Azka yang sedang berada dicafe milik Rere.
"Kamu gak masuk kantor?" Tanya Rere
"Aku lagi males kekantor." Jawab Azka
"Kalau gitu kita pergi keluar yuk!" Ajak Rere.
"Aku juga lagi males keluar."
"Terus sekarang kamu maunya apa? Sudah jauh datang kemari, tapi tanpa melakukan apapun. Bahkan kamu berbicara pun tanpa memperhatikanku. Sebenarnya ada apa denganmu. Akhir-akhir ini sikapmu aneh." Jelas Rere.
"Itu hanya perasaanmu saja. Sikapku masih sama seperti biasanya. Cuma suasana hatiku yang sedang
berubah-ubah. Aku datang kemari agar kamu bisa memperbaiki suasana hatiku yang sedang buruk."
"Mebuatmu membaik. Baiklah, sekarang coba kamu berbaring dan taruh kepalamu dipangkuanku. Aku akan mencoba membuat suasana hatimu menjadi baik kembali." Pinta Rere.
"Saran yang tidak buruk." Azka menuruti permintaan Rere. Dia berbaring dengan posisi kepalanya berada dipangkuan Rere.
Rere mengusap kepala Azka dengan lembut sambil menyanyikan sebuah lagu kesukaannya.
Azka mulai luluh dan suasana hatinya sedikit membaik. Azka pun terlelap dalam belaian kasih sayang Rere.
Meninggalkan kebersamaan Azka dan Rere, ada Zahra yang teringat akan janjinya dengan seseorang yang menolongnya di Mall. Dia segera menaiki Taksi dan menuju tempat yang dijanjinkan.
Zahra sedikit terlambat datang. sekitar telat 15 menitan.
Saat Zahra memasuki restoran, pria tersebut melambaikan tangannaya kepada Zahra. Zahra menghampiri pria tersebut yang tengah duduk sambil melihatnya.
"Loe terlambat 15 menit." Ucap pria itu.
"Maaf."
"Silahkan duduk." Mempersilahkan
Zahra pun duduk didepan pria itu.
"Bagaimana keadaan Azka? Aku dengar dia tidak datang kekantor hari ini."
"Iya, hari ini Mas Azka sedikit tidak enak badan, jadinya tidak berangkat kekantor." jelas Zahra.
"Sebenarnya semalam gwe sedikit terkejut kalau loe adalah istrinya Azka. Pantas saja wajahmu sedikit familiar untukku. Apakah loe gak ingat pernah bertemu denganku sewaktu acara pernikahanmu?"
"Maaf, sewaktu acara begitu banya tamu undangan yang datang, sehingga saya tidak begitu mengingat teman-teman Mas Azka."
"Tentu saja, lagi pula kita cuma bertemu sekali, jadi mana mungkin loe mengenaliku bila bertemu dijalan. Gwe saja sudah lupa nama loe, apalagi loe.
Nama gwe Leo, loe sendiri?"
"Saya Zahra"
"Zahra?? Nama yang cukup cantik, gwe rasa sesuai dengan orangnya. Soal semalam. Kenapa loe gak tanya alasan Azka sampai minum? Apakah kamu tidak penasaran?" Tanya Leo.
"Mas Azka pasti punya alasan tersendiri kenapa melakukan itu. Dan saya sebagai istrinya akan mendengar alasannya darinya sendiri. Sebab membangun hubungan membutuhkan rasa saling percaya dan saling berbagi tanpa adanya yang ditutupi. Maka dari itu saya tidak menanyakannya ke Mas Leo." Jawab Zahra
"Wah... Tak kusangka istri Azka begitu menarik. Aku rasa Azka begitu beruntung bisa memilikimu." Puji Leo
"Tapi sepertinya yang beruntung saya bisa menjadi istrinya Mas Azka. Mas Leo sendiri apakah sudah menikah?"
"Gwe belom nikah. Gwe masih ingin menikmati kesendirian gwe. Menikmati tanpa adanya keterikatan hubungan. Bersenang-senang dengan siapapun yang gwe inginkan. Bukankan itu menarik?"
"Menurut saya, itu bukanlah suatu hal yang menarik. Itu hanyalah sekedar kesenangan sesaat yang membuat kita terbuai untuk berhenti menuju sebuah kebahagiaan yang sesungguhnya. Sebuah kebahagiaan yang sempurna untuk membentuk sebuah keluarga.
Dan membentuk sebuah keluarga dengan orang yang kita cintai adalah kebahagiaan yang tak terganti."
"Tak kusangka loe bisa memaknainya sebegitu dalam. Sepertinya aku akan mefikirkan kembali kata-katamu tadi.
Oh ya, minggu depan ada pesta pembukaan bisnis resort baru gwe. Gwe harap loe dan Azka bisa datang kesana."
"Insyaallah jika Mas Azka pergi saya juga akan pergi."
"Baiklah, sepertinya sudah cukup lama gwe disini. Untuk hari ini terima kasih untuk teraktirannya. Gwe seneng bisa bicara sama loe. Kapan-kapan kita harus bicara lebih lama lagi." Ucap Leo
"Saya juga berterima kasih karena kemarin Mas Leo sudah menolong saya dan mengantarkan Mas Azka pulang. Untuk hari ini saya juga senang bisa bicara dengan Mas Leo. Sekali lagi terima kasih."
"Baiklah, gwe pergi dulu."
"Iya, Mas."
Leo berlalu pergi meninggalkan Restoran.
Tiba-tiba handphone Zahra berbunyi. Dan ternyata telepon dari Sisi.
"Assalamualaikum Zahra"
"Waalaikumsalam, ada apa Sisi."
"Kamu ada dimana? Kenapa gak ada dirumah?"
"Aku sedang ada diluar"
"Bukankah kamu sedang sakit, kenapa keluar? Atau jangan-jangan kamu sedang pergi kedokter? Iya kan?"
"Aku hanya bertemu orang yang menolongku kemarin. Dan aku tidak perlu pergi kedokter. Aku hanya sedikit masuk angin saja. Besok juga sembuh."
"Apa... Kamu menemui pria gila kemarin. Kenapa kamu gak bilang keaku dulu. Kamu gak diapa-apain kan? Kamu baik-baik saja kan?" Tanya Sisi yang khawatir
"Tenang, kamu gak perlu khawatir. Aku gak apa-apa kok. Lagi pula pria itu ternyata adalah teman suamiku. Jadi gak ada yang pelu dikhawatirkan."
"Dia teman suamimu? Bagaimana ceritanya?"
"Nanti akan aku ceritakan. Kamu dimana?"
"Sekarang aku ada didepan rumahmu. Cepatlah kemari."
"Baiklah, aku akan segera pulang. Kamu tunggu disana dulu."
"Em... Aku tunggu." memutuskan telepon.
Sesampainya dirumah Zahra melihat mobil Sisi didepan rumah.
"Akhirnya kamu dateng."
"Em... ayo masuk"
Zahra dan Sisi masuk kedalam rumah.
"Seharusnya kamu dirumah, udah tahu lagi sakit ini malah keluyuran keluar."
"Maaf deh, lagian aku juga udah janji mana mungkin aku gak datang." Ucap Zahra
"Ya sudahlah. Sekarang kamu ceritain gimana bisa pria gila itu temen suamimu." Sisi yang sedikit mulai penasaran
"Sebenarnya semalem dia datang kerumah nganterin Mas Azka. Terus aku jadi tau, kalau dia temennya Mas Azka. Maka dari itu juga aku jadi menemuinya."
Jelas Zahra
"Yang bener aja, masih ada sebuah kebetulan semacam ini. Dunia ini memang sempit, hingga kamu bertemu dengannya." Ujar Sisi
"Jangan begitu, sepertinya dia orang baik kok. Aku tadi juga sudah mengobrol dengannya. Sepertinya juga dia teman baik suamiku."
"Baiklah, oh ya ini aku bawain buah sama bubur takutnya kamu belum makan. Makanya aku bawain bubur. Kamu makan gie mumpung masih anget." Pinta Sisi
"Ooww... Kamu sangat perhatian. Makasih Sisi." Ucap Zahra
"Sama-sama."
Azka pulang larut malam. Tapi kali ini dia pulang dengan sadar dalam arti dia tidak mabuk. Saat memasuki rumah, dia melihat Zahra yang tertidur disofa ruang tamu.
"Kenapa dia malah tidur disini." ucap Azka dalam hati
Dia pun melangkah mendekati Zahra. Namun mengingat kejadian tadi pagi ia mengurungkan niatnya.
"Untuk apa aku peduli. Dia mau tidur dimanapun juga gak ada urusannya denganku."
Dia pun berlalu pergi kekamarnya.
Namun beberapa detik kemudian Azka keluar dengan membawa sebuah selimut ditangannya. Dia berjalan menghampiri tempat Zahra tertidur.
Dia menyelimutkan selimut yang dibawanya kepada Zahra. Kemudian dia pergi lagi. Didalam kamar Azka berbicara sendiri.
"Apa yang aku lakukan? Untuk apa aku repot-repot mengambilkan selimut untuknya. Lagi pula dia gak pantas mendapatkan perhatian dariku." Berjalan keluar kamar. Kemudian berhenti.
"Tapi, kalau dia sakit. Aku juga yang repot." Kembali lagi masuk kekamar.
"Mau sakit mau enggak. Aku gak perduli." Berjalan kembali keluar kamar. Kemudian berhenti.
"Tapi kalau dia benar-benar sakit terus menelepon Mama dan Mama kesini malah bikin kacau lagi." Kembali lagi masuk kekamar.
"Mana mungkin dia berani menelepon Mama." Berjalan kembali keluar kamar. Kemudian berhenti lagi.
"Aaaahh masa bodo. Aku mau tidur." Kembali masuk kedalam kamar.
Setelah selesai mondar mandir, keluar masuk kamar, akhirnya Azka tertidur diatas ranjang yang begitu hangat. Meninggalkan pemikiranya tentang Zahra.
Malam pun terdiam dengan penuh kesunyian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Lenny Marlina
saya cuman berharap, Azka mau melepaskan zahra, karna zahra juga butuh kebahagiaan🤨
2021-04-04
0
Nona Cherry Jo
lama2 azka bisa gila😀
2021-03-22
0
Uun Setiowati
semoga sisi sama Leo yah
2020-10-31
4