaris Kevin.
Harus ada yang mengurus para jenazah. sedangkan dia sendiri harus mengurus putrinya. Dirga mencoba kuat. Dirga mencoba bertahan. Walau seberat apapun dia tetap harus bangkit. Dia harus tetap baik-baik saja. Di antara kepergian orang-orang yang dia tangisi, masih ada putrinya. Yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
🍀🍀🍀
"Permisi tuan Dirga, polisi mengatakan ada sesuatu yang harus disampaikan kepada Anda." Seorang perawat mendatangi kamar rawat inap Bintang di mana Dirga sedang berada di sana untuk menemani putrinya.
"Baiklah, saya akan ke sana!" Dirga mengusap air matanya kemudian menoleh ke arah dokter.
"Jaga putriku baik-baik! Aku akan segera kembali!" ucapnya kemudian berlalu. Dia memang harus segera membereskan segalanya. Dia Tak Ingin semuanya menjadi berlarut-larut.
"Ada apa?!" tanya Dirga begitu dia sudah berhadapan dengan dua orang polisi yang mengawal kasus Kecelakaan yang dialami oleh keluarganya.
"Yang dialami oleh keluarga Anda bukanlah kecelakaan biasa. Ada indikasi kesengajaan di sana. Hasil pemeriksaan kami menemukan rem yang sengaja dibuat blong dengan cara memutus kabelnya!" lapor polisi kepada Dirga.
Dirga terbelalak tak percaya dengan apa yang didengarnya dari dua polisi tersebut. Dia pikir istri dan keluarganya memang benar mengalami kecelakaan. Tidak diduga jika memang ada yang berniat jahat kepada keluarganya.
"Menurut Anda apakah ada seseorang yang layak menjadi kecurigaan Anda?!" tanya polisi.
"Dalam dunia bisnis semua siapapun bisa menjadi lawan. Bahkan jika kita tidak membuat masalah dengan mereka sekalipun. Terkadang rasa iri membuat orang yang tadi adalah kawan berubah menjadi lawan. Selidiki kasus ini secara benar. Dan aku ingin orang yang telah melakukan hal ini dihukum seberat-beratnya.!"
"Tangkap pelaku! tapi aku tidak mau pelaku dibawa ke penjara. Serahkan pelaku padaku! Aku yang akan memberikan hukuman padanya! Aku telah kehilangan semua keluargaku! Akulah yang akan membuatnya mati enggan hidup pun tak mau. aku yang akan berubah menjadi malaikat maut untuknya!"
Semua yang berada di ruangan tersebut bergidik ngeri mendengar perkataan Dirga. Apalagi melihat wajahnya yang mengeras dan juga matanya yang memancarkan sorot menyala mengerikan
"Pak Polisi ..!" Seorang perawat yang datang tiba-tiba membuat Dirga dan dua orang polisi serta dokter yang berada di tempat tersebut menoleh ke arahnya.
"Pasien yang disinyalir sebagai anak jalanan yang ikut menjadi korban di pinggir jalan dinyatakan meninggal!!" ucap suster tersebut.
"Apa maksudnya? Apakah ada korban lain setelah selain keluargaku dalam kecelakaan ini?" tanya Dirga Yang memang belum Mendengar secara menyeluruh tentang kecelakaan tersebut.
"Seorang anak perempuan kira-kira berusia tujuh tahun menjadi korban akibat terseret mobil. Karena pada saat itu posisinya sedang berada di pinggir jalan untuk meminta-minta. Tidak ada identitas apapun yang melekat padanya sehingga kami kesulitan untuk mengetahui siapa keluarganya!" salah seorang polisi yang memberikan keterangan.
Otak Dirga yang memang terbiasa menghadapi bermacam intrik, langsung saja berputar cepat. Jika ada yang berniat mencelakakan keluarganya, bukan tidak mungkin suatu saat putrinya juga akan menjadi incaran. Lalu kemudian dia segera membuat keputusan.
"Keluarkan berita yang menyatakan jika seluruh keluargaku tewas dalam kecelakaan termasuk juga putriku. dan anak jalanan yang dimaksud, sertakan dia di pemakaman bersama dengan keluargaku!" titah Dirga
"Maafkan kami, Tuan Dirga. Maksud Anda adalah?"
"Lakukan seperti apa yang Aku perintahkan! Akui anak jalanan itu sebagai keluargaku! Dan ikut makamkan dengan keluargaku! Sembunyikan identitas putriku! Buat seolah-olah putriku ikut tewas dalam kecelakaan tersebut!!" Dirga tak lagi tanpa mau dibantah.
"Kami akan melakukannya Tuan!!" jawab polisi dan dokter serempak.
"Jangan sampai identitas putriku terbocor keluar! Jika tidak rumah sakit ini yang akan menanggung akibatnya!" ancam Dirga
"Kami paham!" sahut dokter mengangguk. Siapa yang berani berurusan dengan Dirga Wijaya? Tidak ada, kecuali jika dia sudah bosan hidup.
Setelah mengeluarkan ultimatumnya, Dirga membalikkan badannya segera berlalu dari tempat itu untuk kembali ke tempat putrinya dirawat. Mengurusi putrinya lebih penting daripada mengurusi orang yang telah menghancurkan hidupnya.
🍀🍀🍀
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (QS. Al Ankabut: 57)."
Begitupun dengan orang orang yang di cintai oleh Dirga. Sedalam apapun dia mencintai dia tetap harus merelakan, Melepaskan untuk kembali pada_Nya.
Disinilah kesombongan tak lagi berlaku. Harta benda dan tahta yang dimilikinya tak mampu membeli kehidupan, tak mampu menjadi penahan kepergian orang yang dia cintai.
🌷🌷🌷
"Tuan ada dua orang polisi di depan mencari Anda!" lapor Rani kepada Dirga yang saat itu sedang menemani Bintang yang baru saja bisa ditenangkan.
Baru saja Dirga hendak mengambil nafas. Acara pemakaman baru saja selesai. Para pelayat baru saja pulang. Dirinya sudah mulai harus menghadapi hal-hal yang membuat kepalanya terasa mau pecah.
"Ya Tuhan semoga aku bisa tetap waras!"
Masalah apalagi yang datang sekarang? Kenapa tidak bisa membiarkannya tenang sebentar saja.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
FT. Zira
di buat mewek lagi sekarang
2024-10-15
0
FT. Zira
aku sedih di awal.. tapi baca bagian ini pengen ketawa
2024-10-15
0
zian .
ya Allah kasiman bnget dirga..ini serius susi mninggoy ..kira"siapa yng mnyabotase rem mobilnya..
2024-09-29
1