Setelah sarapan bersama para santri, Maya diajak oleh Raga untuk bertemu dengan Ustaz Fajar. Mereka berjalan melewati halaman pondok yang dipenuhi dengan pepohonan rindang, menuju sebuah rumah kecil di belakang masjid. Raga mengetuk pintu dan disambut oleh seorang pria berusia sekitar 40-an dengan wajah yang bersahabat.
“Assalamu'alaikum, Ustaz. Ini ada tamu yang ingin bertemu,” kata Raga sambil menundukkan wajahnya.
“Wa'alaikumsalam. Silakan masuk,” jawab Ustaz Fajar dengan senyuman.
Maya dan Raga masuk ke dalam rumah yang sederhana namun terasa hangat. Ustaz Fajar mempersilakan mereka duduk di ruang tamu. Setelah memperkenalkan diri, Maya mulai menceritakan kisah hidupnya dengan penuh emosi. Ustaz Fajar mendengarkan dengan seksama, wajahnya penuh perhatian dan empati.
“Semua ini pasti sangat berat bagi mbak Maya. Tapi mbak harus ingat, Allah selalu punya rencana untuk kita semua. Mungkin saat ini kamu merasa terpuruk, tapi insya Allah, ada hikmah di balik semua ini,” kata Ustaz Fajar dengan suara lembut.
Maya mengangguk, meskipun air mata masih mengalir di pipinya. “Saya tidak tahu harus bagaimana lagi, Ustaz. Saya merasa sangat sendirian dan tidak berharga.”
Ustaz Fajar tersenyum lembut. “Kamu tidak sendirian, jangan pernah merasa sendirian disini. Di sini, kamu memiliki keluarga baru yang akan selalu mendukungmu. Jangan pernah merasa tidak berharga. Setiap orang memiliki nilai yang besar di mata Allah. Cobalah untuk mulai melihat dirimu sendiri dengan cara yang lebih positif.”
Maya merasa sedikit lebih kuat mendengar kata-kata itu. “Terima kasih, Ustaz. Saya akan mencoba untuk lebih kuat dan positif.”
“Sekarang, silahkan beristirahat dulu. Raga akan membantumu jika kamu membutuhkan sesuatu. Dan ingat, pondok pesantren dan rumah saya ini selalu terbuka untukmu.”
Maya merasa sangat berterima kasih atas kebaikan dan dukungan yang diberikan oleh Ustaz Fajar dan Raga. Meskipun luka di hatinya masih terasa dalam, dia mulai merasakan ada harapan baru di depan mata. Di pondok pesantren ini, dia menemukan tempat berlindung dan dukungan yang sangat dibutuhkannya.
...****************...
Hari berikutnya, Maya mulai terlibat dalam kegiatan di pondok pesantren. Dia membantu mengajar anak-anak kecil membaca Al-Qur'an dan ikut serta dalam berbagai kegiatan keagamaan.
Sore ini saat Maya masuk ke sebuah kelas kosong untuk membersihkan beberapa ruangan kelas di pondok pesantren ini, Maya bertemu dengan seorang anak perempuan yang tampak sangat pemalu dan tertutup. Anak itu mengingatkannya pada dirinya sendiri ketika pertama kali datang ke pondok ini.
"Kenapa kamu masih di kelas?" Tanya Maya lembut, sambil menghampiri anak itu.
Anak itu hanya terdiam sambil kembali membenamkan kepalanya di atas meja.
Maya merasa, ada sesuatu yang terjadi dengan anak ini, tapi ia tahu, bertanya langsung malah akan semakin menjauhkan dirinya dengan anak itu. Ia ingin membantu anak itu tapi dengan cara yang lebih lembut.
“Namamu siapa?” tanya Maya dengan lembut.
Anak itu mengangkat kepalanya lalu menatap wajah Maya. “Aisyah,” jawab anak itu dengan suara pelan.
Maya tersenyum dan mengusap kepala Aisyah dengan lembut. “Kamu tahu, Aisyah, di sini kita semua adalah keluarga. Kalau ada sesuatu yang kamu butuhkan atau ingin ceritakan, jangan ragu untuk mengatakannya, ya?”
Aisyah mengangguk pelan, matanya mulai bersinar dengan sedikit kepercayaan diri. Maya merasa hatinya hangat melihat perubahan kecil pada Aisyah. Dia menyadari bahwa dengan memberikan kasih sayang dan perhatian, dia bisa membuat perbedaan dalam hidup orang lain.
Maya memutuskan untuk duduk di sebelah Aisyah. "Kamu kangen sama orang tua kamu?" tanya Maya pelan.
Aisyah melirik ke Maya dengan tatapan lemas, lalu menggeleng kan kepalanya.
Maya tersenyum sambil kembali mengusap kepala yang terbalut kerudung. "Nama aku Maya, aku baru disini." ucapnya pelan. "Kalau kamu merasa terganggu dengan aku di ruangan ini, aku akan pergi dan memberikan kamu ruang buat menyendiri." ucap Maya lagi sambil berdiri.
Aisyah terdiam sambil mengembuskan nafasnya, lalu, ia menarik tangan Maya pelan. "Gak papa, kak Maya disini saja." jawabnya pelan.
Maya kembali duduk dan tersenyum ke wajah anak kecil yang mungkin usianya baru sekitar delapan tahun atau sembilan tahun, mungkin.
Mereka berdua terdiam beberapa saat.
"Kamu tahu, waktu aku pertama kali masuk pesantren ini, aku juga sangat rindu suasana di rumah. Terutama mama ku. " ucap Maya lagi. "Tapi, karena aku yang menginginkan masuk ke pesantren ini supaya aku bisa belajar agama lebih baik lagi, maka rasa rindu itu aku jadikan semangat. supaya nanti kalau aku pulang ke rumah, aku punya sesuatu yang bisa aku ceritakan ke mamahku."
Asiyah terlihat cuek tapi sebenarnya mendengarkan cerita Maya.
Maya mengembuskan nafasnya pelan. "Kalau kamu, siapa orang yang paling kamu rindu?" tanya Maya.
Anak itu menggeleng wajahnya masih terlihat murung.
Maya cuma bisa tersenyum menanggapi aisyah yang belum juga terbuka.
...
"Aku udah gak punya orang tua." ucap Aisyah pelan.
Hati Maya seperti tersayat mendengarnya. Kali ini, Maya yang terdiam.
"Mama ku meninggal waktu melahirkan ku. Papaku baru meninggal beberapa Minggu lalu." Aisyah mengembuskan nafasnya pelan. "Sejak papa meninggal, ibu tiri ku mengirim aku ke sini. Ke pesantren supaya dia gak ngurusin aku di rumah."
Maya tersenyum lirih mencoba menutupi perasaan gundahnya mendengarkan cerita Aisyah yang ternyata cukup membuat perasaan nya terpukul.
"Aku gak kangen rumah. Aku juga gak kangen siapa-siapa. Aku cuma ... " kalimatnya terhenti. Mata Aisyah mulai merah, air matanya menetes satu persatu.
Maya mengambil sikap untuk menenangkan anak kecil itu, dengan mengusap punggung anak itu. Tanpa berkata apa-apa lagi. Maya hanya ingin anak itu menangis dan meluapkan semua perasaannya.
"Gak papa, nangis. Setelah itu kamu akan lebih kuat." Bisik Maya.
Tangis Aisyah semakin menjadi. Ia terisak sampai menjatuhkan kepalanya di pelukan Maya.
Padahal mereka berdua bukanlah siapa-siapa. Tapi, entah kenapa takdir akhirnya mempertemukan dua manusia yang sama-sama rapuh dengan permasalahan nya masing-masing.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments