Maya dan Aisya menghabiskan hari itu dengan cemas. Mereka berusaha tetap tenang dan mengalihkan perhatian dengan rutinitas sehari-hari, tetapi bayang-bayang ancaman Bu Ratna dan Andi terus menghantui mereka.
Aisya adalah anak yang sangat terkena dampak dari setiap kejadian yang dialami di rumah ini. Sejak keributan pagi tadi, Aisya mengurung diri dikamar. Aisya takut untuk keluar kamar.
Maya bahkan harus membawakan makan siang ke dalam kamar Aisya dan berkali-kali menenangkannya.
"Aisya. Kamu sudah sholat ashar?" Tanya Maya sembari masuk ke dalam kamar Aisya.
Di dalam, Aisya terlihat sedang duduk menatap ke arah jendela dengan pandangan yang penuh keresahan dan ketakutan. Ia melirik ke wajah Maya. Ibu angkatnya yang selalu melindunginya.
"Belum Bu." Jawabnya, suaranya bergetar.
"Kita solat jamaah di kamar kamu saja ya." Maya mengerti, kondisi mental Aisya saat ini jelas sangat terpukul.
Maya sangat merasa bersalah karena sudah membawa Aisya ke dalam kehidupannya yang semakin mengerikan.
Sebelumnya, Andi tidak pernah melakukan kekerasan seperti yang terjadi pagi tadi. Tadi adalah kali pertama Andi begitu marah sampai mengamuk di depan Aisya.
Sholatnya benar-benar terganggu dengan bayangan kejadian yang terjadi pada dirinya pagi tadi. Berkali-kali air matanya menetes, tapi Maya mencoba tegar. Apalagi saat ini dirinya sedang menjadi imam sholat dari Aisya.
Tangisnya pecah setelah salam terakhir di rakaat keempat. Aisya segera memeluk Maya dari belakang. Keduanya benar-benar tidak menyangka akan mengalami kejadian seperti ini.
"Ayah Andi jahat Bu, aku mau pulang ke pondok saja." Gumam Aisya.
Maya mengangguk sambil mengusap kepala Aisya yang masih tertutup mukenah. "Sabar ya nak. Ibu yakin ayah Andi sebenarnya berniat baik. Tapi caranya saja yang salah."
"Berniat baik bagaimana? Ibu Maya sudah di pukul di Jambak di siksa oleh ayah Andi."
Maya tersenyum. "Barangkali itu teguran buat ibu karena semalam ibu sempat menelpon Mas Raga yang di pesantren untuk memberikan kabar, tapi ayah Andi menangkap nya berbeda nak."
"Jadi ayah Andi begitu karena cemburu?"
Maya tersenyum menatap mata Aisya. "Yah mungkin ayah Andi cuma cemburu." Maya mencium kening Aisya. "Nanti, kalau ayah Andi sedang marah seperti itu, Aisya langsung masuk kamar saja ya nak."
Aisya mengangguk sambil menjatuhkan kepalanya di pangkuan Maya.
...****************...
"Makasih mas aku seneng banget hari ini mas Andi mau meluangkan waktu dari siang sampe sore gini." Ucap Devina yang tersenyum menatap Andi.
Di dalam mobil di depan rumah Devina, mereka saling tatap sebelum Devina turun dari mobil Andi dan berpamitan.
Andi mengangguk, tatapannya begitu dalam menatap wajah Devina yang terlihat sangat cantik di mata Andi. "Aku gak bisa mampir ya, aku harus kembali ke kantor." Ucapnya.
Devina mengangguk sambil menyodorkan tangannya, meminta tangan Andi untuk memberikan salam.
Tanpa pikir panjang, Andi menjabat tangan Devina lalu, Devina menarik tangan Andi dan tanpa diduga, Devina malah mencium punggung tangan Andi. Seperti seorang istri yang memberikan salam sebelum suami nya pergi atau sesuai solat berjamaah.
Jelas saja senyum Andi semakin merekah melihat tingkah gadis muda nan cantik dan sopan ini.
"Hati-hati ya mas, jangan ngebut." ucap Devina sambil membuka pintu mobil dan keluar.
Setelah Devina turun, Andi membuka kaca mobil nya dan berpamitan dengan saling melambaikan tangan. Benar-benar momen yang romantis bagi Andi yang sudah kehilangan romansa nya dengan Maya. Bahkan setelah ia berjanji ingin memperbaiki rumah tangga nya, dan mengizinkan Maya untuk mengadopsi Aisya, pun Andi tidak bisa menemukan keharmonisan nya bersama Maya.
Devina sudah berhasil merebut hati Andi sejauh ini.
TING ...
Sebuah notifikasi pesan chat masuk ke ponsel yang di bawa Andi. Bukan ponsel milik Andi, namun ponsel milik Maya yang di sita olehnya pagi tadi.
[Assalamualaikum, mbak. Kebetulan saya sedang perjalanan menuju kota nya mbak Maya untuk mengurus beberapa keperluan pondok. InshaAllah kalau di izinkan saya mau mampir ke rumah mbak Maya.]
Pesan chat dari kontak bernama 'MAS RAGA'.
Sontak senyum yang sedari tadi merekah, seketika hilang dari wajahnya.
Tujuan awal kantor berubah, segera Andi memutar arah menuju ke arah rumah nya setelah membaca pesan chat dari orang yang menjadi penyebab keributan pagi tadi.
...****************...
Di rumah, setelah selesai solat berjamaah dan membereskan beberapa pekerjaan rumah, Maya mencoba menyiapkan makan malam sederhana, berharap bisa menghindari amarah Andi yang tak terduga. Aisya membantu dengan tugas-tugas kecil, berusaha sebaik mungkin untuk tidak membuat keributan.
Brak.
Tanpa salam, Andi masuk dengan wajah yang merah padam, suasana rumah segera berubah. Andi tampak lebih marah dari biasanya, wajahnya memerah dan mata tajamnya menatap Maya penuh kebencian.
"PEZINAH! SOK SUCI KAMU MAYA!" teriak Andi sambil membanting tas kerjanya ke lantai, dan melemparkan handphone milik Maya yang di sita nya sedari pagi.
Aisya berlari bersembunyi di balik pintu sambil melihat semuanya dengan badan yang gemetar.
Sementara Maya merasakan ketakutan menguasainya, tetapi ia mencoba menenangkan diri. "Mas, tenang. Ada apa mas? Apa maksud ucapan kamu?" Sembari menahan kakinya yang lemas, Maya mendekati Andi dan mencoba mengusap dada nya, tapi segera di tepis oleh Andi. "Apa yang terjadi mas?"
"Kamu! Kamu yang terjadi!" Andi berjalan mendekat, dan tanpa peringatan, dia menarik kerudung Maya sampai rambutnya ikut tertarik, lalu menyeretnya ke ruang tamu.
Aisya menjerit ketakutan, mencoba berlari ke samping ibunya.
"Mas, tolong, sudah mas cukup!" Maya memohon sambil menahan sakit.
"Aku muak dengan semua ini! Kamu tidak berguna!" Andi mengabaikan permohonannya dan malah memukul Maya dengan keras. Maya jatuh ke lantai, tubuhnya bergetar karena rasa sakit.
Aisya berteriak, "Ayah, tolong berhenti!"
Andi hanya melirik sinis tanpa menghiraukan Aisya. Bahkan saat Aisya mencoba menahannya, Andi malah mendorong Aisya keras sampai gadis kecil itu terhuyung jatuh.
"Mas! Cukup!" Maya mengangkat tubuhnya, melawan cengkraman Andi kuat-kuat.
Beberapa helai rambutnya rontok, menempel di tangan Andi.
PLAK.
Andi seperti kesetanan, tanpa sadar tangannya menampar keras wajah Maya yang mencoba melindungi Aisya.
Suasana menjadi riuh dengan tangis Aisya. Maya memeluk dan memapah Aisya berdiri dan mencoba mengajaknya ke dalam kamarnya.
"Aku belum selesai Maya!" Andi kembali menarik rambut Maya dari belakang, hampir saja Maya terjengkang.
"Astaghfirullah..."
Teriakan seorang lelaki dari arah pintu ruang tamu yang masih terbuka, mengagetkan mereka semua.
Andi yang seperti kesetanan, semakin memuncak ketika melihat sosok lelaki yang datang adalah pemuda tampan dengan wajah yang teduh, mengenakan setelan kemeja sopan dan terlihat usia yang lebih muda darinya.
"Pak Raga ..." Teriak Aisya sambil berlari ke arah pemuda yang tidak lain adalah Raga. Pemuda dari pondok yang pertama kali bertemu Maya di pondok pesantren milik ustadz fajar.
"Oh! Ini rupanya lelaki tidak tahu diri itu!" Bentak Andi dengan suara yang keras.
Sementara Maya berhasil melepaskan cengkraman tangan Andi dan mencoba menahan Andi yang berjalan menghampiri Raga dengan penuh emosi.
"Ada apa ini. Saya bisa laporkan anda ke polisi pak!" Bentak Raga dengan wajah serius.
Usia Raga memang jauh di bawah Andi, tapi kedewasaan dan ketenangannya terlihat melebihi Andi yang begitu tempramental belakangan ini.
"Kamu yang saya laporkan karena berani masuk rumah orang tanpa izin!"
Aisya tidak berhenti nya menangis di balik punggung Raga kali ini, sementara Maya mencoba menahan Andi berkali-kali menjelaskan tapi sama sekali tidak didengar.
"Silahkan! Saya pastikan anda yang akan mendekam di penjara lebih lama karena melakukan kekerasan dalam rumah tangga!" Gertak Raga sambil menunjuk wajah Andi yang sudah berdiri beberapa meter di hadapannya.
Andi mendengus menahan nafasnya. Tangannya menyilang di pinggang, matanya angkuh menatap seorang pemuda pesantren yang biasanya selalu santun.
Keduanya saling tatap sampai tidak lama, beberapa warga sekitar komplek perumahan mulai keluar dari rumah nya dan berkerumun di depan rumah Andi.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments