Kepulangan Maya ke rumahnya bersama Aisya, meskipun disertai dengan harapan baru, nyatanya membawa mereka ke dalam jebakan yang lebih dalam. Andi, yang awalnya berjanji untuk berubah, kembali menunjukkan sisi kelamnya yang lebih mengerikan.
Setelah Beberapa hari mereka tinggal di rumah itu. Membentuk sebuah keluarga kecil yang harmonis. Gangguan dari ibu Ratna tidak bisa di elakan oleh Maya dan Aisya setiap hari nya.
Setelah Makan malam bersama keluarga Devina, sifat Andi semakin jelas memperlihatkan perubahannya. Andi kembali menjadi Andi yang cuek dan dingin.
"Mas, kamu belum menceritakan soal makan malam kamu waktu itu." Gumam Maya sambil menghabiskan sepiring nasi dengan lauk pauk yang lengkap yang sudah disiapkan Maya sedari sore untuk makan malam kali ini.
Andi tidak bergeming. Ia begitu fokus dengan layar handphone yang ada di atas meja di samping piring makannya.
Maya mengembuskan nafas pelan, ia mencoba mengalihkan perhatiannya kepada Aisya. "Dihabiskan ya nak." Bisiknya sambil mengusap kepala Aisya.
"Bu, aku kangen pesantren." Bisik Aisya pelan.
Maya melirik sambil tersenyum. "Nanti kita berkunjung ke sana ya nak. Kita ajak ayah Andi juga." Jawab Maya menenangkan.
"Ga usah, kamu gak perlu pergi ke pondok pesantren itu lagi." Ucap Andi ketus.
Maya mengerutkan kening sambil melirik ke arah suami nya. "Mas ..." bisik Maya.
Andi mengangkat tangannya tanpa melihat ke wajah Maya, menghentikan ucapan Maya dengan angkuhnya.
Maya mengembuskan nafas pelan. Ia kembali menenangkan Aisya yang sudah mengerutkan kening sedikit ketakutan.
Suasana makan malam di lanjutkan tanpa obrolan, hening dan hanya terdengar suara sendok dan garpu yang saling beradu di atas piring, sampai kemudian Andi memutuskan untuk pergi dari meja makannya.
***
Pagi yang seharusnya tenang di rumah Maya berubah menjadi mimpi buruk. Teriakan Andi menggema di seluruh rumah, menggetarkan dinding-dinding tipis yang seolah merasakan penderitaan penghuni di dalamnya.
"Dasar perempuan tidak tahu diuntung!" Andi berteriak, menarik rambut Maya dengan kasar. Maya hanya bisa menahan sakit, air matanya mengalir tanpa henti. Di sudut ruangan, Aisya bersembunyi, tubuhnya gemetar ketakutan.
"Mas, tolong... Jangan di depan Aisya," Maya memohon dengan suara bergetar.
Andi mengabaikan permohonan Maya dan malah semakin menggila. "Anak itu hanya beban! Aku menyesal mengizinkanmu mengadopsinya!"
Maya berusaha melindungi Aisya dengan tubuhnya, namun kekuatan Andi terlalu besar untuknya. Aisya, yang tak sanggup melihat ibunya disiksa, mencoba berlari keluar rumah, namun langkahnya terhenti oleh suara seseorang.
"Hei, ada apa ini?!" Teriakan itu berasal dari Bu Ratna, ibu Andi, yang baru saja tiba.
"Bu, tolong Bu. Aku cuma ..." Maya mencoba meminta pertolongan kepada Bu Ratna dengan menengadahkan tangannya.
Sementara Bu Ratna hanya melirik sinis ke arah Maya dan Aisya yang ketakutan di belakang Maya.
"Ada apa Andi?" Ucap Bu Ratna sambil melangkah melewati Andi yang akhirnya melepaskan cengkeraman tangannya dari rambut Maya.
"Perempuan ini diam-diam punya hubungan dengan lelaki di pondok pesantren itu." Gumam Andi sambil menghampiri ibu nya.
"Demi Allah mas. Aku cuma ingin membawa Aisya bersilaturahmi dengan seluruh guru dan teman-teman nya di pondok."
Andi mendengus kesal sambil memalingkan wajahnya. "Tidak! Sekali aku bilang tidak ya tidak!" Bentak Andi keras.
Maya mengusap wajahnya, merapikan rambutnya lalu mencoba menenangkan Aisya yang gemetar. "Nak kamu masuk kamar dulu ya." bisiknya.
Aisya mengangguk pelan lalu pergi ke arah kamarnya, di iringi tatapan sinis dari Bu Ratna.
Maya menghampiri Andi dan Bu Ratna, duduk di sofa ruang tamu disamping suaminya. "Aku tidak pernah sekalipun memiliki pikiran untuk berselingkuh mas." ucap Maya.
Andi memalingkan wajahnya.
"Jadi ini yang kau sebut rumah tangga, Maya? Menyedihkan sekali," ejek Bu Ratna sambil tertawa kecil.
"Bu, tolong... Tolong saya," Maya merintih, berharap mendapatkan sedikit simpati dari ibu mertuanya.
Namun, Bu Ratna malah menatap Maya dengan penuh kebencian. "Kamu perempuan tidak berguna! Andi berhak mendapatkan yang lebih baik daripada dirimu!" katanya dengan tajam. "Biarkan saja perempuan ini pergi ke pondok pesantren itu bersama lelaki selingkuhan nya. Kamu bisa dengan tenang menikahi Devina kan" Bu Ratna mengernyit ke wajah Andi yang marah.
"Halah! Sudahlah aku harus berangkat kerja." Sentak Andi sambil berdiri.
"Andi!" Bu Ratna mencoba mencegah anaknya. "Kamu harus cepat mengambil keputusan. Keluarga Devina menunggu jawaban kamu." Ucap Bu Ratna sambil mengejar Andi yang terus melangkah keluar rumah dan meninggalkan dua orang yang dicintainya di dalam rumah.
Maya yang mendengar percakapan itu pun tidak berani mengatakan apapun. Ia tidak ingin bertanya soal pembicaraan Bu Ratna tadi. Saat ini, ia hanya ingin menenangkan pikirannya.
Maya bangkit perlahan, menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya. Dia tahu, tidak ada gunanya melawan. Dengan langkah gontai, dia menuju dapur, meninggalkan Bu Ratna yang masih berteriak membentak dirinya.
"Menantu tidak tahu diri! Kamu harusnya cepat pergi dari sini!" Bentaknya lagi sembari mengejar Maya ke arah dapur.
Maya memakai kerudung nya yang terjatuh karena ditarik Andi tadi saat ia sedang membicarakan masalah izin dirinya dan Aisya untuk pergi ke pondok pesantren.
"Maya!" Bu Ratna yang mengejar, kembali menarik kerudung Maya sampai terlepas kembali.
"Bu tolong lepasin." Rintih Maya.
"Pergi! Kamu ingin pergi ke pondok itu kan! Aku kasih kamu uang lalu kamu pergi secepatnya."
Maya mencoba menahan tubuhnya yang sudah lemas, setelah tadi di aniaya oleh Andi, kali ini ibu mertuanya yang melanjutkan penganiayaan ini.
"Berapa? Kamu mau berapa!" Bu Ratna melempar beberapa lembar uang seratus ribu dari dalam tas nya ke wajah Maya.
Maya hanya bisa terisak tanpa mengambil selembar pun uang yang di lemparkan ibu mertuanya.
"Pergi! Malam nanti kamu sudah harus pergi! Ambil uang itu dan pergi!" Bentak nya lalu pergi meninggalkan Maya yang jatuh ke lantai bersama dengan berlembar-lembar uang seratus ribuan yang berantakan di sekitarnya.
Aisya menghampiri ibu angkatnya yang masih terisak di lantai. "Bu, kita pergi aja ya." Bisiknya sambil menenangkan ibu nya.
Maya terisak sambil memakai kembali kerudungnya. "Iya nak. Iya." bisiknya.
Keduanya saling berpelukan, saling menenangkan sambil terisak.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Soraya
lanjut
2024-07-28
0