"Nona Rania, Saya tidak akan meragukan karya-karya Anda yang luar biasa ini. Saya benar-benar puas dengan kerja sama kita kali ini. Anda memang yang terbaik Nona." ucap tuan Bryan.
"Terima kasih Tuan Bryan, tapi Anda terlalu berlebihan. Semoga kedepannya kita masih bisa bekerja sama lagi." balas Rania.
"Tentu saja Nona Rania. Untuk proyek saya selanjutnya, saya akan menunjuk langsung Nona Rania sebagai arsitek dan arsitek interior. Saya pastikan akan menghubungi Nona Rania secepatnya." jawab tuan Bryan.
"Terima kasih Tuan Bryan." balas Rania sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan pemilik Bryan Company tersebut.
Ini adalah project kerja sama Rania dan Bryan Company yang ke tiga kalinya. Project pertama dan kedua terjalin saat Rania masih bergabung dengan perusahaan milik sahabatnya. Ini pertama kalinya Rania mengerjakan project secara pribadi.
Tuan Bryan membalas uluran tangan Rania. Kerja sama mereka sudah selesai. Rania bisa mengerjakan project ini lebih cepat dari jadwal seharusnya. Keluar dari rumah pemberian Adrian, membuat Rania bisa lebih fokus dengan pekerjaanya. Karena itulah, dia berhasil menyelesaikan permintaan tuan Bryan lebih cepat dari waktu yang dijanjikan.
"Nona, izinkan saya mengundang Anda makan malam di kediaman saya. Istri saya sangat ingin berkenalan dengan Anda. Kebetulan sekali, anak-anak saya baru saja kembali dari luar negeri. Saya ingin Nona Rania mengenal mereka." ucap tuan Bryan.
"Saya merasa sangat terhormat Tuan." balas Rania.
"Sopir saya akan menjemput Nona Rania besok malam. Apa Nona bisa?" tanya tuan Bryan.
Rania mengangguk. Dia tidak mungkin menolak undangan dari tuan Bryan. Tentu saja demi karir dan masa depannya.
"Baiklah, sampai jumpa besok malam." ucap tuan Bryan.
"Sampai jumpa Tuan." balas Rania.
Rania kembali duduk. Dia membereskan lebaran kertas yang sedikit berserakan, sambil tersenyum lebar. Rania menandaskan minumannya. Hatinya bahagia. Dia sudah menyelesaikan project yang cukup besar kali ini. Penghasilannya tidak main-main. Tuan Bryan bahkan membayarnya lebih dari kesepakatan harga yang sudah ditentukan.
"Tanpa kamu, hidupku akan baik-baik saja Adrian." gumam Rania sambil tersenyum bahagia.
Senyum Rania meredup saat sosok yang namanya baru saja dia sebut berada dihadapnya.
Setiap kali Adrian pulang ke rumahnya bersama Rania, pria itu merasa kesepian. Tidak ada sosok Rania yang menyambutnya, meski mereka tidak saling bicara. Tapi setidaknya Adrian bisa melihat keadaan Rania baik-baik saja.
Hanya saja Adrian tidak menyadari, apa yang dia rasakan saat ini, dulu juga Rania rasakan. Kesepian. Dan itu Rania jalani selama dua tahun lamanya. Belum ada apa apanya dengan yang Adrian rasakan saat ini, yang masih dalam hitungan hari.
Sebenarnya bukan hanya kesepian yang Adrian rasakan. Pria itu khawatir Rania akan mendapatkan kesulitan di luar sana. Apa lagi setelah tahu Rania benar-benar tidak pulang ke rumah orang tuanya.
"Di mana kamu, Rania?" tanya Adrian setiap kali dia gagal menemukan keberadaan Rania.
Sebenarnya Adrian merasa kesal pada Rania. Mereka belum selesai bicara, tapi istrinya itu sudah pergi begitu saja. Harusnya Rania mau mendengarkan alasanya mengapa Adrian tidak ingin mereka bercerai. Bukan menghilang tanpa jejak seperti saat ini. Nomornya pun tidak bisa dihubungi. Media sosialnya terkunci. Hanya orang-orang yang berteman dengannya saja yang bisa melihat postingan Rania. Dan Adrian menyesal, dia tidak berteman dengan Rania di media sosial.
Sadar dia tidak bisa menemukan Rania seorang diri, Adrian meminta bantuan Dito, untuk mencari keberadaan Rania.
Setelah beberapa hari berlalu, akhirnya hari ini Dito berhasil mengetahui keberadaan Rania.
"Adrian, aku sudah menemukan...."
Dito tidak melanjutkan ucapannya begitu melihat ada Alexa di ruangan Adrian. Tadinya Dito ingin memberi tahu jika, dia sudah menemukan keberdaan Rania.
Alexa menemui Adrian hari ini. Dia merindukan kekasihnya. Sejak pulang ke Indonesia, Adrian baru satu kali menemuinya. Dia tahu Adrian selalu sibuk dengan pekerjaanya. Tapi Alexa tidak ingin Adrian mengabaikannya. Kekasih Adrian itu juga berencana menyampaikan undangan makan malam dari papanya untuk Adrian.
"Menemukan apa, Dit?" tanya Alexa penasaran
"Oh itu, berkas Adrian yang tercecer." jawab Dito asal. Tidak mungkin dia memberitahu yang sebenarnya, kan?
"Kalau begitu ayo kita temui dia." ucap Adrian.
"Kamu akan pergi kemana Adrian?" tanya Alexa menyela.
"Alexa, aku harus menemui seseorang. Ini sangat penting. Jabatanku sebagai Ceo taruhannya." jawab Adrian menjelaskan.
"Tapi, aku...."
"Aku akan menemui kamu setelah pekerjaanku selesai." ucap Adrian memotong ucapan Alexa.
"Baiklah." Jawab Alexa menyerah. Dia tidak akan mengganggu pekerjaan Adrian.
"Tapi jangan lupa besok malam untuk datang ke rumah. Papa sangat ingin berkenalan denganmu, Adrian." ucap Alexa mengingatkan.
Adrian hanya tersenyum membalas perkataan Alexa. Dia tidak berjanji tidak juga menolaknya. Masalahnya dengan Rania belum selesai. Karir dan masa depannya pun kini ada di tangan Rania. Karena itu, saat ini prioritasnya adalah bertemu Rania dan menjelaskan yang belum sempat dia jelaskan pada istrinya itu.
Disinilah Adrian berada, di hadapan Rania. Sepuluh hari tidak melihat Rania, Adrian merasa banyak yang berubah dari Rania. Mungkin pakaian yang Rania kenakan saat ini yang membuat wanita itu menjadi lain. Rania mengenakan pakaian formal, serta mengunakan make up biarpun tipis. Jauh berbeda dengan Rania yang Adrian lihat di rumah.
"Apa yang kamu kerjakan disini?" tanya Adrian sambil melihat sekilas tumpukan kertas yang berada di hadapan Rania, serta sebuah laptop yang layarnya sudah tertutup.
"Tidak ada hubungannya dengan kamu." jawab Rania dingin.
"Rania." panggil Adrian. Rania mendengar, tapi dia tidak mau melihat pada pria itu.
"Pulanglah!" ucap Adrian.
"Kita sudah sepakat untuk berpisah begitu Alexa pulang. Apa kamu tidak mengingat itu Adrian? Aku sudah menandatangani surat yang kamu berikan dua tahun yang lalu. Bukankah sudah aku berikan ke kamu?"
"Rania, kita tidak akan bercerai!" tegas Adrian.
"Tapi aku ingin kita bercerai." sahut Rania.
"Tapi tidak sekarang!"
Rania menoleh pada Adrian, "Dia sudah kembali bukan? Jadi apa lagi yang kamu tunggu?" tanya Rania tidak mengerti dengan jalan pikiran Adrian.
"Kakek di rumah sakit. Dia mencarimu." jawab Adrian mencari alasan.
Rania sekarang paham, Adrian tidak ingin buruk di mata tuan Widodo. Karena itu dia mempertahankan pernikahan ini. Tapi Rania yang sudah tidak sanggup berada dalam biduk rumah tangga yang terus terombang ambing tanpa tujuan. Rania ingin lepas dari belenggu masa lalunya. Rania sudah sangat siap melepas Adrian.
"Aku akan menemui kakek. Tapi, jangan berharap aku akan kembali ke rumah itu."
"Rania, a...."
"Iya, atau kita cerai sekarang!" ucap Rania tegas.
Adrian terdiam. Rania yang ada di hadapannya saat ini bukan lagi Rania yang dia kenal. Apa sebegitu inginnya Rania berpisah dengannya? Bukankah Rania mencintainya?
Ayolah Adrian, rasa cinta itu bisa hilang jika terus disakiti. Bukankah kamu yang sangat ingin berpisah darinya? Lalu mengapa kamu harus merasa sakit dengan keinginan Rania?
Terlalu larut dalam lamunannya, tanpa Adrian sadari, Rania sudah berlalu dari hadapannya. Sampai Dito datang dan memberi tahu kekasih Alexa itu, jika Rania sudah tidak ada di hadapanya.
"Kemana dia?" tanya Adrian.
"Yo ndak tahu, kok tanya saya?" balas Dito.
"Aku serius Dit." ucap Adrian tidak suka dengan jawaban Dito yang menirukan perkataan orang nomor satu di negara ini.
"Gue juga serius Bos! Makanya jangan suka melamun." Jawab Dito, "Dapat hobi baru kok melamun," ucap Dito melanjutkan perkataannya.
Sementara itu, Rania melajukan kendaraanya menuju rumah sakit di mana tuan Widodo di rawat. Rania tidak perlu bertanya di mana? Dia sangat tahu di mana bos ayahnya itu dirawat. Dan kebiasaan apa saja yang kakek Adrian itu lakukan.
"Ara, kamu ingin mengunjungi kakek?" tanya Aryan begitu melihat keberadaan adik sepupunya itu.
Rania mengangguk, "Kakak di sini juga?" tanyanya.
"Di mana Adrian? Mengapa kamu hanya sendiri?" tanya Aryan.
"Aku di sini." sahut Adrian.
Hanya Aryan yang menoleh kearah Adrian. Rania justru memilih diam. Dia tidak menyangka jika Adrian mengikutinya. Sudahlah, Rania tidak ingin menduga-duga mengapa Adrian melakukan hal yang tidak pernah pria itu lakukan. Selama ini Adrian lebih suka menjauh dan menghindar darinya.
"Ayo masuk!" ucap Adrian sambil meraih tangan Rania, lalu menggenggamnya.
Rania menoleh, Adrian hanya tersenyum, "Aneh?" pikir Rania dalam hati. Dua tahun bersama, belum pernah satu kali pun Adrian melakukan hal ini. Bahkan tersenyum padanya.
Lagi-lagi Rania memilih diam. Dia ingin tahu, apa yang menjadi tujuan Adrian?
"Kalian berdua akhirnya datang juga." ucap tuan Widodo senang begitu melihat Rania dan Adrian yang masuk ke ruang rawat inapnya.
Rania tersenyum, "Bagaimana keadaan Kakek?" tanyanya.
"Kakek sehat setelah melihat kalian baik-baik saja," jawab tuan Widodo.
Adrian dan Rania tidak tahu jika kabar kepergian Rania dari rumahnya sudah sampai di telinga tuan Widodo. Pria tua itu juga tentu tahu apa penyebabnya. Karena itu kesehatan tuan Widodo sedikit terganggu.
"Kami baik-baik saja, Kek." jawab Adrian yang sudah pasti berbohong.
"Kalau begitu, mengapa belum juga memberikan Kakek cicit? Apa lagi yang kalian tunggu? Masih ingin saling mengenal? Ini sudah dua tahun kalian menikah."
Baik Adrian maupun Rania tidak ada yang berani menjawab perkataan tuan Widodo. Bagaimana bisa memberikan cicit jika mereka belum pernah tidur bersama.
...☆☆☆...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Sandisalbiah
hidup di sisi Adrian sama dgn menjalani pernikahan halu.. demi kewarasan Rania, jln terbaik adalah berpisah.. Adrian yg membutuhkan Rania demi posisinya di perusahaan tdk lebi..
2024-12-11
0
Memyr 67
suami bego adrian. istri nggak pernah dinafkahi, malah semua kebutuhan pacar yg dipenuhi. terlalu bucin, jadi nggak tau kewajiban seorang suami setelah menikah.
2024-12-02
0
meilanyokey
jangan mudah luluh ya rania , 2 thn cukup waktu yg kau berikan u laki2 itu
2024-12-20
1