Semua orang mengantarkan Ardian dan Kyara sampai di depan rumah. Reyhan dan Randi membantu Ardian memasukkan barang-barang Kyara ke dalam mobil.
Kyara memeluk mamanya manja , " sudah sayang, kamu pasti bisa kok. "Ucap Rania memeluk tubuh putrinya , cara mengangguk .
"Sering-seringlah main ke rumah ya mama sama papa pasti akan sangat merindukanmu. " ucap Ferdi sambil mengusap kepala putrinya.
"Kami titip Kyara, ya. tolong jaga dia dan bimbinglah dia ke jalan yang benar. " Kata Randi.
"Kakak, kenapa pesannya seperti itu, apakah Kak kira selama ini aku tidak di jalan yang benar melihatlah Kakak." Kata Kyara mengadu pada Rania.
" Bagaimana kamu bisa menjadi seorang istri, kalau kamu saja masih manja seperti ini? "Kata Randi mencubit pipi adik kecilnya.
"Ardian, kamu harus sabar ya menghadapainya." tambah Reyhan , Ardian hanya diam.
" Awas ya kalian , aku tidak akan mendengarkan curhatan kalian lagi, awas aja "ancam Kyara.
" Sudah sudah, kalian jangan ribut. Apakah tidak malu diliatin sama Ardian dan keluarganya gitu."kata Ferdi.
"Apa kalian lihat mereka akan selalu ribut kalau sudah bertemu"kata Ferdi pada Ilham dan Mia.
" Tidak apa-apa, bukankah kan sangat seru karena rumah tidak pernah sepi dan sekarang kalian pasti akan sangat merindukan mereka. "Kata Ilham
"Begitukah?.." Ferdi menghela napas.
"Kyara, ayo kita berangkat."ajak Ardian.
Kyara pun mengangguk, mereka berpamitan pada semua orang. Rania dan Ferdi sangat sedih.
***
Sepanjang perjalanan Kyara terus saja menangis, bahkan sekarang mobil Ardian sudah penuh dengan tisu. " Apa kamu ingin terus menangis sampai air mata mu itu kering? " kata Ardian.
"Ka... Kau ja... Ngan me... Mengejekku hiks... Hiks.." Ardian menggelengkan kepalanya, dia benar-benar tidak beruntung, bagaimana bisa dia punya istri bocah seperti ini. Ardian pun memijit di kepalanya yang terasa pusing.
.***
"Di sini hanya ada satu kamar dan itu adalah kamarku." kata Ardian.
"Lalu dimana kamarku?"tanya Kyara.
"Ya mau gak mau kamu juga harus tidur di sini, tapi kamu lihat sofa itu...." Ardian menunjuk sofa yang ada di pinggir jendela.
"Nah, di sanalah tempatmu tidur!"lanjutnya.
"Bagaimana mungkin gue bisa tidur di sofa, bapak jangan ngadi - ngadi "kata Kyara tidak terima.
"Yasudah kalau kamu tidak mau tidur di sana, tidur di lantai saja kalau gitu!" balas Ardian seolah tidak peduli.
"Ogah, gue akan tidur di sini dan bapak aja sana tidur di sofa atau di lantai terserah bapak"seru Kyara sambil duduk di ranjang yang berukuran king size itu.
"Apa kamu lupa kalau ini rumah siapa?.."
"Baiklah, kalau gitu kita pindah ke aparteman gue aja. Di sana ada dua kamar, jadi kita nggak perlu ribut kayak gini" kata Kyara yang sudah merasa pusing.
"Apa kamu sudah gila? Apa kamu ini memberitahukan kepada semua orang kalau kita pisah kamar dan hubungan kita tidak baik"kata Ardian.
"Nyatanya kan emang gitu, tudak ada yang harus di tutup tutupi." balas Kyara.
"Kamu itu masih kecil, jadi tidak akan mengerti"
"Makanya bikin gue mengerti" balas Kyara.
Ardian menghela napas." Buatlah, apa pun yang kamu inginkan, aku benar - benar sudah sangat lelah."kata Ardian berjalan menuju ke kamar mandi.
"O iya pak..."
Ardian menghentikan langkahnya dan menoleh pada Kyara. "Tolong berhentilah memanggilku bapak!"seru Ardian menatap Kyara tajam.
"Apa salahnya dengan panggilan itu, aku sangat menyukainya." balas Kyara.
"Tapi itu sangat menyebalkan, kau tahu." kata Ardian melanjutkan langkahnya.
"Dia selalu saja marah - marah apa dia tidak takut hipertensi dan itu bisa saja membuatnya mati cepat.." dengus Kyara.
***
Kyara sudah selesai menyusun barang - barangnya, dia pun sudah menyelesaikan tugas sekolahnya. Kyara melirik jam yang ada di meja belajar dadakannya. Yap, karena Kyara yang membutuhkan meja untuk belajar, jadi dengan terpaksa Ardian menyuruh Kyara untuk belajar di meja kerjanya.
"Aku sangat capek." Kyara merenggangkan ototnya. Ia pun berjalan menuju kamar, dia melihat Ardian yang sedang duduk di ranjang sedang melihat I-pad di tangannya.
Debgan ragu Kyara berjalan menghampirinya. "Jadi kita akan tidur di ranjang yang sama?"tanya Kyara.
"Lalu kamu mau tidur di mana lagi? Kamu kan tidak mau tidur di sofa atau di lantai dan aku pun juga tidak mau, jadi kita seranjang saja" jawab Ardian tanpa mengalihkan pandangannya dari I - padnya.
Dengan ragu Kyara menaiki ranjang, dia meletakkan bantal guling di tengah - tengah mereka. Menarik selimut dan mulai tidur, saat menutup mata dia mendengar kalau Ardian membuang bantal guling itu.
Kyara kembali duduk dan menatap Ardian dengan tatapan tak percaya. " Kenapa di buang?" tanya Kyara.
"Aku tidak suka dengan guling itu, itu membuat ranjangku sempit." ucap Ardian.
"Tapi..."
"Tidur atau keluar dari sini!" seru Ardian tegas tanpa penolakan.
"Dasar pria gila." dumel Kyara.
"Awas saja kalau lu sampai sentuh gue!"
"Kenapa memangnya? Bukankah aku sudah berhak atas dirimu?"kata Ardian.
"Gue gak mau, pokoknya gue nggak mau disentuh sama lo! Awas kalau lo langgar, lo akan menyesal nantinya!"ancam Kyara.
"Apa kau mengancamku?"tanya Ardian.
"Terserah lu mau anggapnya apa, yang jelas jangan lewati batasmu."Kyara membaringkan tubuhnya, ia memunggungi Ardian. Ardin tersenyum melihat tingkah istri kecilnya itu.
"Menggemaskan." gumamnya pelan.
***
Pukul lima Kyara terbangun saat mendengar azan subuh, ia pun menggeliat. Dia merasa tidurnya sangat nyenyak. Kyara merasakan ada sesuatu yang aneh, kenapa dia tidak bisa menggerakkan badannya dengan leluasa seperti biasanya? Ia pun menoleh ke samping dan ia melihat Ardian yang sedang tidur di samping sambil memeluk tubuhnya. Dan parahnya tidak hanya Ardian yang memeluknya, tapi dia juga sedang memeluk tubuh pria itu.
"Kenapa aku bisa memeluknya dan dia pun kenapa juga memelukku seperti iyu? Atau jangan - jangan dia..." Kyara dengan segera menoleh ke bawa dan syukurnya dia melihat kalau pakaiannya masih aman.
Dengan gerakan pelan Kyara beranjak, dia melepaskan tangan pria itu dengan pelan.
Kyara berjalan ke kamar mandi dan berwudhu, Kyara pun menjalankan rutinitas ibadah subuhnya.Setelah selesai salat Kyara berjalan keluar, dia ingin berolahraga sebentar Sebelum mandi dan pergi ke sekolah.
Kyara tidak berniat sama sekali untuk membangunkan pria yang sedang tidur pulas di atas ranjang itu.
Setelah selesai bersiap-siap, Kiara menoleh ke arah tempat tidur, dia pun tersenyum.
" Aku tidak akan membangunkanmu, biar kamu tahu bagaimana rasanya terlambat itu. " gumam Kyara, ia melirik jam tangannya. Sudah pukul 07.00 sudah bisa dipastikan Kalau pria itu akan terlambat ke kantor nantinya.
"Pak tua, aku pinjam mobilmu ya..." bisik Kyara dan mengambil kunci mobil Ardian di atas meja kerjanya.
"Ini adalah hukuman, karen kau telah lancang memelukku." ucap Kyara.
Dengan riang dia pun berjalan keluar apartemen. Dia bisa membayangkan bagaimana marahnya Ardian nantinya.
Bukan Kyara namanya kalau takut dengan seorang pria, dia malahan merasa tertantang untuk terus mengerjai Ardian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments