"Kenapa kalian berdua menjadi orang tua yang egois yang tidak memikirkan anak kalian!" tegas Rachel marah.
"Mama bicara apa. Bagaimana mungkin Mama bisa mengatakan aku dan Saffana orang tua yang egois. Kami berdua selama ini mengutamakan Alisha. Lagi pula Mama yang mengenalkan Irene kepadaku," ucap Aksa yang sedikit menaikkan volume suaranya.
"Ada apa ini? kenapa malah ribut-ribut seperti ini," sahut Adam yang datang tiba-tiba. Rachel menghela nafas yang tidak berbicara lagi. Aksa yang juga mengontrol diri dengan menghela nafas berdiri dari tempat duduk dan langsung pergi dari meja makan.
Adam melihat kepergian Aksa dan melihat kearah Rachel yang wajah itu masih terlihat marah.
"Kamu ini kenapa tidak ada habis-habisnya bertengkar dengan Aksa. Apalagi yang membuat kalian berdebat hah?" tanya Adam yang memang sudah sangat terbiasa mendengar pertengkaran Rachel dan Aksa.
"Mama kesal melihat Saffana dan Aksa yang akan memiliki kehidupan baru dengan pernikahan dan pasangan mereka masing-masing. Mama khawatir pada Alisha," jawab Rachel.
"Rachel. Aksa dan Saffana sudah berpisah. Kenapa Sampai detik ini kamu belum bisa menerima kenyataan itu. Semua itu menjadi keputusan mereka bersama dan sampai detik ini mereka menjalin hubungan dan komunikasi yang baik sesuai dengan janji mereka untuk pertumbuhan dan perkembangan Alisha," tegas Adam.
"Ya tapi tetap saja. Alisha akan merasa berbeda dari orang lain," sahut Rachel.
"Kamu yang tiba-tiba mengenalkan Aksa dengan Irena dan sekarang ketika Saffana akan menikah. Kamu malah marah kepada Aksa. Kamu aneh," ucap Adam geleng-geleng.
"Aku pikir dengan Aksa menjalin hubungan dengan wanita lain. Maka Saffana akan memiliki rasa cemburu dan ternyata tidak dia justru akan menikah," batin Rachel.
"Sudahlah. Kamu jangan terus berpikir seperti ini. Biarkan Saffana dan Aksa memiliki kehidupan mereka masing-masing," tegas Adam. Rachel hanya diam saja.
*********
Palembang.
Mobil Saffana berhenti di depan Restauran dan Saffana yang langsung keluar dari mobil dengan memasuki Restaurant tersebut.
"Di mana Andre!" gumam Saffana yang melihat di sekitarnya sampai akhirnya mata Saffana berhenti pada satu meja dan melihat Andre yang duduk berhadapan dengan seorang wanita.
"Tasya!" ucap Saffana yang menghampiri Andre dan wanita yang bernama Tasya itu.
Tasya yang sedang makan melihat kehadiran Saffana. Melihat tatapan mata Tasya membuat Andre menoleh ke arah belakang.
"Saffana kamu sudah datang," sahut Andre berdiri dari tempat duduknya dan terlihat datar tanpa ekspresi yang harus bagaimana saat melihat kehadiran calon istrinya.
"Aku dari tadi menelpon kamu, untuk menjemputku di Bandara dan kamu tidak mengangkat telepon kamu sama sekali. Aku terpaksa harus pesan mobil," protes Saffana.
"Maaf Saffana ponsel aku lobet," jawab Andre. Saffana hanya mengganggu kan kepala dengan wajah yang terlihat tidak mood.
"Hmmm Andre sepertinya aku harus pergi. Aku masih banyak pekerjaan," ucap Tasya yang berdiri dari tempat duduknya dengan mengambil tasnya.
"Ya sudah Tasya. Kamu hati-hati ya dan nanti aku kabari kamu lagi," ucap Andre.
"Iya," jawab Tasya dengan tersenyum.
"Saffana aku duluan," ucap Tasya yang langsung pergi dari tempat tersebut. Saffana yang masih menoleh ke belakang melihat kepergian Tasya.
"Ayo Saffana duduk," ajak Andre. Saffana menganggukkan kepala.
"Aku hanya bertukar pikiran dengan Tasya masalah pernikahan kita. Jadi kita bertemu dan ngobrol sebentar," jelas Andre yang padahal Saffana sama sekali tidak mengatakan apa-apa.
"Begitu!" sahut Saffana dengan menghela nafas yang terlihat ketus.
"Kamu pesan makan?" tanya Andre.
"Tidak!" jawab Saffana yang melihat meja itu terlihat kotor karena bekas makan Tasya. Saffana justru mendadak tidak nyaman bahkan dia juga duduk di bekas kursi Tasya.
"Aku minta maaf sekali lagi Saffana," ucap Aksa.
"Sudahlah lupakan saja," jawab Saffana yang terlihat santai yang tidak mau ribet.
"Baiklah! aku pasti kemari ingin membicarakan pernikahan kita yang tinggal menghitung hari dan membantu persiapan sesuai dengan apa yang kamu katakan," ucap Saffana.
"Hmmm, Saffana aku lupa memberitahu kamu. Jika mama menyuruh kita untuk menikah di Jakarta saja dan tidak jadi di Palembang," ucap Andre dengan tiba-tiba yang membuat Saffana terlihat sangat kaget dengan menautkan kedua alisnya.
"Kamu bilang apa!" pekik Saffana.
"Aku sudah menjelaskan kepada Mama jika kita sudah menyusun pernikahan di Palembang. Tetapi mama berubah pikiran dan lebih baik dilaksanakan di Jakarta karena banyak juga saudara yang tinggal di Jakarta," jelas Andre.
"Andre bukankah kita sudah memperdebatkan masalah ini sejak awal. Kamu sendiri yang memaksa untuk kita menikah di Palembang. Aku sudah menuruti semua keinginan kamu dan keluarga kamu dan aku juga sudah membuang banyak waktu untuk persiapan ini ... kamu tahu tidak aku harus meninggalkan Alisha untuk semua ini!" tegas Saffana yang terlihat marah.
"Aku mengerti Saffana. Tetapi aku juga tidak bisa mengatakan apa-apa karena semua ini permintaan mama. Kamu tahu sendiri bagaimana mama. Jika Mama sudah mengatakan A maka harus A," sahut Andre.
"Ya lalu sekarang bagaimana. Kita akan kembali mengurus pernikahan di Jakarta dan semua yang sudah aku kerjakan hanya sia-sia di sini. Ini sangat tidak masuk akal. Kamu sebenarnya mau menikah apa tidak!" kesal Saffana yang semakin emosi.
"Kamu itu bicara apa Saffana. Ya aku mau menikah dengan kamu. Masa Iya hanya karena perbedaan tempat dan kamu bisa mempertanyakan hal itu," sahut Andre.
"Karena aku sudah melakukan pengorbanan yang begitu banyak untuk semua ini. Aku sudah mengatakan kepada kamu jika aku sampai meninggalkan Alisha untuk mengurus semua pernikahan kita," tegas Saffana.
"Alisha juga punya ayah. Kamu juga meninggalkan Alisha bukan mau main-main dan hanya untuk pernikahan kita dan buka selamanya mengorbankan hal itu," sahut Andre yang berbicara ngegas.
"Alisha juga punya ayah. Dia juga punya kewajiban untuk menjaga Alisha dan bukan hanya menjadi tanggung jawab kamu saja. Kita akan menikah dan sangat wajar jika sekarang tanggung jawab itu diambil oleh ayah Alisha. Karena banyak hal yang harus kamu kerjakan dan juga aku!" tegas Andre.
"Sudahlah aku males ribut dengan kamu. Kamu selalu mempersulit keadaan. Baik jika memang pernikahan yang ingin di Jakarta maka di Jakarta. Aku berbicara pada bunda dan ayah," ucap Saffana yang langsung berdiri dari tempat duduknya yang terlihat kesal.
"Hey kamu mau kemana!" Andre juga ikut berdiri yang mencegah Saffana.
"Kita tidak jadi menikah di sini bukan. Maka kamu yang harus mengurus pembatalan semua pesanan dan segala sesuatu yang sudah dipersiapkan di sini dan aku yang akan mempersiapkan di Jakarta. Jadi kita berdua berbagi tugas dan itu lebih baik daripada kita bertengkar. Karena kita sudah tidak jadi merencanakan pernikahan di sini. Maka kita aku akan kembali pulang ke Jakarta," ucap Saffana yang berbicara sedikit tenang dan meredakan emosi.
"Baiklah, kita akan berbagi tugas. Aku minta maaf untuk semua ini. Aku minta maaf atas keluargaku kepada kamu," ucap Andre. Saffana hanya mengangguk.
"Ya sudah kalau begitu aku pergi!" ucap Saffana. Andre mengangguk
"Jangan lupa kamu harus charge handphone kamu karena sebentar lagi kamu harus menghubungi Tasya," sindir Saffana yang langsung pergi dari hadapan Andre.
"Saffana!"panggil Andre ketika merasa jika Saffana pergi tidak baik-baik saja.
"Apalagi ini," gumam Andre menghela nafas.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
guntur 1609
brti andre egois dan juga gak sayang sm alish
2024-11-08
0
guntur 1609
mamnya yg egois brti
2024-11-08
0