Beberapa hari setelah berita tentang pertunangan Astuti terdengar, Badriah pun kembali ke kampung dan memutuskan untuk menetap untuk beberapa waktu hingga pernikahan Astuti tiba.
Akan tetapi walaupun jarak rumah mereka sangatlah dekat,bahkan bersebelahan, Badriah tidak pernah menemani ibunya atau menengok nya sama sekali sehingga ibu Hannah sering merengek pada Halimah.
Sebenarnya Halimah sudah mencoba membujuk Badriah agar ia berkunjung sesekali kepada ibu Hannah, akan tetapi Badriah tetap saja teguh pada pendirian nya dan tetap saja berdiam diri dirumah.
Sesekali Badriah hanya keluar untuk pergi membeli kebutuhan atau bersama suaminya tanpa memperdulikan atau sekedar bertanya bagaimana keadaan ibu Hannah pada Halimah.
Halimah yang sudah kesal dengan ulah Badriah memilih untuk tidak memperdulikan lagi apapun tentang Badriah akan tetapi Halimah tetap menutupi apa yang dirasakan nya didepan ibunya .
Halimah kemudian melihat ibu Hannah yang tengah menangis karena tengah merindukan Badriah,akan tetapi Badriah tidak pernah peka pada perasaan bu Hannah yang sesekali ingin diurus oleh anak pertama nya tersebut sehingga ibu Hannah terus saja meneteskan air matanya di pintu dapur sambil melihat ke arah rumah badriah yang letaknya persis disebelah nya namun terasa asing karena pintu rumah dan pagar nya selalu dikunci dari dalam, seolah mengasingkan diri dari dunia luar.
"Bu,ibu jangan sedih ya walaupun kak Badriah tidak pernah datang kesini, mungkin ia sedang sibuk untuk mempersiapkan pernikahan Astuti.".
Ucap Halimah pada ibunya yang sedang merindukan Badriah .
"Tapi setidaknya muncul lah sesekali agar ibu bisa melihat wajahnya walaupun hanya sekejap,apakah Badriah tidak merindukan ibu?".
Ucap ibu Hannah.
"Bu !!! Sudahlah,ibu kan sudah tahu bagaimana watak kak Badriah, tidak usah memaksakan kak Badriah harus hadir ditengah-tengah kita bila dia memang tidak peduli pada kita, lagipula ia masih punya suami yang harus ia layani .
Disini ada aku yang akan selalu ada untuk mengurus ibu, jadi ibu tidak perlu memikirkan hal lain yang tidak penting, bagaimana kalau ibu sakit gara-gara memikirkan Badriah? Lalu siapa yang akan merawat ibu? Kan aku juga.. tolonglah ibu mengerti keadaanku, sekarang juga aku sudah berstatus sebagai istri orang, tidak baik jika nanti Amzari mengetahui apa yang sebenarnya kita sembunyikan tentang Badriah yang sama sekali tidak memperhatikan ibunya. Dia akan berpikir apa nantinya?".
Ucap Halimah dengan panjang lebar.
"Ya sudah kalau begitu maafkan ibu,ibu janji tidak akan bertanya tentang Badriah lagi... Ibu juga tidak ingin membebani pikiran mu dengan menutupi sikap Badriah yang seolah tidak peduli pada ibu.. maafkan ibu ya Nak," .
Ucap Bu Hannah sambil meneteskan air mata nya.
"Sudahlah bu,maafkan aku ya karena aku tadi membentak ibu, aku tidak sengaja karena emosi.... aku janji aku akan selalu merawat ibu sampai akhir hayat,ibu harus janji akan selalu menemani ku sampai aku punya banyak anak".
Ucap Halimah sambil memeluk ibunya yang sudah tua renta tersebut.
Tidak lama kemudian suara motor Amzari terdengar karena waktu itu memang sudah menjelang sore dan karena langit sudah terlihat gelap , Amzari pun pulang cepat supaya tidak kehujanan.
"Sayang,kamu masak apa hari ini?".
Tanya Amzari ketika sampai dirumah.
"Hari ini aku masak sayur asam,dan sambal teri balado kesukaan mu, sebentar aku siapkan makan untuk mu ya".
Jawab Halimah sambil mengambilkan air minum untuk suaminya yang baru pulang tersebut.
"Oh iya, ibu kemana? ".
Tanya Amzari kembali.
"Ibu sedang dikamar,lagi sholat".
Jawab Halimah dengan cepat.
"Oh ya sudah aku mau mandi dulu ya sayang".
Ucap Amzari sambil meraih handuk yang ada di rak.
Setelah Amzari mandi makanan pun sudah tersedia dan dalam keadaan hangat karena nasi baru saja di masak dan sayur asem nya pun telah dihangatkan kembali oleh Halimah sebelum nya.
Amzari pun segera makan dengan lahapnya dan nambah sampai dua piring karena siang tadi ia mengaku belum makan nasi .
"Masakan istriku ini sungguh sangat lezat sekali,aku jadi tidak bisa berhenti makan".
Ucap Amzari sambil berbicara dengan mulut yang masih penuh dengan nasi dan juga sambal teri balado.
"Sayang... nanti saja memujinya setelah makan, jangan berbicara sambil makan,nanti tersedak".
Ucap Halimah dengan lembut.
Amzari pun kemudian melanjutkan makan nya sampai akhirnya nasi di piring nya habis tak tersisa.
"Ehm.. sayang? Ku lihat akhir-akhir ini lampu rumah di sebelah rumah kita menyala terus. Apa kak Badriah akan kembali menetap di kampung ini?".
Tanya Amzari dengan tiba-tiba.
"Iya, sebentar lagi kan Astuti akan menggelar pesta pernikahan nya,jadi kak Badriah yang pulang terlebih dahulu, nanti Astuti akan menyusul beberapa hari lagi".
Jawab Halimah.
"Oh jadi semua anggota keluarga nya juga pulang kerumahnya itu?".
Tanya Amzari kembali.
"Iya, Adik perempuan nya Astuti, Naufa dan juga Dory si bungsu sudah ada dirumah, cuma si Naufa itu orangnya pemalu, dia tidak mungkin mau kesini kalau tidak dijemput ".
Ucap Halimah sambil merapikan piring bekas makan suaminya tersebut.
Amzari kemudian mengangguk tanda mengerti dan kembali lagi melontarkan pertanyaan demi pertanyaan.
"Oh jadi begitu ya, Astuti akan menikah dengan orang mana?".
"Dia akan menikah dengan rekan kerjanya yang masih orang Jakarta,akan tetapi setelah menikah aku tidak tahu mereka akan memutuskan untuk tinggal dimana,entah di Bogor,apa Jakarta ".
Jawab Halimah kembali.
"Oh.. memangnya si Naufa itu kenapa selalu berada dirumah? Apakah dia tidak kerja?".
Tanya Amzari lagi.
"Dia memiliki fisik yang lemah dan tidak bisa bekerja dengan berat, jadi kak. Badriah tidak mengizinkan Naufa untuk bekerja, memang nya ada apa sayang?".
Tanya balik Halimah.
"Tidak apa-apa. Sayang saja jika punya ijazah tapi tidak bekerja. Tapi jika memang alasannya begitu tidak apa-apa sih, dia kan perempuan, kelak dia akan berada di dapur juga kan" .
Ucap Amzari sambil menuangkan air yang ada di botol kedalam gelas nya .
Setelah selesai makan Amzari pun bersiap-siap untuk melakukan ibadah sholat magrib.
Halimah sangat bersyukur karena dinikahi oleh Amzari yang selalu ingat waktu Ibadah dan mereka selalu sholat berjamaah bersama.
Setelah melakukan ibadah berjamaah Halimah pun segera mencium punggung tangan Amzari dan Amzari pun mencium kening Halimah yang masih memakai mukenah.
"Sayang? Kamu merasa lapar tidak?".
Tanya Amzari ketika telah selesai dengan aktivitas nya.
"Ehm.. lumayan lapar sih..".
Jawab Halimah.
"Baiklah tuan putri,kalau begitu aku keluar dulu ya untuk membeli cemilan untuk kita makan diwaktu malam,ibu mau jajan apa?".
Tanya Amzari pada Bu Hannah yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Ibu sudah tua,ibu tidak mau apa-apa. Lagipula makanan apapun yang kalian makan ibu pasti suka juga kok".
Jawab ibu Hannah.
"Baiklah kalau begitu aku dan Halimah keluar sebentar ya Bu, ".
Amzari pun pamit kepada bu Hannah dan meninggalkan ibu Hannah sendirian dirumah.
Amzari pun segera menghidupkan mesin sepeda motor nya dan Halimah pun segera naik dibelakang.
Kemudian mereka berdua melesat mencari makanan yang biasa dijajakan dipinggir jalan.
Sepanjang jalan tangan Halimah terus melingkar di pinggang Amzari dengan erat sama seperti saat mereka masih pacaran.
Setelah itu mereka pun berhenti didepan sebuah gerobak martabak yang sudah menjadi langganan mereka sejak zaman berpacaran dulu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments