Aliyah yang sudah sampai di kamar Saffana dan Aliyah yang juga duduk di atas ranjang melihat keadaan bagaimana Alisha yang masih tertidur dengan wajah yang tampak sangat pucat.
"Maaf ya Aliyah sudah merepotkan kamu," ucap Saffana yang merasa tidak enak.
"Tidak apa-apa Saffana," jawab Aliyah.
"Aku berharap kondisi Alisha bisa cepat pulih," ucap Aliyah.
"Aku juga mengharapkan hal yang sama," sahut Saffana.
"Oh iya di mana Andre?" tanya Aliyah.
Sejak tadi dia memang tidak melihat laki-laki yang baru saja menjadi suami dari mantan kakak iparnya itu.
"Ada di kamar kami. Aku sebenarnya merasa tidak enak kepada Andre dengan kejadian ini. Tetapi Untung saja Andre mau mengerti," jawab Saffana.
"Ada di kamar, maksudnya kamar lain?"
Pertanyaan Aliyah seolah ingin mengetahui sesuatu yang lebih lagi.
"Iya kamar pengantin kami. Karena ada Alisha jadi Andre menyuruh untuk pesan kamar lagi. Karena takut Alisha tidak nyaman di kamar kami," jawab Saffana.
Wajah Aliyah terlihat penuh dengan pemikiran dan entah apa yang dia pikirkan.
"Lalu bagaimana dengan keluarganya. Di mana mereka?" tanya Aliyah yang memang mendadak kepo dan padahal selama ini dia tidak pernah bertanya mengenai keluarga suami dari mantan kakak iparnya itu.
Entahlah apa yang membuat Aliyah harus tahu dengan detail, mungkin karena berhubungan dengan kejadian yang baru saja dia lihat.
"Mereka sudah pulang. Mereka memang memiliki rumah di Jakarta," jawab Saffana.
"Jika punya rumah di Jakarta lagi untuk apa melakukan pernikahan di Palembang dan ujung-ujungnya di Jakarta juga" Aliyah tiba-tiba mendadak kesal dengan alis yang bertautan.
"Sudahlah tidak apa-apa. Lagi pula pernikahan kamu sudah selesai dan semua lancar," sahut Saffana yang memang terlihat santai.
"Kamu selalu merasa semua mudah Saffana. Apa kamu tidak sadar, jika kamu itu sangat di persulit," batin Aliyah dengan wajah sendu.
"Oh iya. Aliyah aku titip Alisha sebentar ya. Aku ingin bertemu dengan mas Andre dulu sebentar," ucap Saffana yang turun dari ranjang.
"Ya sudah," sahut Aliyah dengan menganggukkan kepala.
"Makasih ya Aliyah," Saffana yang langsung pergi meninggalkan Aliyah bersama dengan Alisha.
"Aku hanya berharap jika apa yang aku pikirkan tidak terjadi dan semoga saja apa yang ada di pikiranku salah. Jika itu benar, kasihan juga Alisha yang mungkin bisa menjadi korban," batin Aliyah.
Aliyah mengusap-usap pucuk kepala Alisha dengan mencium lembut kening Alisha. Dia turut sedih dengan keadaan Alisha yang sakit seperti itu, tidak bisa lagi melihat keceriaan di wajah Alisha.
*************
Tok-tok-tok-tok.
Saffana mengetuk pintu salah satu kamar Hotel. Pintu tersebut langsung terbuka yang ternyata di dalam kamar tersebut adalah Andre yang masih berdiri di depan pintu kamar dengan pintu yang terbuka sedikit.
"Saffana!" sahut Andre.
"Andre!" sahut Saffana yang memasuki kamar tersebut yang membuat Andre terlihat cemas.
Kamar pengantin Saffana dan Andre yang terlihat cantik. Kamar yang memang sudah disiapkan untuk mereka berdua. Kamar pengantin seperti biasa yang penuh dengan bunga-bunga dan juga sprei putih yang di atasnya terdapat angsa yang saling berhadapan dengan kelopak mawar di bentuk love.
Hal itu memang sudah di siapkan pihak Hotel untuk pernikahan mereka berdua. Tetapi wajah Andre terlihat tidak tenang dan gelisah yang bahkan tidak menatap Saffana yang berdiri di depannya.
"Maafkan aku Andre!" ucap Saffana yang terlihat merasa tidak enak dengan wajah senduh.
"Minta maaf soal apa?" tanya Andre dengan alis terangkat.
"Semua ini. Saat menjelang pernikahan, kita terus aja ribut, kita banyak berdebat dan sampai akhirnya kita menikah dan sudah sah menjadi pasangan suami istri. Tetapi, ini yang terjadi. Aku tidak bisa menjadi istri untuk kamu pada malam pernikahan kita. Maafkan aku. Aku juga tidak menginginkan semua ini terjadi," ucap Saffana dengan wajah menunduk.
"Saffana sudahlah apa yang kamu bicarakan. Alisha sedang sakit dan aku mengerti tentang kondisi Alisha. Lagi pula kita menikah bukan hanya sekarang ini saja. Tetapi, masih banyak waktu yang akan kita jalankan. Lagi pula aku juga capek dan kamu jangan memikirkan apa yang terjadi malam ini. Kamu jaga Alisha saja," ucap Andre yang ternyata begitu pengertian kepada Saffana.
Saffana mengangkat kepala dan melihat ke arah Andre. Dia melihat ketulusan yang besar di wajah sang suami yang sangat pengertian kepada posisi dia sebagai seorang ibu.
"Kamu jangan memperlihatkan wajah kamu seperti itu. Aku juga merasa bersalah kepada kamu," sahut Andre.
"Makasih Andre kamu sudah baik sekali kepadaku, kamu menerima aku apa adanya, kamu menerima keadaanku. Terima kasih untuk semua ini," ucap Saffana dengan mata berkaca-kaca yang seolah merasa sangat beruntung.
"Sama-sama Saffana. Kamu juga perempuan baik yang pantas untuk dinikahi," ucap Andre.
"Sudahlah sebaiknya kamu sekarang kekamar Alisha, jangan tinggalkan Alisha lama-lama. Nanti dia malah mencari kamu," ucap Andre dengan memegang bahu Saffana.
"Ya sudah kalau begitu aku kembali ke kamar Alisha. Sekali lagi terima kasih untuk pengertian kamu," ucap Saffana.
Andre hanya menganggukkan kepala. Saffana pun keluar dari kamar itu dengan Andre yang menutup pintu kamar kembali dengan menghela nafas.
Tiba-tiba sebuah tangan melingkar di pinggang Andre dengan Andre tersenyum yang merasakan wajah bertumpu pada punggungnya dengan sangat lembut.
"Lama sekali dia pergi," terdengar suara keluhan seorang wanita yang sangat manja. Andre mengusap-usap lengan wanita tersebut dan perlahan membalikkan tubuh.
Ternyata wanita itu adalah Tasya yang ternyata sejak tadi berada di dalam kamar dan bersembunyi ketika Saffana masuk.
"Kamu tahu sendiri Tasya. Jika wanita itu terlalu lebay berbicara. Padahal aku sama sekali tidak peduli, mau apapun yang terjadi," ucap Andre dengan memegang dagu Tasya yang memajukan wajah Tasya.
"Jika kamu tidak peduli kepada wanita itu, lalu kenapa kamu menikah dengan dia?" Tanya Tasya dengan wajah cemberut yang terlihat kesal dan cemburu.
"Bukankah aku mengatakan kepada kamu. Jika aku membutuhkan aset keluargaku Saffana. Karena hanya kekayaan dari ayahnya, maka Perusahaan keluargaku akan selamat. Jadi aku harus berkorban untuk semua ini," jawab Andre.
"Tetapi tetap saja, aku sangat cemburu melihat kamu dan dia menikah," ucap Tasya dengan wajah yang terus cemberut.
"Hanya pernikahan. Tetapi malam ini, kamar ini akan menjadi milik kita berdua," ucap Andre dengan tersenyum miring.
Andre juga langsung mencium bibir Tasya membuat Tasya tersenyum. Kecupan itu terlepas dengan tangan Tasya yang di kalungkan di leher Andre dengan dahi mereka saling menempel dan sama-sama tersenyum.
"Jadi malam ini. Kita yang melakukan malam pertama?" tanya Tasya.
"Menurut kamu bagaimana?" tanya Andre kembali dengan tersenyum nakal di wajah itu.
Tasya dan Andre saling melihat bibir mereka dan tidak lama bibir itu saling bertautan dengan ciuman yang romantis dan saling menuntun. Tidak tahu bagaimana hubungan Tasya dan Andre. Tetapi mereka seperti bukan hanya sebatas sahabat tetapi memiliki hubungan yang spesial sampai mengambil kesempatan di malam pernikahan Saffana dan Andre.
Andre yang ternyata menikah dengan Saffana. Karena hanya menginginkan aset dari keluarga Saffana dan tidak peduli dengan Saffana. Malam yang seharusnya menjadi malam untuk Saffana dan Andre menjadi malam untuk Andre dan Tasya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Bivendra
smg cepat terbongkar deh sblm aksa menikah lg dgn yg lain kasihan alisha
2024-06-28
0