Bab 11. Lelah

Sudah tiga hari ini Rania berdiam diri rumah saja. Kejadian malam itu masih sangat mengganggu Rania. Karena tidak ingin keluar rumah, Rania sampai membatalkan janji dengan Haris, teman Rania yang seorang psikiater.

Sementara untuk urusan dengan Adrian dan tuan Widodo, Rania serahkan semuanya pada Aryan sebagai pengacaranya. Rania tidak berminat sama sekali menjadi ceo di Pradipta Group. Selain bukan bidangnya, dia juga malas bersaing dengan Adrian. Lebih tepatnya, Rania tidak ingin bertemu Adrian.

"Non, ada neng Winda dan den Haris." ucap mbok Asih memberitahu Rania yang masih sibuk menyelesaikan gambarnya.

Biar hanya di rumah saja, bukan berarti Rania bermalas-malasan. Dia tetap menyibukkan diri dengan menggambar dan juga menulis novel. Rania tidak terbiasa hanya berdiam diri tanpa melakukan apa-apa.

"Suruh mereka ke sini saja Mbok. Tanggung ini kerjaannya tinggal sedikit lagi." jawab Rania.

Mbok Asih meninggalkan Rania di ruang kerjanya. Dia sudah sangat hapal kebiasaan anak asuhnya itu. Rania tidak akan beranjak jika pekerjaannya belum selesai. Dan itu bisa menghabiskan waktu berjam-jam.

Rania bahkan sering melewatkan jam makan. Sampai-sampai mbok Asih yang harus mengantarkan makanan Rania ke ruang kerjanya. Bahkan tidak jarang, wanita tua itu yang menyuap kan makanan ke mulut anak asuhnya. Jika tidak begitu, Rania tidak akan mengisi perutnya. Salah satu kebiasaan buruk Rania.

"Ra, masih sibuk?" tanya Winda begitu masuk ke ruang kerja Rania.

Rania tersenyum pada sahabatnya itu. Hanya sekilas saja, dia langsung kembali menatap hasil karyanya.

"Tidak juga, hanya tanggung saja. Tinggal sedikit lagi." jawab Rania tanpa menoleh pada sahabatnya itu.

"Bukankah aku sudah mengingatkan kamu untuk jaga kesehatan, Nona muda." ujar Winda kesal.

Sampai detik ini, dia belum tahu apa yang terjadi dengan Rania. Rasa penasarannya, yang mendorong Winda untuk mengunjungi Rania sore ini, kebetulan sekali hari ini hari liburnya. Jadi dia punya banyak waktu. Saat tiba di kediaman Rania, Winda bertemu Haris yang juga baru tiba. Sama dengan dirinya, Haris juga khawatir dengan keadaan Rania.

"Aku sehat dengan bekerja Win." sahut Rania.

"Sehat itu bukan hanya fisik Ra, tapi juga jiwa." timpal Haris.

"Kan ada kamu, Ris." balas Rania.

Jika sudah begitu Winda dan Haris harus sabar menunggu Rania menyelesaikan pekerjaannya. Keduanya saling pandang lalu sama-sama menghela napas kasar.

"Hanya sebentar." ucap Rania yang bisa mendengar hembusan napas kasar dari kedua sahabatnya.

"Gambar apa?" tanya Winda.

"Ada tanah dijual tidak jauh dari sini. Aku sudah minta kak Aryan untuk mengurus pembeliannya. Rencananya aku mau buat cluster. Bukan untuk di jual, tapi untuk di kontrakkan saja." jawab Rania.

"Dan ini gambar rumah yang akan di bangun nanti." ucap Rania lagi.

"Uang dari mana? Proyek kemarin cair banyak?" tanya Winda kagum.

Rania hanya tersenyum menjawab pertanyaan Winda. Selama ini, Rania tidak pernah mengecek isi rekening yang pernah ayahnya berikan. Baru kemarin Rania melihat saldo rekening tersebut, tepatnya setelah dia tahu, dia memilik saham di Pradipta Group. Dan benar saja, isinya cukup fantastis. Karena ayah Rahadi tidak menyentuh uang yang ada dalam rekening itu, selain untuk kebutuhan Rania.

Dengan uang yang dia miliki saat ini, Rania bisa mewujudkan cita-citanya, memiliki perumahan sendiri. Merancangnya sendiri dan memilih materialnya sendiri, seperti impiannya di masa lalu.

"Aku sudah selesai." ucap Rania yang benar-benar mengabaikan pertanyaan Winda.

"Kemarilah!" ucap Haris sambil menepuk sofa kosong yang ada di sampingnya.

"Lelah." ucap Rania mengeluh, setelah dia duduk di samping dokter jiwa itu.

Rania menyandarkan kepalanya di bahu Haris yang kini tengah merangkulnya. Air mata Rania mengalir cukup deras. Baik Haris maupun Winda tidak ada yang berniat menghentikan tangisan Rania. Lama bersahabat, kedua orang itu tahu apa yang Rania butuhkan saat ini.

"Kami akan selalu mendukung jalan yang kamu pilih Ra." ucap Winda, setelah Rania menghentikan tangisannya.

"Aku kalah." ucap Rania.

"Bukan kalah, tapi mengalah untuk menang." balas Haris.

"Aku tidak ingin bertemu dia lagi. Aku takut dia kembali melakukan hal yang sama." Ucap Rania.

"Boleh kita tahu apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Haris. Rania mengangguk.

Setelah menandaskan air putih yang diberikan Winda, Rania menceritakan dari awal mula apa yang terjadi hingga dia meninggalkan rumah pemberian Adrian dan tinggal di rumah miliknya sendiri.

Baik Haris maupun Winda tidak ada yang menyela cerita Rania. Hanya mimik wajah mereka saja yang menunjukkan ekspresi berubah-ubah. Terkadang terlihat geram. Terkadang datar dan terkadang menatap tidak percaya.

"Lanjutkan!" ucap Winda, meminta Rania kembali melanjutkan ceritanya yang memang belum selesai.

Sekarang Rania melanjutkan ceritanya. Cerita dia yang menerima undangan makan malam dari tuan Bryan.

"Kalian tahu aku bertemu siapa di sana?" tanya Rania. Winda dan Haris tidak ada yang menjawab.

"Siapa?" tanya Winda penasaran, karena Rania tidak juga melanjutkan ceritanya.

"Siapa lagi kalau bukan dia." jawab Rania.

"Maksud kamu, Adrian?" tanya Winda untuk memastikan saja.

"Tuan Bryan itu ternyata ayah Alexa dan juga kak Ansel." ucap Rania.

"Benarkah?" tanya Winda tidak percaya.

"Sekarang ceritakan, apa yang sudah Adrian lakukan?" ucap Haris. Rania terdiam.

Melihat ekspresi Rania, Haris bisa mengetahui, bagian inilah yang membuat Rania kemarin membuat janji konsultasi dengannya.

"Pelan-pelan saja." ucap Haris lagi sambil mengusap kepala Rania.

Rania mengumpulkan keberaniannya untuk menceritakan kembali apa yang terjadi di malam itu. Tubuhnya bergetar dan Haris kembali memeluk sahabatnya itu.

"Keterlaluan!" ucap Winda kesal setelah tahu apa yang Adrian lakukan pada Rania.

"Winda!" tegur Haris mengingatkan temannya itu untuk tidak marah berlebihan.

Winda lupa kalau dia tidak boleh menunjukan ekspresi kesal atau marah di hadapan Rania. Karena hal itu bisa saja membuat Rania berpikir buruk tentang dirinya. Harusnya dia memberikan pandangan positif untuk sahabatnya itu dalam menghadapi masalah ini.

"Tidak apa-apa Win, aku baik-baik saja." ucap Rania.

Hening, tidak ada lagi yang bicara setelahnya. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai mbok Asih masuk dan mengajak mereka untuk keluar dari ruang kerja Rania.

Sementara itu Dito dibuat kesal dengan tingkah Adrian yang tidak bisa tenang akibat kembali kehilangan jejak akan keberadaan Rania. Karena istrinya sahabatnya itu benar-benar pandai bersembunyi.

Tidak jauh berbeda dengan Adrian. Ibu Saras juga kesal terhadap putri sambungnya itu. Rania tidak bisa ditemui dan tidak bisa dihubungi. Rania mematikan ponselnya.

Bukan nomor Rania yang tidak aktif karena mematikan ponselnya. Melainkan, Rania sengaja memblokir nomor nomor tertentu, salah satunya milik ibu sambungnya itu. Semua dia lakukan demi kewarasan otaknya. Selain tidak ingin keluar rumah, Rania juga ingin tenang selama dia menenangkan diri.

"Aryan!" panggil ibu Saras yang menemui Aryan di kantor milik sepupu Rania itu.

"Tante Saras." ucap Ayan terkejut.

"Silakan du...."

"Tidak perlu. Tante hanya ingin tahu kabar Rania." ucap ibu Saras memotong ucapan Aryan.

"Kenapa Tante tidak hubungi sendiri dan tanya kabar Rania " jawab Aryan.

"Masalahnya Rania tidak ada di rumahnya. Nomornya juga tidak bisa dihubungi." balas ibu Saras.

"Saya juga tidak tahu di mana keberadaan Rania, Tan." jawab Aryan yang sudah pasti berbohong.

Di saat yang bersamaan Adrian masuk ke ruangan Aryan. Dia tampak terkejut dengan keberadaan ibu Saras.

"Adrian, di mana Rania?" tanya ibu Saras pada menantunya itu.

Adrian tentu saja tidak bisa menjawab. Dia sendiri tidak tahu di mana keberadaan istrinya. Dia mendatangi Aryan justru ingin bertanya tentang Rania. Bukan ditanya.

"Adrian!" tegur ibu Saras.

"Adrian juga tidah tahu di mana Rania." bukan Adrian yang menjawab, melainkan Aryan.

"Kenapa?" tanya Saras.

"Mereka akan bercerai."

"Bercerai?" beo Saras.

"Adrian, bisakah kamu pertimbangkan lagi keputusan kamu untuk menceraikan Rania. Ibu akan usahakan agar Rania bisa secepatnya hamil anak kamu." ucap ibu Saras yang membuat Adrian semakin tidak mengerti. Bagaimana Rania bisa hamil tanpa ada peran dirinya dalam memproses.

...☆☆☆...

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

hidup Rania di bilang komplit.. dia dikelilingi org dgn dua sisi bertolak belakang.. sisi positif seperti Aryan dan kakeknya juga sahabatnya.. tp sayang yg berada di sisi negatif nya justru ibu sambung dan suaminya sendiri yg seharusnya jd tongkat utk Rania berpegang tp justru mereka yg menghempaskan Rania

2024-12-11

0

Rita Riau

Rita Riau

si ibu sambung ga tau kalo Rania kaya. rese juga nih si ibu tiri 🙄😕🤭

2024-09-04

2

Uthie

Uthie

pasti si ibunya itu hanya untuk keamanan dirinya saja 😏

2024-07-19

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Siap Berpisah
2 Bab 2. Bebas
3 Bab 3. Bertemu Aryan
4 Bab 4. Menemui Rania
5 Bab 5. Makan Malam
6 Bab 6. Melawan
7 Bab 7. Aku Baik Baik Saja
8 Bab 8. Mati Rasa
9 Bab 9. Menghadiri Rapat
10 Bab 10. Rania Sebenarnya
11 Bab 11. Lelah
12 Bab 12. Rania VS Alexa
13 Bab 13. Merasa Terpuruk
14 Bab 14. Tidak Bisa Bercerai
15 Bab 15. Ingin Bebas
16 Bab 16. Sebuah Rahasia
17 Bab 17. Klarifikasi
18 Bab 18. Terima Nasib
19 Bab 19. Mengugat Cerai
20 Bab 20. Arti Cinta
21 Bab 21. Tidak Asing
22 Bab 22. Menghadiri Sidang
23 Bab 23. Hilang
24 Bab 24. Bertemu Nyonya Alana
25 Bab 25. Kedatangan Ibu Saras
26 Bab 26. Resmi Bercerai
27 Bab 27. Terluka
28 Bab 28. Tidak Terluka
29 Bab 29. Rahasia Yang Lain
30 Bab 30. Semoga Berjodoh
31 Bab 31. Kembali Seperti Dulu
32 Bab 32. Memperkenalkan Ansel
33 Bab 33. Pernyataan Harsa
34 Bab 34. Tertangkap
35 Bab 35. Jadian
36 Bab 36. Takut Kehilangan
37 Bab 37. Menolak
38 Bab 38. Berjuang Bersama
39 Bab 39. Kedatangan Mama Ana
40 Bab 40. Ada Yang Bermain.
41 Bab 41. Adik Kakek Buyut
42 Bab 42. Menggunakan Pion
43 Bab 43. Lampu Hijau
44 Bab 44. Menjenguk Tuan Bryan
45 Bab 45. Hati Yang Kecewa
46 Bab 46. Calon Pengganggu Hubungan
47 Bab 47. Penganggu Berulah
48 Bab 48. Akad
49 49. Pesta Pernikahan
50 Bab 50. Lebih Menggoda
51 Bab 51. Yang Pertama Kali
52 Bab 52. Menemukan Pelaku
53 Bab 53. Ke Rumah Sakit
54 Bab 54. Kepergian Tuan Widodo
55 Bab 55. Lebih Baik Dicintai
56 Bab 56. Rencana Karla
57 Bab 57. Kedatangan Adrian
58 Bab 58. Syukuran
59 Bab 59. Cepat Nikah
60 Bab 60. Harapan Ayah Wildan
61 Bab 61. Wanita Idamannya
62 Bab 62. Seandainya Tidak Berdosa
63 Bab 63. Protect
64 Bab 64. Ratu
65 Bab 65. Mungkin Saja Jodoh
66 Bab 66. Mereka Adalah Keluarga
67 Bab 67. Garis Satu atau Dua
68 Bab 68. Bertemu Anita
69 Bab 69. Cemburu
70 Bab 70. Kekesalan Rania
71 Bab 71. Menunggu Karla
72 Bab 72. Sudah Direncanakan
73 Bab 73. Menaruh Dendam
74 Bab 74. Sikap Rania
75 Bab 75. Kedatangan Adik Adrian
76 Bab 76. Keponakan Mama Ana
77 Bab 77. Biar Saja Tahu
78 Bab 78. Sidang Keluarga
79 Bab 79. Sempurna Sebagai Wanita
80 Bab 80. Anugrah Yang Indah
81 Bab 81. Kamu Hanya Masa Lalu
82 Bab 82. Malu Sendiri
83 Bab 83. Semua Bahagia
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Bab 1. Siap Berpisah
2
Bab 2. Bebas
3
Bab 3. Bertemu Aryan
4
Bab 4. Menemui Rania
5
Bab 5. Makan Malam
6
Bab 6. Melawan
7
Bab 7. Aku Baik Baik Saja
8
Bab 8. Mati Rasa
9
Bab 9. Menghadiri Rapat
10
Bab 10. Rania Sebenarnya
11
Bab 11. Lelah
12
Bab 12. Rania VS Alexa
13
Bab 13. Merasa Terpuruk
14
Bab 14. Tidak Bisa Bercerai
15
Bab 15. Ingin Bebas
16
Bab 16. Sebuah Rahasia
17
Bab 17. Klarifikasi
18
Bab 18. Terima Nasib
19
Bab 19. Mengugat Cerai
20
Bab 20. Arti Cinta
21
Bab 21. Tidak Asing
22
Bab 22. Menghadiri Sidang
23
Bab 23. Hilang
24
Bab 24. Bertemu Nyonya Alana
25
Bab 25. Kedatangan Ibu Saras
26
Bab 26. Resmi Bercerai
27
Bab 27. Terluka
28
Bab 28. Tidak Terluka
29
Bab 29. Rahasia Yang Lain
30
Bab 30. Semoga Berjodoh
31
Bab 31. Kembali Seperti Dulu
32
Bab 32. Memperkenalkan Ansel
33
Bab 33. Pernyataan Harsa
34
Bab 34. Tertangkap
35
Bab 35. Jadian
36
Bab 36. Takut Kehilangan
37
Bab 37. Menolak
38
Bab 38. Berjuang Bersama
39
Bab 39. Kedatangan Mama Ana
40
Bab 40. Ada Yang Bermain.
41
Bab 41. Adik Kakek Buyut
42
Bab 42. Menggunakan Pion
43
Bab 43. Lampu Hijau
44
Bab 44. Menjenguk Tuan Bryan
45
Bab 45. Hati Yang Kecewa
46
Bab 46. Calon Pengganggu Hubungan
47
Bab 47. Penganggu Berulah
48
Bab 48. Akad
49
49. Pesta Pernikahan
50
Bab 50. Lebih Menggoda
51
Bab 51. Yang Pertama Kali
52
Bab 52. Menemukan Pelaku
53
Bab 53. Ke Rumah Sakit
54
Bab 54. Kepergian Tuan Widodo
55
Bab 55. Lebih Baik Dicintai
56
Bab 56. Rencana Karla
57
Bab 57. Kedatangan Adrian
58
Bab 58. Syukuran
59
Bab 59. Cepat Nikah
60
Bab 60. Harapan Ayah Wildan
61
Bab 61. Wanita Idamannya
62
Bab 62. Seandainya Tidak Berdosa
63
Bab 63. Protect
64
Bab 64. Ratu
65
Bab 65. Mungkin Saja Jodoh
66
Bab 66. Mereka Adalah Keluarga
67
Bab 67. Garis Satu atau Dua
68
Bab 68. Bertemu Anita
69
Bab 69. Cemburu
70
Bab 70. Kekesalan Rania
71
Bab 71. Menunggu Karla
72
Bab 72. Sudah Direncanakan
73
Bab 73. Menaruh Dendam
74
Bab 74. Sikap Rania
75
Bab 75. Kedatangan Adik Adrian
76
Bab 76. Keponakan Mama Ana
77
Bab 77. Biar Saja Tahu
78
Bab 78. Sidang Keluarga
79
Bab 79. Sempurna Sebagai Wanita
80
Bab 80. Anugrah Yang Indah
81
Bab 81. Kamu Hanya Masa Lalu
82
Bab 82. Malu Sendiri
83
Bab 83. Semua Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!