"Hal buruk. Memang apa sebelumnya terjadi sesuatu," sahut Aksa yang tiba-tiba merasa ada yang aneh dengan apa yang di katakan Aliyah.
Aliyah yang sama sekali tidak menjawab dan terlihat panik. Padahal Aksa, Rachel dan juga Adam sangat menunggu-nunggu apa yang di katakan Aliyah.
"Aduh kenapa aku jadi keceplosan dan membuat spekulasi buruk seperti ini. Aku harus menjaga apa yang di katakan Saffana," batin Aliyah kebingungan sendiri.
"Aliyah kenapa kamu malah diam. Apa terjadi sesuatu sebenarnya?" tanya Rachel yang semakin penasaran.
"Tidak ada apa-apa kok," sahut Aliyah yang berusaha santai agar yang lain tidak terus bertanya pada dia.
"Lalu kata-kata kamu tadi barusan apa maksud?" Rachel tetap saja begitu penasaran dan sangat kepo dengan apa yang telah terjadi.
"Ya mungkin saja itu adalah keputusan Saffana. Jadi kita seharusnya bisa mendoakan yang terbaik saja. Karena bukankah jika merasa sudah tidak cocok. Jadi alangkah baiknya hubungan itu langsung di selesaikan," sahut Aliyah memberikan alasan.
"Begitu rupanya," sahut Rachel dengan mengangguk-angguk kepala.
"Saffana bercerai. Lalu Kenapa aku tiba-tiba malah bahagia ya. Apa mungkin ini takdir dari Allah. Jika Saffana kembali dengan Aksa!" batin Rachel yang tiba-tiba kepikiran sesuatu.
"Saffana dan Aksa yang sudah bercerai dan menurut ajaran Islam. Memang mereka berdua tidak boleh rujuk, kecuali Saffana menikah dulu dengan orang lain dan sekarang Saffana berpisah. Atau jangan-jangan ini sebenarnya adalah strategi dari Saffana untuk bisa kembali rujuk dengan Aksa!" Rachel yang sibuk dengan pemikirannya sendiri dengan mengeluarkan senyum penuh arti.
Rachel sejak awal yang memang kurang setuju dengan pernikahan Saffana. Tetapi sekarang dia malah senang karena Saffana menikah dan bercerai kembali. Dia seolah mendapatkan harapan dalam keputusan Saffana.
"Mama kenapa tiba-tiba senyum seperti itu?" tanya Aksa yang ternyata sejak tadi memperhatikan sang mama.
"Tidak siapa juga siapa yang senyum-senyum dan apa yang salah jika mama senyum. Senyum itu adalah ibadah," sahut Rachel yang terus saja mengelak.
"Sudahlah kita tidak boleh ikut campur dengan apapun keputusan yang telah diambil Saffana. Dia yang tahu bagaimana kehidupan pernikahannya yang terpenting kita doakan yang terbaik saja yang tidak berpengaruh pada Alisha," sahut Adam dengan bijak.
"Apa yang terjadi pada pernikahan Saffana yang baru 2 hari dan mereka sudah berpisah," batin Aksa kepikiran. Tetapi tetap Aksa tidak bisa ikut campur terlalu jauh. Karena dia tidak punya hak sama sekali.
**********
Aksa yang berada di sekolah Alisha yang menjemput Alisha sekolah. Aksa yang masih menunggu Alisha sembari melihat ponselnya yang bersandar pada depan mobil.
"Kak Aksa!" tegur Saffana yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Aksa membuat Aksa kaget.
"Saffana!" sahut Aksa.
"Hmmm, Aliyah mengatakan kepadaku jika kamu tidak bisa menjemput Alisha sekolah. Karena ada urusan bersama Aliyah. Jadi aku yang menjemput Alisha," ucap Aksa menjelaskan sedikit.
"Oh iya memang benar kak Aksa!" jawab Saffana.
"Tadi aku pikir urusannya akan lama selesai dan ternyata sangat cepat, jadi aku pikir kak Aksa belum menjemput Alisha. Jadi aku menjemputnya," sahut Saffana.
"Begitu!" sahut Aksa
"Ayah! Ibu!" teriak Alisha membuat mata Saffana dan Aksa yang langsung melihat ke arah suara tersebut dan Alisha yang begitu ceria langsung berlari menghampiri kedua orang tuanya.
Aksa tersenyum yang langsung bersimpuh dengan memeluk Alisha sudah berlari ke pelukannya itu. Pelukan hangat dari Aksa yang pasti sangat merindukan sang putri padahal mereka berdua baru saja bertemu.
"Alisha sudah sembuh!" ucap Aksa.
Alisha melepas pelukan itu dengan mengangguk-anggukkan kepala.
"Kalau Alisha belum sembuh, Alisha tidak mungkin ke sekolah Ayah. Karena Ibu pasti tidak akan mengizinkan Alisha," jawab Alisha dengan bijak.
"Alhamdulillah kalau Alisha sudah sembuh. Maafkan Ayah yang tidak ada di samping Alisha saat Alisha sakit," ucap Aksa.
"Tidak apa-apa Ayah," sahut Alisha.
Saffana hanya tersenyum saja melihat kedekatan sang putri dengan sang ayah yang memang tidak pernah tidak dekat. Aksa sosok Ayah yang sangat hebat yang tidak pernah lepas tanggung jawab dari Alisha.
"Ayah, Alisha sekarang begitu bahagia karena Alisha sama Ibu sudah kembali ke rumah. Alisha tidak mau di rumah om Andre. Ayah tahu tidak. Jika mama om Andre sangat jahat yang sudah menampar Ibu,"
Senyum di wajah Saffana yang langsung hilang dan berubah menjadi panik dengan kelancaran mulut Alisha yang menceritakan semua kepada Aksa tentang apa yang telah terjadi. Saffana tidak percaya jika memori itu di ingat Alisha.
Aksa yang terlihat sangat kaget menoleh ke belakang melihat ke arah Saffana dengan wajah Saffana yang terlihat masih begitu cemas.
"Alisha apa yang Alisha katakan, bukankah Ibu sudah mengatakan jika itu hanya karena ada nyamuk di pipi Ibu dan mama om Andre tidak sengaja melakukan hal itu," Saffana langsung memberikan penjelasan agar Aksa tidak berpikir macam-macam.
Tetapi Aksa bukan anak kecil yang percaya begitu saja. Karena penjelasan Saffana sebagai tidak masuk akal.
"Tapi tetap saja Ibu tidak pukul dan Ibu juga nangis," sahut Alisha. Saffana yang mati kutu yang tidak bisa menghadapi Alisha. Aksa masih diam yang tidak bertanya apapun pada Saffana.
"Hmmmmm. Sudah sayang, sekarang kita pulang ayo!" ajak Saffana yang takut jika Alisha akan semakin banyak bicara kepada Aksa.
"Ibu, bukankah Ibu kemarin janji pada Alisha akan bertemu dengan Ayah. Lalu kenapa Alisha harus pulang. Boleh tidak Alisha menginap di rumah Ayah?" rengek Alisha yang tiba-tiba sangat manja.
Saffana memang tidak pernah melarang kapanpun Alisha harus bertemu dan menginap di tempat Aksa. Tetapi kali ini Saffana khawatir karena takut Alisha berbicara begitu banyak mengenai masalah rumah tangga yang dia jalani dan apalagi itu terjadi di depan mata Alisha.
"Alisha tapi untuk malam ini tidak juga dulu ya. Alisha masih kurang sehat dan ibu khawatir pada Alisha," ucap Saffana yang memberikan alasan
Alisha terdiam. Namun wajah itu terlihat tidak ingin mendengarkan Saffana. Alisha yang sangat kesal dengan menunjukkan wajah yang cemberut. Layaknya anak-anak yang ngambek. Alisha memang sudah jauh-jauh hari ingin sekali bertemu dengan Aksa dan pasti sangat kecewa dengan keputusan Saffana.
Aksa yang melihat hal itu memegang kedua bahu Alisha dengan Aksa mengangkat dagu Alisha agar wajah cemberut yang menggemaskan itu bisa terlihat.
"Alisha pulang sama Ibu ya. Lain kali Alisha menginap di rumah ayah. Kalau Alisha sudah benar-benar sembuh," ucap Aksa dengan lembut.
"Tapi Alisha sudah sembuh Ayah," jawab Alisha dengan manja.
"Belum sama sekali, Ayah pegang tangan Alisha masih hangat," ucap Aksa.
"Lihat dahi Alisha masih panas, lengan Alisha juga, wajah Alisha juga!" Aksa yang mulai seloroh memegang tubuh yang putri, bahkan dengan jahil menggelitik Alisha.
"Ayah geli!" keluh Alisha yang baru tertawa menahan kegelian.
"Katanya sudah sembuh, kenapa kegelian," sahut Aksa yang semakin melakukan hal itu yang ingin membuat Alisha tertawa.
Alisha yang meminta ampun menahan kegelian dengan tertawa-tawa. Saffana melihat kedekatan anak dan Ayah itu membuat dia tersenyum tipis. Saffana merasa bersalah yang telah membuat putrinya harus menjauh dari sang ayah karena mungkin masalah yang dia hadapi.
"Jadi bagaimana sekarang masih mau berbohong kepada Ayah dan mengatakan jika Alisha baik-baik saja?" tanya Aksa memastikan dengan alis bertautan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments