Reyhan membawa Randi ke taman belakang yang ada di restoran tersebut.
"Apa maksud kamu ngomong seperti itu, Ran?"tanya Reyhan yang tidak habis pikir dengan jalan pikir adiknya.
"Apa lagi yang di cari kak, bukankah pria yang seperti Ardian lah yang kita butuhkan untuk menjaga Kya?" Randi menatap kakaknya.
"Kakak tahu, tapi apa kamu bener yakin kalau dia memang baik? Kita gak boleh langsung iya aja kita harus cari tahu dulu siapa laki - laki itu!"tegas Reyhan.
"Apa kakak tidak percaya kepada mama sama papa?"tanya Randi.
"Bukan itu maksud kakak, tapi aku gak mau kalau kita salah ambil keputusan."
"Baiklah, besok aku akan mencari tahu tentang dia" ujar Randi.
Reyhan menghela nafas, " Bilang sama mama papa, kak pergi meeting sama klien" ucap Reyhan, kemudian berlalu pergi begitu saja.
"Ehhh main cabut aja, belum juga gue iyain atau gak" kesel Randi.
Randi kembali masuk ke restoran menemui kedua orang tuanya.
"Kok Sendiri, kak Rey mana?"tanya Rania yang tidak melihat putra sulungnya itu.
"Kakak ketemu klien, katanya udah telat" balas Randi.
"Kayaknya aku juga harus pergi mah, pah. Ada janji sam temen"
"Kita jarang loh ngumpul kayak gini, kenapa kalian malah kayak gini" protes Ferdi yang merasa kecewa dengan anak - anaknya.
"Maaf pa, tapi aku benar - benar harus pergi." ucap Randi. Ia mencium tangan kedua orang tuannya kemudian berlalu pergi.
"Ini lah yang aku takutkan" ucap Rania melihat kepergian anaknya.
Ferdi mengusap lengan sang istri, " sabar, kita pasti bisa melewati ini semua" ucap Ferdi.
"Tapi mas..."
"Kamu tenang aja, masalah ini biar aku yang mikirkan" kata Ferdi.
****
Kyara mengemudikan mobilnya tak tentu arah, dia benar - benar syok mendapatkan kabar mengenai perjodohannya itu.
"Masa gue harus nikah di umur segini sih"
"Yang benar aja, gak... Gue gak bakalan mau di jodohin!!" Kyara menggenggam erat stir mobilnya, tanpa di perintahkan air matanya mengalir keluar.
"Kenapa mereka tidak pernah membiarkan gue memilih jalan hidup gue sendiri!!"
Kyara benar - benar merasa terkekang dengan sikap kedua orang tuannya.
Inilah Kyara yang sebenarnya, di balik sikapnya yang bar - bar tersimpan diri yang benar - benar rapuh.
Kyara menepikan mobilnya di pinggir jalan, kepalanya terasa sangat pusing dan matanya pun mulai berkunang.
Kyara memutuskan untuk menghubungi kakaknya.
"Kak, jemput aku.... Aku gak bisa nyetir" ucapnya dalam isak tangisnya.
***
"Gimana mbok, apa Kya udah sadar?"tanya Randi pada mbok Darmi yang baru saja keluar dari kamar Kyara.
"Non Kyara, baru saja tidur Den"jawab Mbok Darmi.
"Yaudah mbok Makasih ya,"
"Iya sama - sama Den, kalau begitu mbok ke belakang dulu" pamit mbok Darmi, Randi mengangguk.
Setelah mbok Darmi pergi, Randi kembali mencoba menghubungi Reyhan.
"Kak Rey kemana sih, sok sibuk aja" dengus Randi kesal.
"Gue chat aja kali, bodoh amat di mau baca atau kagak"
Randi memutuskan megirim pesan kepada sang kakak, setelah itu ia memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Kyara, untuk mengecek keadaan sang adik.
Randi menatap adiknya sendu, dia tahu bagaimana perasaan Kyara saat ini. Siapa pun pasti akan merasa sangat tertekan jika di hadapkan dengan keadaan seperti itu.
"Maaf, kakak gak bisa berbuat apapun Ra. Tapi sepertinya ini adalah yang terbaik buat kamu dan kakak harap kamu akan lebih bahagia" ucap Randi pelan.
Sebelum meninggalkan kamar Kyara, Randi membenarkan letak selimut adiknya terlebih dulu.
***
"Mia, sepertinya aku benar - benar tidak bisa meneruskan perjodohan ini" kata Rania dengan nada putus asa.
Mia menggeleng tidak menyetujui keputusan sahabatnya itu.
"Lu, gak boleh seperti ini Nia. Gak, pokoknya perjodohan ini gak boleh batal!"tegas Mia.
"Anak gue gak mau Mia, gue gak bisa maksa dia "
"Mia, gue mohon! Lo coba bujuk anak kalian lagi ya" Mia menggenggam tangan Rania.
"Mia, gue boleh nanya gak?"tanya Ferdi.
"Apa Fer?"
"Kenapa lo kekeh banget pegen nikah-in anak gue sama anak lo?"tanya Ferdi.
"Karna gue pengen hubungan di antara kita terus terjalin" balas Mia
"Banyak cara yang bisa kita lakuin Mia, gak harus menikahkan anak - anak" bantah Nia.
Mia menggeleng, " Nggak ada cara lain, gue mohon!" Mia terlihat sangat putus asa dengan keinginannya.
Rania dan Ferdi saling tatap, mereka benar - benar tidak tahu harus bagaimana lagi untuk membatalkan perjodohan itu.
"Baiklah, kami akan mencoba membujuk Kya lagi" kata Rania.
"Makasih Nia" Mia memeluk sahabatnya itu.
"kalau gitu kita pulang ya, ini udah terlalu larut kata Ferdi.
Rania pun melepaskan pelukannya, ia mengusap pipi Mia, menghapus air mata sang sahabat yang tidak tahu kenapa bisa menetes.
'Kenapa kamu sangat kekeh dengan perjodohan ini Mia, ada apa sebenarnya' batin Rania.
"Aku pamit, kamu istirahatlah. Besok kita ketemu lagi ya" ucap Rania, dan Mia pun mengangguk.
Setelah mengantarkan kepergian Rania dan Ferdi, Mia pun kembali duduk di Sofa yang ada di ruang tamu.
"Apa maksud semua ini Mi? Kenapa mami sangat memaksa ingin menikahkan Ian dengan anaknya tante Rania?"tanya Ardian yang berdiri tidak jauh dari tangga.
"Ian? Sejak kapan kamu ada di sana?"tanya Mia.
"Jawab pertanyaan Ian mi? Kenapa mami sangat memaksa?"Ian berjalan mendekati maminya.
"Bukankah kata mami anak tante Rania sudah menerima perjodohan ini, tapi kenapa tadi Ia dengar anaknya tante Nia malah menolaknya?" tanya Ardian menatap maminya dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Bukan apa - apa sayang tadi itu kamu cuma salah dengar" elak Mia.
"Kalau gadis itu tidak setuju, perjodohan ini sebaiknya di batalkan saja. Ian tidak suka sama orang yang sok jual mahal." Kata Ardian yang hendak melangkah pergi.
Mia menggeleng, " Kamu tidak boleh seperti itu nak, bukankah sebelumnya kamu sudah setuju, lalu kenap sekarang kamu menolaknya?"
"Mi, mami tahu sendirikan aku paling benci sama orang yang tidak mau mendengarkan perkataan orang tua" kata Ardian, melangkah pergi. Baru dua langkah ia sudah mendengar suara benda jatuh.
Ardian menoleh kebelakang dan betapa kagetnya dia saat melihat sang mami yang telah terkapar di lantai.
"MAMI!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments