"Kenyataannya emang gitu Nia sayang"
"Kalau memang seperti itu, kita setuju. Tapi kapan pernikahannya akan di langsungkan" tanya Ferdi, ia menggenggam tangan sang istri. Ferdi tahu kalau istrinya tidak akan setuju tapi mau bagaimana lagi, sumpah yang paling di takuti oleh Ferdi.
"Kalau bisa secepatnya Fer, aku udah menunggu ini dari lama" kata Mia.
"Tapi kalau anak - anak kita menolaknya gimana?"tanya Rania.
"Mereka itu anak kita Nia, jadi sudah seharusnya mereka itu menuruti keinginan kita" kata Mia
"Tapi Mia, Kyara sangat tidak suka kalau di paksa"
"Anak aku juga gitu Nia, jadi kita harus sama - sama berusaha"kata Mia lagi.
***
Dua hari kemudian....
Di kantin sekolah Kyara....
"Kya, pulang sekolah kita nonton dulu yuk! Ada film bagus" ajak Monic.
"Lain kali deh"
"Lah kenapa?"tanya Monic heran, tidak biasanya Kyara menolak ajakannya.
"Iya kenapa Kya, tumben lo nolak? Biasanya lo paling semangat kalau di ajak nonton" tanya Jesy.
"Malam ini orang tua gue ngajak makan di luar, ya kali gue gak datang. Kalian tahu sendirikan orang tua hue itu jarang banget punya waktu buat gue" jelas Kyara, kedua sahabatnya pun mengangguk paham.
"Wah kalau gitu mah jangan di tolak, kita nontonnya besok aja gimana?"tawar Monic.
"Ok, gassss"
***
Sepulang sekolah, Kyara langsung bersiap untuk acara makan malam itu. Bahkan saking senengnya, ia sengaja sepulang sekolah mampir dulu ke butik untuk membeli dress yang akan di gunakannya.
"Selamat sore non, tumben pulang cepat non" tanya mbok Darmi yang heran melihat Kyara yang sudah pulang. Padahal ini masih terbilang masih sore dan langit masih terang, biasanya Kyara akan pulang saat langit sudah berubah warna gelap.
"Malam ini mama ngajak dinner di luar mbok, jadi aku harus siap - siap dong" kata Kyara sambil tersenyum senang.
Mbok Darmi ikut tersenyum senang mendengarnya, " berarti mbok tidak usah masak untuk makan malam , non?"
"Gak usah mbok, mbok masak buat yang lain aja. Kita semua makan di luar, kak Randi dan kak Reyhan juga." jelas Kyara, mbok Darmi mengangguk senang.
"Udah dulu ya mbok aku mau keatas dulu"
"Iya ,non silahkan"
Kyara berjalan dengan langkah yang riang menaiki tangga menuju ke kamarnya yang ada di lantai dua.
Pukul tujuh malam, Kyara sudah siap dengan penampilannya yang terbilang sangat cantik. Ia tersenyum menatap dirinya dari pantulan cermin.
"Ok, lets go!!!!" serunya senang. Kyara mulai keluar kamarnya dan berjalan menu ke garasi.
"Nyetir sendiri atau pake sopir ya?" gumamnya. Kyara sempat berpikir sejenak, sebenarnya ia sedang sangat malas untuk mengemudi di malam hari. Tapi setelah di pikir - pikirnya, ia memutuskan mengemudi sendiri.
"Sendiri aja deh, ntar ribet lagi kalau bawa supir"lanjutnya.
Kyara masuk kedalam mobilnya dan pergi menuju ke restoran yang telah di tentukan oleh mamanya.
Sesampainya di restoran, Kyara pun di tuntun oleh pelayan menuju ke meja yang telah di pesan oleh mamanya.
"Dari mana aja di kamu, Ra? Lama banget!" seru Reyhan yang terlihat sudah duduk di sebelah Randi kakak keduanya.
"Macet kak" jawab Kyara singkat.
"Alah palingan tadi lo keluyuran dulu kan, pulang sekolah" sambung Randi.
"Apaan sih jangan asal tuduh lo,?" kesal Kyara, ia masih sangat kesal dengan kakak keduanya itu karena tempo hari dengan teganya mengerjainya.
Plak ~
Kyara dengan tiba - tiba menge plak kepala Randi.
"Awww sakit, lo apa - apaan sih tiba - tiba mukul kepala gue, gak sopan banget jadi adek" protes Randi.
"Apa lo? Itu hukuman buat apa yang udah lo perbuat sama gue tempo hari!"seru Kyara.
"Emang dia apain kamu, dek?"tanya Reyhan.
"Dia sengaja ngasih slei kacang ke roti aku kak" aduh Kyara
Plak~
Kepala Randi kembali di geplak, namun kali ini bukan dari Kyara melainkan dari Reyhan.
"Awww... Apa - apaan sih kamu kak?"protes Randi yang menggosok kepalanya yang terasa sakit.
"Siapa suruh kamu becandanya keterlaluan gitu, kamu kan tahu sendiri Kyara gak bisa makan kacang!"seru Reyhan menatap Randi tajam.
"Maaf aku lupa" cicit Randi.
"Terus keadaan kamu bagaimana dek?"tanya Reyhan khawatir.
"Untung mbok Darmi dengan cepat ngasih obat, kalau nggak.... Aku gak tahu lagi, entah gimana nasib adik cantikmu ini kak" ucap Kyara dengan suara yang sengaja dibuat lemah.
Plak ~ Reyhan kembali memukul kepala Randi.
"Sekarang apa lagi kak?"
"Sekali lagi kamu becandanya kaya gini, awas aja!" ancam Reyhan.
"Iya maaf" cicit Randi menunduk, Kyara tersenyum puas melihat wajah penyesalan sang kakak.
Randi mendengus kesal melihat ekspresi Kyara yang terlihat sangat bahagia di atas penderitaannya itu.
"Mama sama papa mana kak? Kok belum datang?"tanya Kyara yang tidak melihat kedua orang tuanya.
"Bentar lagi mereka datang, tadi papa mendadak ada ketemu klien penting."jawab Reyhan.
"Pekerjaan selalu nomor satu bagi mereka." gumam Kyara pelan.
"Sudah, mereka kayak gitu kan untuk kita juga jadi kita maklumin aja ya" Reyhan mencoba menghibur adik bungsunya itu.
"Lebay banget lo Ra, kaya gak tahu mereka aja. Udah sekarang mending kita makan duluan, aku udah lapar banget" ujar Randi sambil membuka buku menu.
"Kita tunggu mama sama papa dulu, bukankah kita udah lama gak makan bareng gini. Jadi kita tunggu mereka sebentar ya"bujuk Reyhan.
"Tahu nih kak Randi, gak sabaran banget."
Dengan terpaksa Randi pun mengalah dan dia pun mulai menjahili Kyara. Walau pun dia harus menerima pukulan dari Reyhan tapi itulah Randi dia sangat suka melihat adiknya itu merajuk.
"Kak Rey, tolong jauhkan manusia aneh ini dariku" rengek Kyara pada Reyhan.
"Ada apa ini?" tanya sebuah suara, mereka pin menoleh ke sumber suara dan tersenyum melihat kedatangan kedua orang tuanya itu.
"Dari mana aja sih mah, kok lama banget?"tanya Randi.
"Ini mama habis nemenin papa meeting " jawab Rania sambil menarik kursi di samping Kyara.
"Hai sayang gimana kabarmu hari ini?" tanya Rania mengusap kepala Kyara pelan.
"Ya seperti biasa mah, gitu - gitu aja"balas Kyara.
"Pah, ini ada apaan sih tumben banget ngajak makan di luar?"tanya Randi pada sang ayah.
"Kita makan dulu ya, papa udah lapar banget"jawab Ferdi, Rania hanya bisa menatap suaminya dengan nanar. Dia tahu bagaimana kegundahan sang suami untuk menyampaikan kabar tersebut, Rania tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi anak - anaknya nanti.
"Iya, mama juga udah lapar" balas Rania.
Ketiga kakak adik itu pun saling pandang, kemudian mereka pun mengangguk setuju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Ika Ngongo
kasian sekali
2025-02-14
0