Pada keesokan harinya Halimah yang akan mengantarkan surat undangan pernikahan nya ke berbagai tempat segera pergi kerumah Henny karena Henny telah berjanji akan mengantar nya untuk menyebarkan surat undangan pernikahan nya tersebut.
Tapi sedari pagi Henny tidak kunjung membalas pesan dari Halimah.
Sehingga Halimah yang sudah tidak sabar untuk pergi kemudian segera mendatangi rumah Henny dan alangkah terkejutnya Halimah ketika memergoki Henny yang tengah menangis sendirian dikamar nya.
Melihat hal tersebut Halimah merasa tidak tega pada sahabatnya tersebut dan dengan cepat segera mendatangi Henny yang tengah menangis tersedu-sedu.
"Henny,ada apa dengan mu? Apakah kamu sedang sakit?".
Tanya Halimah dengan lembut.
Henny hanya menatap Halimah dengan mata yang berkaca-kaca dan malah menangis semakin kencang.
Halimah yang bingung dengan tingkah laku sahabat nya tersebut segera memeluk tubuh Henny dengan erat agar Henny berhenti menangis.
"Katakan kepada ku siapa yang menyakiti mu sehingga kamu menangis seperti ini?".
Tanya Halimah dengan panik karena tangisan Henny tak kunjung berhenti.
Namun Henny hanya terdiam sambil sesekali menyeka airmata nya yang jatuh mengalir dipipinya.
"Halimah...".
Ucap Henny lirih.
"Iya ada apa Hen? Jangan membuat ku panik begini dong".
Ucap Halimah sambil menyeka airmata Henny yang sudah membasahi seluruh pipinya tersebut.
"Aku sedih ..".
Ucap Henny dengan suara yang terdengar payau.
"Siapa yang membuat mu merasa sedih'? Tolong katakan padaku saat ini juga".
Ucap Halimah sambil kembali memeluk sahabatnya tersebut.
"Aku sedih karena begitu bahagia melihat mu akan menikah Halimah..".
Ucap Henny sambil berbisik ditelinga Halimah.
"Kalau kamu bahagia mengapa kamu malah menangis?".
Tanya Halimah kembali.
"Entah mengapa rasanya aku sangat sedih karena sebentar lagi kamu akan menikah dengan Amzari.. orang yang selama delapan tahun ini telah kamu pacari. Aku merasa sangat bahagia karena akhirnya kamu akan menikah dengan orang yang sangat kamu cintai. Apalagi setelah kepergian ayahmu.
Tapi .. Semalam aku bermimpi buruk tentangmu sampai membuat aku menangis sedih seperti ini".
Tutur Henny.
"Memangnya kamu bermimpi apa?".
Tanya Halimah dengan penasaran.
"Hiks ..hiks.. aku bermimpi Amzari membunuh mu dengan kejam dan membuang mayatmu begitu saja .. huhuhu..".
Ucap Henny dengan nada bicara yang bergetar.
"Tenanglah,itu hanya mimpi belaka. Jangan terlalu percaya pada mimpi".
Ucap Halimah menenangkan sahabat nya tersebut.
"Tapi rasanya begitu nyata sampai aku terbangun pun karena menangisi keadaan mu Halimah".
Tutut Henny kembali.
Halimah hanya terdiam ketika mendengar penuturan Henny. Apalagi Henny adalah salah satu orang terdekat nya yang selalu berada disampingnya ketika suka dan duka.
"Kamu tenanglah dulu, tetaplah berpikir positif dan yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja " .
Ucap Halimah sambil mengusap punggung Henny dengan tangannya yang hangat .
"Tapi bagaimana jika benar nanti Amzari akan menyakiti mu dan membuat mu menderita? Aku tidak akan pernah bisa memaafkan nya jika dia sampai berani menyakiti orang sebaik dirimu Halimah".
Ucap Henny dengan suara yang sudah payau karena lama menangis.
"Amzari sangat mencintai ku,dia tidak mungkin bisa menyakiti ku, percaya padaku".
Ucap Halimah dengan lirih.
"Pokoknya kalau kamu menikah nanti kamu jangan mau dibawa pergi oleh Amzari. Kamu harus tetap tinggal dirumah ibumu karena aku ingin memastikan kamu selalu dalam keadaan baik-baik saja. Kamu harus berjanji ya Halimah..".
Ucap Henny sambil meraih kedua tangan Halimah dan menatap Halimah dengan tatapan sendu.
Sebenarnya Henny dari dulu kurang setuju jika Halimah berhubungan dengan Amzari apalagi jika sampai menikah.
Karena Henny sering melihat gelagat Amzari yang jelalatan terhadap perempuan lain bahkan ketika sedang bersama Halimah pun pasti mata Amzari masih jelalatan jika melihat wanita yang cantik lewat .
Akan tetapi karena merasa tidak enak pada Halimah, Henny yang menghormati keputusan Halimah tidak pernah mengutarakan pendapat nya karena takut akan melukai perasaan Halimah sahabat nya sejak kecil.
"Iya aku berjanji tidak akan meninggalkan rumah ibuku,".
Ucap Halimah sambil tersenyum kepada Henny.
Henny pun merasa bahagia karena Halimah menuruti permintaan nya.
"Udah dong nangisnya,nanti cantiknya hilang".
Ucap Halimah kembali sambil mengambil tissue di nakas Henny dan memberikan nya kepada Henny.
"Akhirnya sahabat ku sejak kecil akan menikah setelah berpacaran selama delapan tahun. Sedangkan aku seumur hidup belum pernah berpacaran sekali pun".
Ucap Henny dengan sedih.
"Tenang,kan masih ada kang Ujang ,tukang ojek dipangkalan desa itu loh".
Ucap Halimah sambil menahan tawa.
"Astaghfirullah kamu tega sekali kepada sahabat mu ini".
Ucap Henny sambil melempar satu bantal nya ke arah Halimah.
Halimah pun dengan refleks menangkap bantal tersebut dan kemudian tertawa terbahak-bahak untuk menghibur Henny dari rasa sedihnya.
"By the way kapan nih kita bisa berangkat untuk menyebarkan surat undangan pernikahan ku?".
Tanya Halimah kepada Henny.
"Karena suasana hatiku sedang tidak baik bagaimana kalau menyebar surat undangan nya besok saja.".
Ucap Henny sambil membersihkan kotoran matanya yang keluar karena kelamaan menangis .
"Baiklah, lebih baik sekarang kita cari tukang rujak yuk,aku sedang ingin makan makanan yang asem seger dan pedas nih".
Ajak Halimah kepada Henny.
"Wah wah wah.. kamu lagi ngidam anak nya Amzari ya? Kok jam segini sudah pengen makan rujak ".
Ucap Henny meledek Halimah.
"Enak sajaaaaa. Aku masih perawan ting-ting tahu.."
Ucap Halimah menepis pernyataan Henny.
"Ya sudah sebentar ya,aku mau mandi dulu, soalnya sejak bangun aku belum mandi karena terus menangisi mu".
Ucap Henny sambil meraih handuk di daun pintu kamarnya.
Halimah memang selalu meminta bantuan Henny untuk mengantar nya pergi ke suatu tempat karena Halimah tidak bisa mengendarai sepeda motor.
Sebenarnya Halimah ingin belajar,tapi Amzari selalu melarang nya .
Tambah lagi saat belajar motor beberapa tahun yang lalu Halimah kemudian jatuh ke sawah yang membuat nya menjadi trauma sampai sekarang , sehingga akhirnya Halimah selalu meminta diantarkan oleh Amzari ataupun Henny jika hendak pergi kemana-mana.
Halimah yang menjadi trauma saat membawa kendaraan bermotor enggan untuk belajar kembali karena takut jatuh seperti dulu.
Selang dua puluh menit kemudian Henny telah selesai dengan aktivitas mandinya dan Henny pun segera memakai pakaian lengkap dengan hijabnya.
Henny adalah sahabat Halimah yang paling agamis karena dulu Henny sempat menuntut ilmu di pesantren.
Halimah dengan sabar menanti sahabatnya menata jilbabnya yang ditata sedemikian rupa tersebut sehingga Halimah nyaris tertidur di kasurnya Henny.
"Hey Nyonya Amzari, jadi atau tidak mau beli rujaknya?".
Tanya Henny sambil menepuk pundak Halimah karena Halimah nyaris saja tertidur di kasurnya Henny.
"Kamu sudah selesai dandanan nya? Aku sampai mengantuk karena kelamaan menunggumu memakai hijabmu".
Ujar Halimah.
"Hahaha maafkan aku, mungkin aku memang lambat dalam segala hal tapi aku akan selalu ada untuk mengantar mu kemanapun Nyonya Amzari" .
Ucap Henny sambil bercermin kembali untuk memastikan hijabnya telah benar-benar rapi.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments