"Saffana aku tahu apa yang telah kamu pikirkan dan kamu pasti lagi salah paham kepadaku. Saffana aku mohon tolong berpikir positif," ucap Andre yang kembali mempengaruhi pikiran Saffana.
"Iya aku berpikir positif kok," sahut Saffana dengan tersenyum tipis.
"Saffana aku sangat mengerti dengan perasaan kamu dan juga pemikiran kamu. Maka baiklah Saffana aku memahami semua itu. Aku bisa mengerti semua yang kamu hadapi dan kenapa Saffana kamu begitu sangat mudah untuk berpikiran negatif kepadaku," sahut Andre.
Saffana terdiam dengan menunjukkan wajah yang masih sangat ketus dengan segala pemikirannya yang tidak baik. Apalagi Andre yang seperti biasa yang akan merasa jika dia paling benar.
Andre menghela nafas mendekati Saffana dengan memegang lengan Saffana.
"Maafkan aku Saffana sudah membuat perasaan kamu tidak nyaman. Saffana Tasya akan kembali besok, jadi kamu jangan khawatir. Tasya tidak akan berlama-lama tinggal di sini," ucap Andre membuat Saffana menoleh ke arah Andre.
Saffana menatap sang suami yang berusaha untuk mencari kebenaran dengan apa yang telah dia katakan barusan. Hati itu bisa lega sedikit mendengar pernyataan itu. Jika Tasya akan pulang. Saffana memang harus mengantisipasi segala hal dalam pernikahannya yang tidak ingin terjadi sesuatu.
"Aku tidak ingin kita berdua bertengkar hanya karena masalah Tasya. Jadi lebih baik Tasya kembali ke Palembang. Jadi kamu tidak perlu berpikiran negatif kepadaku lagi," ucap Andre lagi.
"Benar dia akan kembali?" Saffana yang memastikan.
"Iya," jawab Andre.
Saffana terlihat sedikit laga mendengar pernyataan Andre. Perasaan yang dipenuhi rasa curiga itu sudah mulai tenang.
"Jadi kamu jangan memikirkan apa-apa lagi," ucap Andre.
"Baiklah," sahut Saffana.
"Ya sudah kalau begitu kamu istirahatlah, aku mau keluar sebentar," ucap Andre.
"Kamu mau kemana?" tanya Saffana dengan alis terangkat.
"Aku mau pergi sebentar. Aku mau antar mama, bukan untuk ke mana-mana," ucap Andre.
"Begitu!" sahut Saffana singkat
Andre tersenyum dengan mengusap lengan Saffana. Lalu pergi keluar dari kamar, Saffana menghela nafas melihat kepergian suaminya itu.
"Bukankah sangat wajar. Jika aku mempunyai perasaan yang tidak enak. Ya Allah semoga aku tetap bisa berpikir positif dan berhati bersih agar tidak memikirkan hal-hal yang tidak akan terjadi," batin Saffana dengan raut wajah yang terus menunjukkan penuh dengan pemikiran.
********
Cuaca malam hari yang begitu dingin dengan hujan deras di luar membasahi bumi, angin yang begitu kencang sudah seperti angin puting beliung yang membuat gorden menari-nari sehingga anginnya masuk ke dalam kamar Saffana yang mana Alisha tidur di samping Saffana.
Saffana memang lupa menutup jendela, karena kelelahan sehingga ketiduran. Alisha sakit memang sedikit rewel. Saffana tersentak kaget saat melihat benda yang jatuh karena tertiup angin.
Saffana membuka mata dan mengangkat kepalanya yang melihat kearah lantai.
"Astagfirullah..." lirih Saffana.
Mata Saffana juga melihat kearah jendela. Lalu Saffana melihat jam yang menggantung di dingding yang sudah pukul 3 pagi.
"Apa Andre belum kembali," gumam Saffana.
"Tidak mungkin belum kembali. Mungkin dia tidur di kamar tamu. Dia tidak membangunkanku. Karena aku juga ketiduran," gerutu Saffana yang menduga-duga sendiri.
Saffana melihat Alisha yang tertidur dengan Saffana mengusap pucuk kepala Alisha dan mencium lembut kening itu. Lalu Saffana yang memperbaiki selimut Alisha yang sedikit turun.
Saffana menuruni ranjang yang langsung berjalan menuju jendela. Saffana yang ingin menutup jendela kamar tiba-tiba melihat mobil terparkir di depan rumah.
"Itu mobil Andre, dia memang sudah pulang, mungkin Andre tidur di kamar tamu," gumam Saffana yang akhirnya menutup jendela kamar dan juga tirai.
Saffana mengambil benda yang jatuh ke lantai karena tiupan angin dan mengembalikan ke tempat semula.
Lalu Saffana menuju kamar mandi, Saffana yang mengambil wudhu dan setelah itu Saffana langsung melakukan sholat tahajud. Saffana yang sholat begitu khusyuk dan sampai selesai yang tidak lupa untuk berdoa.
Setelah selesai berdoa, raut wajah Saffana yang tiba-tiba mendadak gelisah bahkan sampai memegang dadanya yang berdebar dengan kencang.
"Kenapa perasaanku tidak enak," gumam Saffana dengan nafas berat.
Tiba-tiba Saffana menoleh kearah pintu dan tidak tahu kenapa harus melihat ke arah pintu yang membuat Saffana menelan salivanya.
"Ibu!" Saffana kaget dan melihat kearah ranjang. Karena berperang dengan perasaannya membuat dia tidak tenang dan melamun.
Mendengar suara Alisha membuat Saffana langsung berdiri dan menghampiri Alisha.
"Sayang..." lirih Saffana.
"Ayah di mana Ibu?" tanya Alisha yang sudah membuka mata.
"Ayah tidak ada di sini Alisha. Ayah ada di rumah," jawab Saffana.
"Apa Alisha tidak boleh bertemu Ayah?" tanya Alisha.
"Ini sudah malam sayang, besok kita ketemu Ayah ya," ucap Saffana.
"Tapi Alisha mau ketemu sekarang," Alisha yang mendadak begitu rewel.
"Alisha, bukankah Alisha anak yang baik dan tidak ingin membuat Ibu repot. Jadi harus dengarkan Ibu. Alisha juga tidak mau bukan membuat ayah repot. Jadi mana mungkin ayah datang untuk jemput Alisha," Saffana mencoba berbicara begitu lembut karena sang putri bisa mengerti.
Alisha terdiam yang mungkin apa yang diinginkannya tidak akan terkabul dia juga tidak ingin membuat Saffana sedih.
"Alisha bobo lagi ya," ucap Saffana.
"Alisha mau minum Ibu," ucap Alisha.
"Ya sudah Ibu ambil sebentar," jawab Saffana. Alisha menganggukkan kepala.
Saffana yang menghela nafas dan langsung keluar dari kamar yang masih menggunakan mukena untuk mengambilkan sang putri minuman. Saffana yang kedapur menuang minum dan kembali menuju kamar.
"Isss kamu udah dong!" langkah Saffana tiba-tiba terhenti ketika mendengar suara wanita yang terkekeh dan terdengar suara itu sangat gatal dengan tertawa-tawa.
Mata Saffana yang langsung melihat kearah kamar tamu yang dia yakini suara itu berasal dari sana. Wajah Saffana yang terlihat begitu berpikir dan tiba-tiba memegang jantung yang berdebar dengan kencang. Saffana yang kembali melanjutkan langkahnya yang berusaha untuk tidak peduli dengan suara tersebut.
"Andre sudah!" langkah Saffana yang kembali berhenti. Karena suara itu terdengar lagi.
Langkah Saffana perlahan menuju kamar kamar tamu itu. Wajah cantik itu yang sudah merasa tidak enak dengan langkah kaki yang bergetar di iringi dengan debaran jantung yang kencang yang membuat Saffana menelan Salivanya yang penuh dengan rasa semakin gelisah dan takut dengan apa yang terjadi.
Suara itu berubah semakin menjadi-jadi dan terdengar sudah semakin tidak senonoh yang membuat debaran jantung Saffana semakin tidak terkendali. Tangan itu bergetar menekan kenopi pintu seakan sudah siap dengan apapun yang dia lihat saat pintu itu terbuka.
Sampai akhirnya Saffana mendorong pintu kamar yang tidak di kunci perlahan. Pintu kamar yang terbuka dan melihat penampakan yang membuat Saffana shock.
Bagaimana tidak Andre yang tanpa sehelai benang pun yang hanya tertutup oleh selimut berada di atas tubuh seorang wanita yang tak lain adalah Tasya dan juga sama tidak memakai pakaian bahkan pakaian mereka berserakan di lantai.
Mata Saffana beserta dengan debaran jantung yang terus melihat aktivitas pasangan yang sudah seperti suami istri. Bahkan mereka berdua tidak menyadari keberadaan Saffana yang sejak tadi berdiri di depan pintu kamar dengan tubuh yang bergetar.
Bagai mimpi buruk di depan mata Saffana dan sangat tidak percaya melihat pria yang baru dia nikahi dua hari yang lalu telah mengkhianatinya dan tidur dengan wanita lain yang selalu di katakan sebagai sahabat.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Kasih Bonda
next Thor semangat
2024-07-01
0
Ira Tri puspita
buat andre tau kalau safana melihat
2024-06-30
0
reny dwi septianingsih
ayo saffana beri mereka pelajaran,jangan diem aja.jadi wanita yg tegas jangan mau di bohongi ma 2 kunyuk dan untuk mertua durhakim beri sedikit syok terapi
2024-06-30
0