Andre menghela nafas melihat kepergian Aliyah dengan mengusap wajahnya dengan kasar. Rasa panik itu berkurang sedikit dengan apa yang terjadi.
"Siapa dia?" tanya Tasya penasaran.
"Dia adik mantan suami Saffana," jawab Andre.
"Lalu menurut kamu apa dia mencurigai kita?" tanya Tasya.
"Aku juga tidak tahu. Tetapi dia sepertinya tidak bisa dianggap main-main. Karena kamu bisa melihat bagaimana ekspresi wanita itu tadi," ucap Andre yang terlihat begitu panik.
"Lalu bagaimana jika dia mengatakan sesuatu kepada Saffana?" tanya Tasya.
"Sudahlah kamu tidak perlu memikirkan hal itu. Biar aku yang mengurus semuanya," ucap Andre.
"Ya sudah kalau begitu. Aku sebaiknya pulang," sahut Tasya.
"Iya. Makasih Tasya untuk malam ini," ucap Andre yang masih sempat-sempatnya memeluk Tasya di tempat umum seperti itu tanpa takut jika Saffana akan muncul tiba-tiba.
"Sama-sama, aku sangat bahagia malam ini," jawab Tasya. Andre tersenyum lebar yang memeluk erat Tasya.
Ternyata Aliyah sama sekali belum pergi dia masih berada di balik tembok dan melihat jelas bagaimana Andre yang berpelukan begitu erat dengan Tasya. Aliyah geleng-geleng kepala melihat hal itu dan langsung pergi meninggalkan tempat itu dengan membawa senyum penuh arti.
********
Saffana, Alisha dan Andre yang berada di dalam mobil dengan Saffana yang duduk di bangku belakang agar bisa menjaga Alisha yang masih terlihat lemas yang sakit tadi dipangku Saffana. Beberapa kali Andre menoleh dari kaca spion yang melihat Saffana.
"Aku melihat tadi malam Aliyah adik Aksa menemui kamu?" tanya Andre tiba-tiba.
"Iya. Aliyah datang untuk mengantarkan obat dan sempat juga menemaniku beberapa jam di dalam kamar untuk melihat kondisi Alisha," jawab Saffana.
"Lalu apa setelah malam itu dia menghubungi kamu lagi?" tanya Andre.
"Tidak ada sama sekali. Memang kenapa?" tanya Saffana heran.
"Aku tidak tahu apa yang dipikirkan Aliyah. Tadi malam dia melihatku bersama dengan Tasya saat Tasya masuk ke dalam kamar untuk mengambil barang titipan mama. Jadi dia menatap Tasya seolah berpikir yang tidak-tidak dengan pikiran negatifnya," jawab Andre.
"Tasya..." lirih Saffana.
"Kamu tahu sendiri bagaimana aku dan Tasya. Kamu juga tahu Tasya sudah dianggap keluarga di dalam kehidupan keluargaku," sahut Andre.
"Jadi aku jika kamu tidak berpengaruh dengan perkataan orang lain yang tidak tahu apa-apa," ucap Andre yang mencoba untuk mempengaruhi pikiran Saffana agar tidak berpikiran buruk kepada dia dan Tasya dan sebelum Aliyah menceritakan semua yang dilihat Aliyah.
"Tapi Andre. Kenapa juga Tasya harus masuk ke dalam kamar kita. Bukankah kamu sudah menikah dan hal itu sangat tidak wajar," ucap Saffana menegur sang suami.
"Saffana aku sedang di kamar mandi. Tasya juga berpikir jika kamu ada di dalam kamar. Lagi dia langsung pergi saat itu," jelas Andre.
Saffana terdiam yang tidak berkomentar apa-apa. Andre kembali memperhatikan ekspresi wajah Saffana.
"Kamu tidak sedang memikirkan hal buruk kepadaku bukan?" tanya Andre memastikan.
"Tidak sama sekali," jawab Saffana dengan tersenyum tipis. Padahal penjelasan dari Andreas justru membuat Saffana memikirkan sesuatu hal yang semakin bercampur di dalam pikirannya.
"Ya kamu memang tidak akan mungkin mencurigaiku Saffana dan tidak akan percaya pada Aliyah," batin Andre dengan tersenyum miring yang sangat yakin.
Mobil Andre berhenti di depan sebuah rumah yang berlantai dua. Andre yang pertama kali turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Saffana dan Alisha.
"Makasih!" sahut Saffana.
"Biar aku yang menggendong Alisha," ucap Andre mengambil alih tersebut. Karena memang Alisha yang masih sakit dan ingin bermanja terus.
"Maaf Andre aku jadi merepotkan kamu," sahut Saffana yang merasa tidak enak.
"Tidak masalah ayo kita masuk!" ajak Andre yang mempersilahkan Saffana dan Andre yang menggendong Alisha memasuki rumah.
"Assalamualaikum!" sapa Andre dan Saffana.
"Walaikum salam," sahut Bonita, ibu Andre yang sejak tadi duduk di ruang tamu bersama dengan Tasya.
"Kalian sampai juga, lama sekali," sahut Bonita yang memperlihatkan wajah yang tidak suka.
"Maaf mah. Tadi kami membawa Alisha ke rumah sakit sebentar," jawab Andre.
"Huhhh, pengantin baru bukannya bagian-bagiannya nya malah mengurus sakit," cicit Mira yang terlihat kesal.
Saffana langsung terdiam mendengar sindiran tersebut dengan menunduk.
"Mah apa-apaan sih!" tegur Andre.
"Ya sudah sana kalian berdua masuk kamar dan istirahat," sahut Mira.
"Ayo Saffana!" ajak Andre. Saffana menganggukan kepala dan pergi dengan hati yang sudah tidak enak.
Mungkin memang sangat sulit untuk sebagai seorang wanita yang sudah pernah gagal dalam pernikahan dan menikah dengan laki-laki yang belum pernah menikah sama sekali. Saffana bisa mengerti dengan sikap orang tua Andre yang belum menerima dia sepenuhnya. Tetapi terkadang Saffana juga harus menahan rasa sakit hati mendengarkan sindiran-sindiran yang terdengar di telinganya.
********
Saffana dan Andre yang sudah berada di dalam kamar dengan Andre membaringkan Alisha di atas ranjang.
"Saffana kamu jangan dengarkan apa yang dikatakan mama. Kamu tahu sendiri bagaimana Mama kalau bicara yang tidak pernah melihat kondisi," ucap Andre.
"Tidak apa-apa Andre," sahut Saffana.
"Ya sudah kamu sebaiknya istirahat aku keluar sebentar," ucap Andre yang hendak pergi.
"Andre tunggu!" Saffana mencegah Andre.
"Ada apa?" tanya Andre.
"Mengenai Tasya. Kenapa Tasya ada di rumah kamu?" tanya Saffana.
"Aku lupa mengatakan kepada kamu, jika untuk sementara Tasya akan tinggal di rumah ini sampai dia pulang ke Palembang," ucap Andre.
"Jadi Tasya juga akan tinggal di sini?" tanya Tamara yang memastikan sekali lagi.
"Iya," jawab Andre.
"Saffana Tasya tidak mungkin pulang ke Palembang dan lagi pula Mama yang menahan dia," jelas Andre.
"Bagaimana kalau kita tinggal di rumahku saja untuk sementara waktu sampai Tasya kembali ke Palembang," ucap Saffana dengan mengeluarkan pendapat.
"Maksud kamu apa?" tanya Andre.
"Andre aku tidak bermaksud apa-apa dan bukan berarti aku tidak menyukai Tasya berada di lingkungan kita. Aku sangat mengerti dan sangat paham Tasya sudah kamu anggap seperti keluarga kamu sendiri seperti apa yang sering kamu katakan kepadaku. Tetapi kita berdua sudah menikah dan sangat tidak pantas ada orang lain di dalam pernikahan kita. Walau ini ada mama kamu. Aku justru yang merasa tidak nyaman dan lebih baik kita tinggal di rumahku saja untuk sementara waktu," jelas Saffana.
"Saffana kamu berlebihan berpikir. Tasya juga tidak akan lama di sini dan hanya beberapa hari saja. Lagi pula jika kita akan tinggal di rumah kamu, mama bisa tersinggung dan kamu mau membuat masalah lagi. Saffana bukankah kamu sendiri yang mengatakan ingin mendekatkan diri pada mama dan berharap mama bisa menerima kamu sepenuhnya. Lalu kenapa kamu malah memulai mencari masalah," ucap Andre.
"Bukan begitu Andre...."
"Sudahlah Saffana, kamu sebaiknya jangan memikirkan hal ini lagi. Tidak ada gunanya sama sekali. Sudahlah Aku mau pergi dulu dan kamu sebaiknya istirahat," ucap Andre menegaskan yang tidak mau mendengar apapun yang dikatakan Saffana dan Andre yang pergi dah keluar dari kamar.
Saffana juga tidak bisa mencegah kepergian Andre dan hanya melihat dengan menghela nafas. Walau terasa hatinya begitu berat.
"Kamu terlalu dekat dengan wanita lain sementara kamu sedang menikah apa menurut kamu itu hal yang wajar," batin Saffana.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Yati Syahira
kgn bodoh safana pasang cctv
2025-02-20
0
Bivendra
mknya jd perempuan jgn keras kepala bebal x kau ud tw s andre nempel ma tasya msh ja tutup mata
palak jg aq lama² bacanya
2024-06-29
0
Kasih Bonda
next Thor semangat
2024-06-29
0