Bab 11

Liam dan Rena sedang mengerjakan tugasnya. . Mereka bekerja sama sebagai tim yang profesional. Liam sempat memuji kepintaran Rena yang tak pernah dia lihat. Setelah pekerjaan mereka selesai dengan hasil memuaskan mereka merayakannya di sebuah kedai sederhana sambil menikmati hidangan hangat-hangat yang cocok dengan suasana malam yang dingin.

“Akhirnya selesai juga,” ucap Liam.

“Kamu tampak senang?” Tanya Rena.

“Tentu saja, kita akan segera kembali.”

Rena langsung memberengut. “Padahal aku ingin sedikin menikmati momen ini. Mumpung kita berada di negara lain.”

“Kita datang ke sini karena pekerjaan bukan liburan.”

“Tapi hampir semua pekerjaan, aku yang handle. Kamu tidak ingin memujiku?”

Liam yang tadinya melihat ke arah ponselnya langsung mendongak melihat Rena yang tampak muram.

“Kamu sangat hebat. Selain cantik, pintar dan cekatan.”

Rena langsung berteriak kegirangan. “Kyaaaa….aku sangat senang mendengarnya. Aku akan memesan alkohol untuk merayakannya.”

Rena langsung berdiri untuk memesan minuman. Sementara Liam kembali fokus dengan ponselnya. Dia sedang menunggu balasan dari semua pesan-pesannya untuk Arin. Namun sampai detik ini, pria itu tak mendapatkan apa yang dia mau.

Liam terkejut saat ponsel yang tiba-tiba dia pegang kini direbut oleh Rena yang entah sejak kapan sudah kembali.

“Dari tadi kamu terus melihat ponselmu. Apa kamu sedang menunggu pesan dari seseorang?” Tanya Rena.

“Kembalikan ponselku!” Nada Liam kini tak seramah yang dia dengar beberapa menit yang lalu.

“Aku penasaran dengan isinya,” ucap Rena mencoba untuk melihatnya.

“Tidak sopan melihat isi ponsel seseorang.”

“Dan tidak sopan mengabaikan orang yang sedang berbicara.”

Liam langsung merebut ponselnya dengan kasar membuat Rena terkejut. Dia hampir saja melihat layar kunci milik Liam. Jelas di sana terdapat foto Liam dan juga seorang gadis. Gadis yang Rena kenal. Suasana tiba-tiba menjadi canggung dan Rena tidak menyukainya.

Gadis itu berusha mencairkan suasana.

“Baiklah, aku mengaku salah. Aku minta maaf, jadi bisakah kita merayakan keberhasilan kita karena sudah menyelesaikan pekerjaan dengan baik,” ucap Rena menyodorkan segelas minuman manis.

Liam yang awalnya tak bergeming pada akhirnya mengambil gelas tersebut dan meminumkannya dengan tandas. Sensasi manis pahit dan terbakar di tenggorkannya membuat tubuhnya merasa lebih hangat,

“Rasanya sangat mendebarkan,” gumam Rena. Rena langsung menuangkan cairan bening itu ke gelasnya sampai penuh lalu meminumnya sampai tandas.

Waktu terus berjalan sampai mereka tidak lagi menghitung sudah menghabiskan beberapa botol.

“Kita harus kembali ke hotel jadi berhenti minum,” ucap Liam setelah melihat betapa Rena mabuk.

“Tidak mau! Aku mau satu botol lagi.”

“Rena, kamu sudah mabuk.”

“Aku tidak mabuk, bahkan aku bisa menghitung mobil di seberang. Satu, dua, tiga, habis tiga berapa ya???”

Liam langsung menghela napas panjang dan segera menarik gadis itu itu.”

“Kita kembali sekarang.”

Liam langsung menggendong Rena di punggungnya. Rena sepertinya menikmati momen tersebut. Wanita itu memeluk lehernya begitu erat dan menikmati betapa hangatnya punggung yang mengenai dadanya.

“Huh, jadi begini rasanya punya pacar.” Rena bergumam tak jelas.

Liam tidak menanggapi ucapan Rena.

“Pria yang tidak kalah jika dibandigkan dengan direktur Mavendra. Ah, aku pasti sangat senang jika kamu adalah pacarku.”

“Berhenti mencari masalah.”

“Huh, Arin adalah teman pertamaku di tempat kerja. Aku menyukainya yang menghampiriku dan berbicara denganku. Aku juga menyukai sikapnya yang selalu menyenangkan. Karena itu, aku mulai menyukai cara berpakaiannya, model rambutnya sampai musik yang dia suka. Karena itulah aku menyukai Liam yang kamu suka. Aku berpikir bagaimana rasanya jika aku merebut sesuatu yang berharga bagimu,” batin Rena.

Rena sudah mengetahui kedetakan Arin dengan Liam. Sudah mengetahui bahwa mereka mempunyai suatu hubungan.

Saat Liam membaringkan Rena ke ranjang dan hendak pergi. Rena segera bangun menarik tangan pria itu. Dengan cepat Liam kehilangan keseimbanganya dan terjatuh ke ranjang, Rena yang sudah memperkirakannya langsung menghindar dan kini mengubah posisinya di atas tubuh Liam.

“Apa yang kamu lakukan?” Tanya Liam.

Pria itu kehilangan caranya bernapas. Kata-kata Liam seolah menenggelamkan Rena ke lubang yang tak lagi berujung sehingga dia bisa melakukan hal senekat ini. Dia kehilangan kepandaiannya untuk mengontrol ketenangan hatinya.

Sementara Liam juga kehilangan ketenangan hatinya setelah merasa diabaikan oleh seseroang. Seolah dia perlu pelampiasan. Dia ikut arus yang diciptakan oleh rena.

...…...

Tempat penginapan itu hanya tersisa satu kamar. Arin tentu saja tidak mau tinggal sekamar dengan Mavendra. Namun pria itu punya seribu satu alasan untuk membuat gadis itu mau sekamar dengannya.

“Cuaca di luar sangat buruk. Kamu ingin aku menyetir di cuaca yang buruk? Itu bisa berbahaya.”

Lama menunggu Arin berpikir, Pria itu telah mengambil tangan gadis itu dan membawanya masuk. Membuat kamar itu menutup dan mereka ada di ruangan tersebut. Kamar itu sangat sederhana. Hanya berisi satu ranjang, meja kecil dan lemari. Hanya itu namun segalanya menjadi lebih hebat karena di dalam kamar tersebut terdapat sofa panjang.

Arin sibuk memindai penglihatannya sementara Mavendra sibuk memeriksa pesan yang baru saja masuk. Itu adalah pesan dari Bagaskara. Dia mengirim sebuah foto kebersamaan antara Liam dan juga Rena.

“Semuanya berjalan sesuai dengan rencanaku. Sekarang aku hanya perlu mengirim file-file ini ke Arin saja. Tunggu waktu yang tepat.”

Mavendra langsung tersenyum senang. Dia tidak bisa menahan dirinya lagi. Dia segera memeluk arin dengan bahagia. Memberikan pelukan seerat mungkin pada gadis itu. Mengelus lembut rambut gadis itu.

“Direktur, apa yang kamu lakukan? Lepaskan!”

Mavendra tidak mengindahkan perkataan Arin. Pria itu malah memberikan ciuman di kepalanya. Arin mencoba untuk melepaskan pelukan tersebut namun percuma saja. Pria itu terlalu tinggi dan terlalu kuat baginya.

“Sampai kapan kamu memanggilku seperti itu? Direktur, rasanya seperti terus kerja saja.”

Pelukan itu terlerai, Arin kira Mavendra berhenti berulah namun rupanya semakin gila. Pria itu mencium bibirnya memberikan lumatan yang penuh dan mendorong lembut tubu itu agar bergerak mundur. Mereka terus berciuman hingga Arin terbating di atas sofa. Pria itu menjulang di depannya.

“Dari tadi kamu ingin tidur di sofa kan? Akan kukabulkan.”

Mavendra kembali memberikan ciuman yang sesaat tadi sempat terlepas. Ciman itu begitu mendominasi hingga Arin kewalahan dalaam menghadapinya. Dia bergerak dengan gelisah. Matanya terpejam saat pria itu mulai menggila.

“Aku mencintaimu,” ucap MAvendra yang merenggut napas Arin.

Mereka menghabiskan malam mereka dengan berjuta kupu-kupu yang menemani. Mavendra membungkus tubuh gadis itu dengan selimut. Dia terus memandang wajah pulas Arin yang dia caintai.

Arin harus bersamanya. Itu menjadi keputusan akhir baginya. Mavendra menghabiskan sisal amlamnya dengan menatap wajah indah di depannya. Wajah yang begitu menarik dia lihat sepanjang sisa usiasnya

Terpopuler

Comments

Dewi Payang

Dewi Payang

Apa ini salah satu rencana Mavendra?

2024-10-01

0

Dewi Payang

Dewi Payang

Wah bahaya ini.....

2024-10-01

0

Dewi Payang

Dewi Payang

Hati2 Liam.... ada obat didalamnya....

2024-10-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!