Weekend sudah menyapa, begitupun dering ponsel yang sedari tadi berbunyi menyapa Cheri. Padahal jam sudah menunjukkan angka 9 pagi, tapi Cheri masih betah bermalas-malasan diatas kasurnya.
"Ada apaan sih ? Gangguin orang tidur ajah deh." Sapa Cheri saat menempelkan benda pipih itu di telinganya
"Astaga cheri ! Ini udah menjelang siang, loe masih molor aja." Pekikan nyaring dari sebrang sana
"Kan weekend bang, ada apaan sih ?"
"Buruan kerumah, bunda nungguin loe dan gue punya sesuatu buat loe !"
"Ckk,,gue disuruh ngojek nih ? Gak dijemput ?"
"Gak usah manja ! Cepetan kesini !"
Tutt
"Sialan bang Rey, main di matikan ajah." Sungut Cheri.
Tapi tak butuh waktu lama, Cheri beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju toilet di kamarnya. Selang beberapa menit, Cheri sudah siap dengan penampilannya.
Cheri akan pergi kerumah Reyshaka, entah apa yang akan ditunjukkan kepadanya. Yang pasti Cheri ingin segera sampai ke kediaman sepupunya itu. Cheri sudah dalam perjalanan menggunakan ojek agar bisa lebih cepat sampai.
Tok...tok...tok....
"Iya sebentar !" Teriak seseorang dari dalam
"Halo Tante." Sapa Cheri saat pintu dihadapannya terbuka.
"Nah, Dateng juga. Udah ditungguin daritadi. Ayo masuk !" Jawab Tante Gina, ibunda Reysakha.
"Iya Tante, makasih."
Cheri mengikuti Gina sang Tante masuk kerumah bertingkat itu menuju ruang keluarga yang disana sudah ada Ferdy, suami Tante Gina. Sedangkan orang yang dicarinya belum juga nampak disana.
"Halo om ?" Sapa Cheri sambil meminta tangan om Ferdy untuk bersalaman.
"Wah ini Cheri ya ? Lama kita gak ketemu, udah gede ya."
"Hehehe,,iya Om. Masa mau kecil terus sih." Jawab Cheri asal.
Sontak saja suara gelak tawa bersahutan di ruangan itu. Terasa hangat untuk Cheri, karena sejujurnya Cheri rindu suasana kekeluargaan seperti yang ia rasakan sekarang ini.
Beberapa waktu Cheri menemani Tante Gina dan Om Ferdy mengobrol santai sampai terdengar suara langkah kaki menuruni undakan anak tangga terdengar. Benar saja, itu orang yang Cheri tunggu sejak tadi.
"Si Abang, nyuruh gue cepet-cepet tapi malah elu yg lemot." Cecar Cheri saat Rey baru saja tiba di ruang keluarga.
"Gue masih nyelesain game dulu."
"Kampret emang ! Ada apaan gue suruh kesini ?" Tanya Cheri lagi.
"Nih, ada di garasi." Jawab Rey tanpa basa-basi sambil melemparkan sebuah kunci ke arah cheri.
"Ini kunci motor ?" Cheri keheranan memperhatikan kunci yang baru saja ia tangkap.
"Iya, kan elu minta cariin motor. Dapet yang second sih, tapi masih cakep dan gue yakin loe suka. Duitnya juga masih ada lebihan, ntar gue transfer balik." Beber Reysakha
"Cheri yakin bawa motor gede gitu?" Tanya om Ferdy.
"Yakin lah om, gini-gini Cheri jago tau." Jawab Cheri dengan senyuman di bibirnya.
"Shaka sering ngajakin Cheri balapan, yah." Kali ini Tante Gina yang bersuara.
"Shaka !! Masa anak cewe diajakin balapan?"
"Asal Ayah tau ya, emang si Cheri nya demen balapan. Lebih jago dari Shaka juga, yah." Jawab Reyshaka membela diri.
"Harusnya kamu jagain adek kamu ! Dia itu perempuan, jadi tugas kamu ngelindungin Cheri." Nasihat Om Ferdy kepada anaknya.
"Iya ayah,,, lagian Cheri mah perempuan jadi-jadian, gak perlu terlalu hawatir "
"Sialan loe !" Pekik Cheri melempar bantal sofa ke arah Reyshaka.
***
Seharian Cheri berada dikediaman Ferdy - Gina, Om dan Tante Cheri. Saat langit mulai gelap, Cheri memutuskan untuk berpamitan pulang kepada ketiga orang dirumah itu. Awalnya Rey memaksa untuk mengantarkan Cheri, namun terus-terusan Cheri menolak. Pada akhirnya, Rey dan kedua orang tuanya mengijinkan Cheri pulang sendiri.
Di perjalanan, Cheri begitu bahagia. Bagaimana tidak ? Motor yang Rey dapat begitu sesuai dengan ekspektasi nya dan sangat sesuai juga dengan gaya khas Cheri yang ceria. Reyshaka berhasil mendapatkan Honda CBR 150 berwarna kuning mentereng, sesuai dengan keinginan Cheri. Walauoun modelnya tidak sama seperti motor Cheri sebelumnya, tapi Cheri suka yang sekarang.
Cheri mengendarai motornya di jalanan kota dengan perasaannya yang senang. Dengan kecepatan sedang, dirinya menikmati suasana dan angin malam kota J.
Namun ketenangan Cheri tak berlangsung lama, saat setelah melewati lampu merah dan berbelok ke arah kiri dirinya mendapati sebuah mobil Van yang mencurigakan. Sepertinya mobil itulah yang mengikutinya sedari tadi. Jalanan masih sedikit ramai, Cheri memanfaatkan keadaan itu untuk merogoh ponselnya dan menghubungi seseorang.
Arah apartemen Cheri seharusnya belok ke arah kanan, namun Cheri membelokkan setirnya ke arah kiri. Hal itu ia lakukan agar tempat ternyamannya selama ini tidak diketahui siapapun terutama orang-orang yang berniat jahat.
Di hadapannya saat ini terdapat jalan bercabang, Cheri melambankan laju motornya sampai dekat dengan jalan bercabang itu dan membanting setirnya ke jalan sebelah kiri. Mobil yang mengikutinya pun tidak bisa jika langsung mengikuti ke arah lirih. Jadilah mereka lurus ke arah jalan sebelah kanan.
Cheri fikir dirinya sudah selamat, namun ternyata di ujung jalan itu sudah terparkir mobil Van hitam di tengah jalan. Mau tak mau cheri memberhentikan laju motornya dan menghadapi orang-orang yang mengejarnya sedari tadi. Keadaan jalanan di sekitar seolah mendukung para penjahat itu, karena sangat sepi dan jauh dari lalu lalang kendaraan.
"Kalian suruhan papa kan ?" Todong Cheri saat mengenali salah satu dari dari ketujuh pria berbadan tegap di hadapannya.
"Benar nona, kami hanya ingin membawa nona Cheri pulang." Jawab salah seorang dari mereka.
"Gue gak minat pulang ! Gak usah ganggu gue."
"Maaf nona, kami memaksa entah bagaimanapun caranya."
"Sialan !"
Salah seorang yang Cheri yakini adalah orang kepercayaan ayahnya, memberi isyarat kepada beberapa orang di sampingnya untuk membawa Cheri. Mereka yang mendapatkan kode itu segera melangkah mendekati Cheri. Niatnya hanya ingin menarik paksa Cheri karena anak majikannya itu adalah seorang gadis, namun tak disangka jika gerakan cepat Cheri dapat menumbangkan 3 orang pria dewasa sekaligus.
Tiga pria yang terjatuh akibat tendangan cheri kembali bangkit dan berniat melawan Cheri, namun belum sempat mereka beraksi, Cheri sudah mengayunkan kembali kakinya menendang 2 orang dihadapannya. Kemudia. Mengangkat dengkul, mengayunkannya keras sehingga terkena rahang satu lelaki yang tersisa sampai mengeluarkan cairan merah dari hidung dan mulutnya.
Ke empat pria lain dibelakang sempat terperangah melihat aksi anak majikannya itu. Namun tak berselang lama, merekapun maju bersamaan untuk menyerang Cheri. Cheri dengan sigap mengayunkan pukulannya kepada 2 orang pria dan memutar badan sambil mengangkat kakinya sampai mengenai wajah dua orang sisanya.
Kembali, 2 orang di sebelah kanan Cheri kembali bangkit dan menyerang. Cheri dengan sigap menendang alat vital salah satunya dan meraih tangan satu lainnya kemudian memelintirnya keras. Namun tanpa Cheri prediksi, salah seorang di belakang Cheri bangkit dengan sisa tenaganya meraih sebuah kayu yang ada di sekitarnya dan berjalan perlahan ke arah Cheri tanpa suara.
Buggghhh
Brakkkk
Aaakkkhhhh
Cheri menoleh mendengar teriakan itu. Ternyata dibelakangnya sudah terkapar seseorang diantara mereka dengan keadaan lebih mengenaskan dibanding tadi.
"Ar ? Loe..- eh kamu udah disini ?" Tanya Cheri ketika melihat Arel sudah berada disana.
Entah darimana datangnya, tiba-tiba Arel datang dan menghajar pria yang berniat memukul Cheri dari belakang. Arel berlari cepat sambil melepaskan helm nya dan menendang dan memukulkan helm nya keras ke arah pria itu. Alhasil, keadaannya lebih mengenaskan dibanding perlakuan Cheri tadi.
"Bawa ke markas!" Titah Arel kepada Darian dan Jarvis.
"Oke." Jawab Darian dan Jarvis kompak.
Arel datang memang bersama Darian dan Jarvis. Mereka membawa mobil, sedangkan Arel mengendarai motornya. Ya, seseorang yang Cheri hubungin saat diikuti adalah Arel. Namun Cheri lupa menghidupkan live location-nya, sehingga Arel menghubungi Frey untuk melacak keberadaan Cheri. Sedangkan dirinya, Darian, dan Jarvis bergegas mengarungi jalanan.
"Pulang !" Ucap Arel menarik Cheri tangan Cheri ke arah motornya.
"Tapi, Ar.....aku bawa motor." Cicit Cheri sambil melirik ketempat motornya berada.
Arel mengikuti arah mata Cheri. Alisnya terangkat seolah bertanya tentang keberadaan motor itu.
"Nanti aku ceritain ya, sekarang kita balik bawa motor masing-masing, oke ?"
Arel tak menjawab, justru menghembuskan nafasnya kasar.
***
"Aku beli motor itu dari uang hasil balapan selama ini. Aku pikir enakan punya motor sendiri, selain Karna jarak apart sama sekolah jauh,,aku juga gak mungkin dong ngerepotin kamu tiap hari buat Anter jemput aku." Cheri menjelaskan permasalahan motor kuningnya kepada Arel saat mereka sampai di apartemen Cheri.
"Aku yg mau." Jawab Arel singkat.
"Tapi kan aku juga punya kegiatan sendiri, masa mau kemanapun harus ngehubungin kamu dulu ?"
"Aku cuma hawatir."Jawab Arel dengan tatapan sendunya.
"Kamu tau kan aku gak selemah cewe pada umumnya. Lagian sebisa mungkin aku ngehubungin kamu kalau lagi ada masalah kaya tadi. Sesekali kamu juga bisa Anter jemput aku juga, Ar..."
"Baiklah."
"Aku juga mau nyari kerja part time !"
"Kerja ?" Arel bertanya balik dengan meikkan satu alisnya.
"Iya Ar,,kamu tau kondisi aku. Kan gak mungkin tiap hari aku ikut balapan buat dapet duit." Cheri sesabar mungkin menjelaskan kepada lelaki tampan di hadapannya itu.
"Aku bisa biayain semua kebutuhanmu."
"No ! Kita ini bukan suami istri yaa, jadi bukan tugas kamu ngebiatain hidup aku."
"Yaudah, kita nikah !"
Plakkk
"Sembarangan ! Kita masih sekolah, Arel." Cheri memekik. Tangannya sudah memukul keras lengan Arel.
Sungguh menyebalkan sekali lelaki dihadapannya ini. Otak pintarnya seolah tak terpakai, seenaknya saja ngajak nikah. Cheri mendengus kesal karena ucapan Arel tadi. Sedangkan Arel hanya terkekeh melihat Cheri sudah memanyunkan bibirnya.
"Berarti lulus sekolah boleh ?" Arel masih menggoda gadis cantik dihadapannya.
"ARELIANO !!" Cheri berteriak sambil memukuli pundak dan lengan Arel.
"Jangan KDRT, Sayang !"
"Isshhh, gak usah nge-goda !" Cheri memalingkan wajahnya dan bersedekah tangan.
"Nanti aku bantuin cari part time yang aman buat kamu ya ?" Kembali Arel membahas hal tadi.
"Makasih ya ?" Balas Cheri dengan senyuman manisnya.
Arel jelas terpesona dengan senyuman yang Cheri berikan. Senyuman yang sudah lama tak Cheri berikan kepadanya. Arel menatap lekat wajah kekasihnya itu, ada perasaan tenang dan senang secara bersamaan ketika sedang bersama Cheri.
Arel mendekatkan wajahnya, bahkan sudah mengikis jarak antara keduanya. Jelas saja Cheri terkejut dengan gerakan Arel itu.
"A-ar...? Ka-kamu mau ngapain?" Tanya Cheri terbata-bata.
Arel tak menjawab, dirinya semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Cheri. Sedetik kemudian Arel mengangkat tangannya dan membelai pipi Cheri yang sedikit berisi itu.
"Jangan pergi lagi !" Ucap Arel kemudian dengan jarak wajah mereka yang sangat dekat.
Cheri yang sejak tadi memejamkan matanya, langsung kembali membuka matanya selebar mungkin. Spontan Cheri mendorong dada Arel agar sedikit menjauh darinya
"Kenapa,hm?"
"Gak,,gak kenapa-kenapa." Jawab Cheri gelapan.
"Kenapa ? Mau di cium ?" Tanya Arel kembali menggoda Cheri.
"Areliano!!" Pekik Cheri kesal.
"Iya, sayang?"
"Sana buruan pulang !"
Walaupun masih Blushing, Cheri sudah mulai biasa dengan kata atau perlakuan manis dari Arel. Sehingga dengan cepat pula Cheri dapat menetralkan degub jantungnya ketika mendapat panggilan sayang dari lelaki tampan kepunyaannya itu.
***
"Tuan....tuan....."
Seorang pria paruh baya berseragam satpam berlarian ke dalam rumah milik Ravo. Dengan nafasnya yang tersengal, satpam itu terus berteriak memanggil tuannya.
"Ada apa ?" Tanya Ravo saat baru saja keluar dari ruang kerjanya.
"Maaf tuan, itu di luar ada Jose...."
"Lalu ada apa ? Suruh saja dia masuk !" Ravo nampak keheranan dengan yang terjadi.
"Tapi tuan, Jose dalam keadaan tidak sadarkan diri. Tadi ada yg melemparkan tubuhnya di depan gerbang dari sebuah mobil." Beber satpam itu.
"Kurang ajar !"
Jose adalah orang kepercayaan Ravo yang beberapa saat lalu diperintahkan untuk membawa paksa Cheri kembali kerumahnya. Namun apa yang dia dapat ? Bukannya Cheri yang pulang, justru dirinya mendapati orang kepercayaannya di antarkan pulang dengan cara yang sangat rendah.
Tentu saja amarah Ravo membuncah, banyak hal yang ingin dia ketahui. Kenapa bisa 7 orang yang dia kirim bisa gagal ? Namun keinginannya ditahan, Ravo harus bersabar menunggu Jose sadar terlebih dahulu.
"Bawa Jose ke kamar tamu !" Perintah Ravo kepada satpam rumahnya.
"Dan kau, rawat Jose sampai dia sadar !" Perintah ravo lagi kepada salah satu maid dirumahnya.
Perintah Ravo hanya mendapat anggukan. Satpam dan beberapa orang pekerja dirumah itu mengangkat tubuh Jose ke arah sebuah kamar di rumah itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments