Saffana yang masih tetap dalam pemikiran hati yang sebenarnya tidak baik-baik saja dengan semua yang telah dia hadapi. Merenungi semua yang terjadi dan tidak mengerti dengan apa yang telah dia jalani.
"Oke kita sampai!" lamunan Saffana terhenti ketika mendengar suara ceria Alisha yang ternyata sudah berdiri di depan pintu bersama dengan Aksa.
Aksa dan Alisha yang melihat ke arah Saffana dan melihat pipi yang masih terdapat butir air mata itu. Saffana memang tidak sempat menghapus air mata itu yang membuat perhatian jatuh pada dia.
"Ibu menangis?" tanya Alisha yang memang selalu sangat peka apa yang terjadi kepada sang Ibu. Saffana benar-benar kaget mendengarkan pertanyaan itu.
"Oh tidak sayang!" jawab Saffana yang buru-buru menyeka air mata itu. Alisha yang terlihat tidak percaya langsung menghampiri Saffana dengan menatap nanar mata itu yang menelisik seolah mencari kebenaran apakah ibunya menangis apa tidak.
"Tapi Alisha lihat Ibu tadi mengeluarkan air mata dan mata Ibu juga terlihat memerah," ucap Alisha yang memperhatikan begitu dalam tatapan mata cantik itu. Dia anak yang sangat pintar dan tidak akan bisa dibohongi begitu saja.
Namun terukir senyum di wajah Saffana untuk menutupi rasa kesedihan di wajahnya yang sama sekali tidak bisa bohong.
"Ibu hanya kelilipan saja, anginnya sangat kencang. Jadi maka dari itu mata ibu seperti ini," jawab Saffana yang harus berbohong kepada Alisha.
"Kenapa tidak menutup jendela?" tanya Alisha.
"Ibu ingin menghirup udara yang segar," jawab Saffana.
Alisha mengangguk-angguk saja, seperti anak biasa yang menganggap apa yang dikatakan Ibunya adalah benar. Namun tidak dengan Aksa yang masih berdiri di tempatnya yang juga memperhatikan wajah Saffana yang menyimpan banyak luka. Aksa memperlihatkan wajah yang sangat simpati dan begitu penasaran dengan apa yang telah dihadapi Saffana.
"Apa yang terjadi sebenarnya kepada Saffana. Apa proses perceraiannya dia jalani begitu sulit dan apa pernikahan yang dia jalani beberapa hari membuat dia terluka," batin Aksa kepikiran
Bibir itu ingin terbuka mempertanyakan bagaimana kondisi sang mantan istri. Tetapi, Aksa tidak punya kuasa dan tidak berhak untuk mempertanyakan hal itu karena masalah itu adalah masalah pribadi dan sangat tidak pantas dia untuk ikut campur.
Tetapi dia terkadang sangat tidak tega melihat Saffana yang tidak bisa menutupi kesedihan itu. Dia juga sangat tidak tega kepada Alisha yang pasti mengkhawatirkan sang Ibu.
"Sayang bagaimana hari ini. Apa semua berjalan dengan lancar?" tanya Saffana dengan rasa penasaran. Dia berusaha untuk mengalihkan situasi agar Alisha tidak terus berpikiran tentang dia.
"Sangat lancar Ibu dan Ibu tahu tidak. Jika Alisha dan Ayah tadi memancing di danau dan kita mendapatkan ikan yang sangat besar," Alisha yang bercerita dengan sangat ceria sembari menggerak-gerakkan tangan yang seolah menggambarkan betapa besar ikan yang telah dia dapatkan m
"Oh iya. Kalau begitu di mana ikannya?" tanya Saffana yang juga ceria menanggapi cerita sang Putri.
"Sudah Alisha makan bersama Ayah," jawab Alisha
"Ya, jadi Ibu sama sekali tidak ditinggalkan?" tanya Saffana dengan wajah yang sedikit cemberut.
"Ibu mau juga ikannya?" tanya Alisha.
"Mau dong sayang. Ibu juga ingin memakan ikan tangkapan dari putri Ibu yang cantik ini," jawab Saffana.
"Maaf ibu tetapi ikannya sudah habis dimakan Alisha dan Ayah," ucap Alisha.
"Yaaaaaa....." Saffana terlihat sangat kecewa dan membuat Alisha jadi panik melihat ekspresi sang Ibu.
"Ibu jangan marah ya dan jangan sedih. Nanti lain kali kalau dapatnya banyak pasti akan Alisha sisahkan untuk ibu. Karena tadi hanya dapat satu saja," ucap Alisha yang memberi harapan kepada Saffana.
"Iya sayang. Ibu hanya bercanda saja. Ibu sangat senang jika Alisha mendapatkan ikan," jawab Saffana dengan tersenyum yang mengusap-usap pucuk kepala Alisha.
"Ya sudah nanti Alisha akan mancing lagi dengan Ayah dan akan dapat ikan yang banyak lagi, biar bisa dimakan bersama Ibu," ucap Alisha. Saffana menganggukkan kepalanya.
Saffana melihat ke arah Aksa, " kak Aksa terima kasih sudah mengantarkan Alisha pulang," ucap Saffana.
Aksa hanya menganggukkan kepala yang sejak tadi memang hanya diam saja mendengarkan Saffana dan Alisha yang berbicara berdua.
"Kalau begitu aku pulang dulu!" ucap Aksa pamit
"Ayah mau langsung pulang?" tanya Alisha.
"Iya Alisha. Ayah harus kembali ke kantor, nanti lain kali kita memancing lagi ya," ucap Aksa dengan lembut.
"Baik ayah," sahut Alisha dengan tersenyum mengangguk.
Alisha menghampiri Aksa dengan mencium punggung tangan Aksa.
"Ayah hati-hati ya!" ucap Alisha. Aksa menganggukkan kepala yang mencium kening Alisha dan juga mencium wajah sang putri dengan sangat lembut.
"Ayah pergi dulu. Kamu jaga Ibu ya," ucap Aksa yang kembali berpamitan.
"Pasti ayah," jawab Alisha.
"Saffana aku pergi dulu," ucap Aksa. Saffana hanya mengagumkan kepala yang melihat kepergian Aksa.
Aksa yang ternyata tidak mendapatkan apa-apa dari Saffana. Dia memang tidak mungkin mempertanyakan bagaimana keadaan Saffana. Dia sangat takut jika semua itu menyinggung perasaan Saffana.
"Ayo sayang kita kedalam!" ajak Saffana. Alisha menganggukkan kepalanya.
**********
"Kamu bilang apa!" pekik Aliyah yang begitu terkejut menerima telepon dari Saffana. Apalagi jika bukan Saffana yang menceritakan tuntutan yang diberikan Andre kepada dia. Memang hanya Aliyah tempat Saffana bertukar pikiran.
"Dia benar-benar gila ya Saffana, sangat tidak tahu malu melakukan hal itu. Harta apa yang mau dibagi apa dia tidak punya harga diri yang ingin harta dari orang lain," kesal Aliyah yang geram sendiri dengan permintaan Andre.
"Saffana kamu dengarkan aku. Kamu jangan mau melakukan hal itu. Kita akan mencari pengacara untuk menyelesaikan masalah ini agar cepat selesai. Enak saja dia ingin kebagian atas harta kamu. Jangan-jangan itu yang diincar dia saat dia ingin menikah dengan kamu dan bukan karena perasaan atau memang karena ingin membangun keluarga," Aliyah yang terus saja merocos memberikan nasehat kepada Saffana.
"Jadi kamu harus dengarkan aku dan jangan bertindak apapun. Orang seperti Andre dan keluarganya harus diberi pelajaran dan kita tidur bisa main-main pada orang-orang seperti itu," Aliyah berusaha memberikan ingat kepada Saffana.
"Ya sudah kamu jangan memikirkan hal itu dan percayalah semua masalah ini akan selesai. Ya sudah kamu baik-baik ya dan fokus saja pada Alisha!" ucap Aliyah mengakhiri panggilan telepon tersebut.
Wajah Aliyah yang terlihat memerah yang sudah menggambarkan betapa marah dan geramnya dia setelah menerima telepon dari Saffana.
"Dasar manusia tidak punya harga diri dan tidak punya rasa malu sedikitpun. Sudah jelas-jelas harta yang dia miliki hanya sedikit dan berkali-kali lipat dengan apa yang dimiliki Saffana dan sekarang dengan mudahnya yang ingin meminta untuk di bagi dua. Laki-laki seperti itu kok bisa ada di dunia ini. Saffana benar-benar sudah sangat terjebak dengan pernikahan itu. Untung aja belang laki-laki itu ketahuan lebih cepat. Jika tidak aku tidak tahu bagaimana kehidupan Saffana dan Alisha nanti," Aliyah yang tetap saja merocos seperti rel kereta.
"Mereka mempunyai masalah tentang harta gono gini!" tiba-tiba suara itu membuat Aliyah yang kaget dengan memegang dadanya dan membalikkan tubuh dan ternyata itu adalah Rachel yang tidak tahu sejak kapan sudah berada di belakang nya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Kasih Bonda
next Thor semangat.
2024-07-04
0