Bab 17

Mentari baru saja keluar dari sarangnya. Tapi Arin sudah berdiri di halte bis, sambil memandang hiruk pikuk kota mertropolitan. Pagi ini suasana jalan kota begitu ramai. Deretan mobil memenuhi ruas jalan. Arin memandang sebuah mobil yang berhenti tepat di depannya. Kaca mobil perlahan diturunkan dan menampilkan sosok yang tampan.

“Liam.”

“Masukklah.”

Arin langsung masuk ke dalam mobil Liam tanpa penolakkan. Begitu Arin masuk, Liam langsung memeluk Arin dengan begitu erat.

“Liam, kita masih di jalan. Banyak orang yang melihat.”

“Ah maafkan aku. Aku begitu merindukanmu sampai aku bertindak impulsif,” ucap Liam sambil mengelus pipi Arin yang begitu menggemaskan. “Maaf, aku tidak sempat menjengukmu saat kamu sakit. Beberapa hari ini, aku harus lembur.”

Arin menggeleng pelan. “Tidak apa-apa. Aku mengerti.”

Mobil Liam pun menembus jalanan kota menuju ke kantor. Sebelum sampai ke kantor. Arin meminta Liam untuk menurunkannya di tepi jalan agar orang kantor tidak tahu terkait hubungannya namun Liam menolak. Pria itu tidak ingin menurunkan Arin di tepi jalan begitu saja apalagi Arin baru saja sembuh dari sakitnya.

“Aku duluan ya,” ucap Arin.

“Tidak! Kita masuk bersama-sama.”

“Arin…aku mohon. Aku tidak ingin melewatkan satu detik pun tanpamu.”

Melihat wajah Liam yang memelas membuat Arin tidak tega. Arin pu tersenyum manis dan mengangguk, mengikuti keinginan Lima. Mereka berjalan masuk gedung beriringan. Senyum tak lepas dari wajah Liam seolah ingin memperlihatkan bahwa di sampingnya adalah pacarnya.

Mereka tak sengaja berpapasan dengan Mavendra yang tampak kesal dengan pemandangan pagi itu. Pria itu mengepalkan tangannya kuat dan langsung menyuruh Arin untuk segera bergegas mengikutinya karena akan ada rapat penting.

“Dia memang tidak suka melihat kita bahagia,” ucap Liam sambil melayangkan tatapan lasernya.

“Liam, dia itu kakakmu.”

“Dia hanya kakak tiri,” ucap Liam.

“Dia itu atasanmu.”

“Kalau itu, aku tidak bisa berbuat apa-apa.”

“Loh, asisten manajer Liam. Kalian kok berangkat bareng? Awas nanti Rena bisa cemburu.”

Seorang senior yang melihat mereka menegur Liam. Arin langsung menatap Arin dengan penuh curiga.

“Senior, apa yang kamu bicarakan? Ha ha ha…”

Tawa hambar Liam begitu mencurigakan. Liam langsung saja menyeret senior itu agar bersamanya. Dia berpamitan dengan Arin dengan rasa takut dan juga bersalah. Senyuman yang dia suguhkan juga tampak begitu dipaksakan.

Liam tampak melirik wajah Arin. “Walaupun dia tidak mengatakan apa-apa. Apa setelah ini dia akan kepikiran ya?”

Setelah sampai di ruangannya, Liam buru-buru memburu sosok Samuel. Liam yakin, pria itu yang menyebarkan rumor palsu itu. Pria itu berkacak pinggang sambil menatap Samuel yang baru saja sampai di kantor. Liam siap menyemburkan lahar panas akibat kekesalannya pada Samuel. Samuel yang melihat ekspresi wajah Liam yang tampak menakutkan langsung mati kutu.

Saat ini Liam mengajak Samuel ke tempat yang sepi.

“Pasti kamu kan?”

“Apa? Aku kenapa?”

“Omong kosong apa yang sudah kamu katakan pada senior?”

“Aku benar-benar tidak memberitahu siapapun kecuali Nick,” ucap Samuel.

“Aku tidak memberitahu siapa pun kecuali kepala menajer,” ucap Nick.

“Aku tidak memberitahu siapapun kecuali wakil kepala bagian.”

Liam langsung mengacak-acak rambutnya karena kesal. “Itu sama saja seperti memberitahu semua orang. Kalian benar-benar tidak bisa menjaga rahasia. Aku benar-benar tidak ada hubungannya dengan Rena. Sepertinya aku sudah mengatakannya dengan cukup jelas.”

“Baiklah, aku minta maaf tapi kalau itu tidak benar. Bukankah kamu bereaksi berlebihan? Malah lebih mencurigakan kamu marah-marah seperti itu,” ucap Samuel.

“Itu karena pacarku sudah tahu rumor yang kalian sebarkan! Aku kan sudah pernah bilang, aku sudah punya pacar! Apa kamu ingin melihat fotonya?”

Samuel langsung merogoh sakunya dan dengan bangga memperlihatkan wallpaper ponselnya. Wallpaper Liam bersama Arin.

“Apa…ternyata. Sungguhan ya?”

“Dia sangat cantik dan imut. Sebentar, bukankah dia Arin? Sekretaris pak Mavendra.”

“Aku tidak menyangkat kalian menjalin hubungan. Sejujurnya aku pikir kamu berbohong karena malas dikenalkan pada wanita. Kamu sama sekali tidak terlihat seperti punya pacar karena kamu tidak pernah menggunakan barang couple, tidak pernah berbicara bersama dengan pacarmu di kantor. Dan bahkan kamu tidak memasang foto profil bersama.”

Mata Liam langsung membelalak dengan sempurna mengingat bahwa Arin melarangnya untuk memasang foto kebersamaan mereka.

“Huh…kami tidak ingin jadi bahan pembicaraan di kantor. Tolong urus masalah ini. Aku benar-benar tidak ada hubungannya dengan Rena. Aku juga tidak tertarik padanya.”

Samuel, Nick dan kepala manajer langsung terbelalak begitu mengetahui keberadaan Rena yang tiba-tiba muncul.

“Iy..iya ya kami paham. Apa yang kamu katakan. Maafkan aku.”

“Sepertinya kami harus kerja duluan. Kamu juga harus bekerja.”

Liam menghela napas panjang begitu mereka semua pergi. Saat Liam membalikkan badannya dia terkejut bahwa ada Rena di sana.

“Maafkan aku. Karena aku, kamu jadi mendapatkan masalah.”

“Tidak, ini juga salahku. Seharusnya aku bertindak dengan benar sebelumnya. Sepertinya aku terlalu nyaman memperlakukanmu. Walaupun kita rekan sekantor seharusnya aku lebih berhati-hati pada karyawan wanita.”

Liam langsung pergi begitu saja meninggalkan Rena yang tampak murung.

“Bersikap hati-hati? Padahal kita sudah melakukannya.”

Liam langsung berhenti di tempatnya begitu mendengar dengan samar ucapan Rena.

“Padahal aku senang menghabiskan waktu denganmu.”

...…....

Arin tampak suram saat berjalan menuju mejanya. Pikirannya melayang pada kejadian tadi pagi. Dia menjadi lebih sensitif. Sementara itu tak jauh berbeda dengan Liam dan juga Rena. Mavendra juga tampak kesal. Mood Mavendra juga tak bagus pagi ini.

Dia berniat untuk mengajak Arin pergi ke kantor bersama namun wanita itu malah pergi bersama Liam. Bahkan mereka sampai terang-terangan di depannya.

Mavendra duduk di kursi kebesarannya menatap layar yang baru saja menjadi sasaran kekesalannya. Raut wajah Mavendra langsung berubah saat mendengar suara Arin dari luar ruangannya. Mavendra buru-buru bangkit dari kursinya dan keluar.

“Arin, masuk ke ruanganku.” Perintah Mavendra pada Arin.

Merasa Arin tidak mengikutinya, Mavendra pun menoleh kembali pada wanita itu yang ternyata masih berada di kursinya.

“Sekarang,” ujar Mavendra membuat Arin langsung berdiri dan mengangguk kepalanya dan mulai mengikutinya dari belakang.

Mavendra langsung menghentikan langkahnya secara mendadak dan membalikkan tubuhnya membuat Arin yang berada di belakangnya menabraknya dan terjungkal. Untuk saja gerak refleks Mavendra begitu baik. Pria itu langsung menangkap pergelangan tangan Arin sehingga Arin tidak terjatuh.

“Terima kasih,” ucap Arin.

Saat ini Mavendra sudah duduk sambil bersedekap dada, memperhatikan Arin yang berdiri kikuk di depannya.

“Apa kamu sudah baik-baik saja sekarang? Ah benar, kamu tampak baik-baik saja bahkan kamu berangkat bersama pacarmu.”

“Manusia ini…” ucap Arin dalam hatinya.

“Begitu kamu pulang kerja, langsung ke tempat parkir. Kita pulang bersama.”

“Pak direktur…”

“Apa? Kenapa? Kamu ingin menolak?” Mavendra begitu kesal saat ajakkannya sepertinya akan mendapatkan penolakan dari Arin.

Terpopuler

Comments

Dewi Payang

Dewi Payang

Uwoooo.... membara si bos🤣🔥🔥🔥🔥

2024-10-30

0

Dewi Payang

Dewi Payang

Aku yakin si Arin juha gemes sama si bos nya yg nyebelin itu🤭

2024-10-30

0

Dewi Payang

Dewi Payang

Ih gemes sama Rena.... kamu yg berusaha godain Liam

2024-10-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!