Bab 9

Arin menatap mejanya dengan mulut menganga. Dia tercengang. Dia tidak menduka akan banyak kerjaan yang menumpuk di meja yang biasanya kosong. Tadi pagi, Baskara memintanya untuk memastikan buku-buku kas yang menumpuk di mejanya dicocokkan dengan data yang ada di excel.

“Apa dia sedang menindasku? Aduh, aku akan membutuhkan waktu yang lama untuk menemukan filenya.”

Tangan dan mata Arin kini harus bekerja ekstra. Apalagi saat dia memindai antara buku dan excel berbeda.

“Jadi maksudnya ini…astaga jadi aku harus memeriksa semua ini?!”

Meskipun Arin sudah menggunakan semua waktunya namun pekerjaannya tidak kunjung selesai. Masih ada beberapa buku yang menumpuk.

“Hari ini sampai sini saja. Ayo kita pergi makan.”

Arin langsung mendongak menatap terkejut Mavendra yang kini sudah berdiri di sampingnya.

“Hanya berdua saja?”

“Kenapa? Tidak mau?”

“Aku hanya ingin bekerja sekrang lalu pulang.”

“Kenapa? Apa kamu punya janji dengan Liam?”

Arin menghela napas panjang. “Aku hanya ingin menyelesaikan pekerjaan dengan cepat.”

“Apa karna kamu tidak nyaman makan denganku?”

“Apa aku harus mengatkannya?”

“Arin..”

“Makan saja sendiri!!”

“Ini perintah.”

Mau tak mau, Arin harus mengikuti ajakan Mavendra. Pria itu berkuasa jadi Arin tidak bisa berdebat dengannya. Arin berjalan dengan langkah cepat. Dia seolah dikejar oleh waktu. Begitu melihat mobil Mavendra, gadis itu segera duduk di kursi penumpang. Sementara Mavendra berjalan dengan santai dan tenang.

“Apa kamu suka daging sapi?” Tanya Mavendra begitu memasuki mobilnya.

“Tidak! Aku tidak terlalu suka daging sapi.”

“Makanan apa yang kamu suka?”

“Memangnya aku bisa memilih mau kemana?”

“Arin, demi dirimu. Aku bahkan bisa menghabiskan uangku untuk membeli restoran yang kamu inginkan.”

Arin segera memutar tubuhnya, menatap Mavendra dengan kerutan dalam di dahinya.

“Aku suka makanan cepat saji.”

“Jangan yang itu!”

“Sandwich,” jawab Arin.

“Jangan sandwich.”

“Kalau begitu kenapa kamu tanya padaku?” Tanya Arin dengan nada kesal.

“Kamu suka makanan jepang? Dekat sini ada restoran jepang yang baru buka. Ramen di sana katanya rasanya enak.”

Begitu mendengar nama Ramen, Arin langsung bisa membayangka Ramen kuah yang hangat masuk di tenggorokannya. Mie nya yang kenyal dan kuahnya yang penuh rasa. Arin tersenyum dengan penuh suka cita.

“Iya!”

Mobil mereka akhirnya membelah jalanan kota. Sorot lampu di sepanjang jalan membuat jalanan terasa indah. Mereka menikmati perjalanan mereka dengan hanya berdiam tanpa suara. Mavendra yang terlalu fokus dengan jalanan dan Arin yang terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri.

Sampai pada akhirnya mereka sudah sampai di restoran yang direkomendasikan Mavendra. Arin begitu antusias awalnya namun melihat harga menu di sana. Antusiasnya langsung turun drastis. Harga yang tertera di buku menu membuat bulu kudik Arin berdiri.

Dia melihat menu yang sekiranya masih ramah dikantongnya.

“Aku memesan tempura.”

“Tempat ini terkenal karena ramennya yang enak.”

“Aku…”

“Apa kamu tidak suka? Kalau begitu kita pergi dan cari restoran lain.”

“Jangan! Aku hanya suka tempura.”

Mavendra menghela napas panjang. “Aku akan mengingatnya. Kalau begitu. Saya pesan dua remen spesial dan dua tempura,” ucap Mavendra pada pelayan.

Arin menatap Mavendra dengan meragu. Banyak sekali pikiran-pikiran tentang Mavendra yang bersarang di kepalanya.

“Ada apa denganmu? Dari tadi kamu tertawa sendiri dan menangis. Kamu terlihat gembira ya, Arin Louery. Aku tdak sabar menunggu hari minggu.” Mavendra bergumam. Senyum tipis muncul di wajah tampannya.

...…...

Setelah makan malam, mereka kembali ke kantor. Arin melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Meskipun belum selesai semuanya, Mavendra mengajaknya untuk pulang bersama. Lagi-lagi, Arin hanya bisa menuruti perintah bosnya.

Saat lift terbuka, Mavendra masuk terlebih dulu lalu diikuti Arin di belakangnya. Mereka berdiri berdampingan. Mavendra terlihat melihat jam yang ada di pergelangan tangannya.

“Minggu ini, kita akan pergi ke kantor cabang, jadi bersiaplah.”

“Apa? Minggu ini?”

Mavendra langsung menoleh menatap Arin yang tampak terkejut.

“Apa? Ada masalah?”

Arin menggeleng cepat. “Tidak ada malasah, tapi kantor cabang ada di luar kota dan aku akan melakukan perjalanan di nas berdua saja dengan direktur? Apa aku akan baik-baik saja?”

Saat Mavendra ingin menanggapi pertanyaan Arin. Tiba-tiba ponsel Arin berbunyi. Mavendra melirik Arin yang langsung cepat membuka tasnya dan begitu menemukan ponselnya, dia langsung mengangkat panggilan tersebut.

“Halo, Liam!!”

“Apa kamu ada di apartemen? Sudah pulang.”

“Belum, aku masih di kantor.”

“Jadi kamu lembur ya? Apa kamu sudah makan malam?”

“Sudah, kamu sendiri sudah makan malam?”

Liam yang di seberang menatap Rena yang ada di depannya sedang meniupkan makanannya.

“Ah iya. Aku juga sudah makan.”

Mavendra menatap ke arah Arin. Menatap dengan tidak rela apa yang dilihatnya. Dia begitu marah waktunya harus dikacaukan dengan panggilan dari Liam. Mavendra menahan dirinya. Dia tidak bisa begitu saja marah dengan arin, jadi dia hanya harus bertahan. Namun dia tidak sesabar itu. Mavendra juga bisa mengacau.

Mavendra dengan sengaja menekan-nekan klakson membuat kebisingan di sana sehingga Arin tidak begitu mendengar suara Liam.

“Eh? Apa? Sebentar.”

Arin langsung menoleh ke arah Mavendra dan langsung meraih tangan Mavendra yang sedari tadi memainkan klakson mobil. Gadis itu memberikan tatapan lembut pada Mavendra, berharap dia mengerti dengan situasinya. Arin tidak meminta banyak hanya sebuah pengertian yang cukup saja.

“Liam, bicaralah.”

“Jadi begini. Aku harus melakukan perjalanan dinas mendadak ke luar negeri pekan ini.”

“Perjalanan dinas ya. Ke mana?”

“Ke Singapura. Aku tak akan lama, nanti setelah aku pulang. Aku akan memberi waktuku untukmu.”

“Baiklah, hati-hati.”

Arin tampak sedih. Dia mengepalkan tangannya kuat saat panggilan tersebut sudah terputus.

“Jadi dia akan melakukan perjalanna dinas ya?”

“Apa yang kamu lakukan kali ini dengan Liam? Kamu sengaja?”

“Hanya membuat dia sibuk.”

...…...

Di tempat lain, tak jauh berbeda. Liam tampak murung tak bersemangat saat mendengar perintah bahwa dia akan dinas di luar negeri. Saat ini pria itu sedang makan malam di sebuah kedai bersama Rena.

“Apa kamu mendengarku? Liam?”

“Ah, apa?”

“Aku bertanya saat aku ke kamar mandi, apa kamu sedang menelepon seseroang?”

“Ah itu, ya.”

“Dari wajahmu, dia orang yang begitu penting. Apa dia pacarmu?”

“Ya, aku menelepon pacarku dan memberitahu perjalanan dinas.”

“Wah, kamu laki-laki yang sangat keren. Mengabari pacar tanpa diminta.”

“Jadi siapa pacarmu? Apa aku mengenalnya” tanya Rena begitu antusias.

“Itu rahasia.”

“Wah…aku tarik ucapanku bahwa kamu keren. Ah benar, bagaimana rasanya makanan di sini? Apakah enak?”

“Yam rasanya enak kuahnya begitu akan kaya dengan rempah.”

“Makanan di sini direbus dengan memasukkan berbagai macam bahan yang baik untuk tubuh.

Terpopuler

Comments

Dewi Payang

Dewi Payang

Apa Liam nanti beralih ke lain hati?

2024-09-30

0

Dewi Payang

Dewi Payang

Beuh... 🤭🤭

2024-09-30

0

Dewi Payang

Dewi Payang

Maksa terus Mavendra

2024-09-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!