Dusta Cinta Suami Durhaka
Amzari sedang menyenderkan kepalanya di pangkuan Halimah sambil memejamkan kedua matanya.
Tanpa rasa gila ataupun jijik Halimah dengan telaten mengambil kotoran telinga Amzari dengan cottonbuds , kotoran di telinga Amzari cukup banyak, sepertinya sudah sebulan tidak dibersihkan.
Bibinya yang sedang melihat adegan tersebut hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat dua insan yang begitu bucin tersebut.
"Halimah,kamu sudah seperti istrinya Amzari saja ,sampai telinga nya saja dibersihkan,apakah kamu tidak merasa jijik?".
Tanya Bibi Marlina kepada Halimah.
"Aku kan cinta sekali dengan Amzari bi,dalam cinta sudah tidak ada rasa jijik tentang pasangan kita ,apapun itu aku akan dengan sukarela melakukan nya,iya kan bebeb?".
Halimah menjawab bibinya sambil mencubit hidung Amzari yang mancung.
Bibinya hanya bisa tersenyum kecil mendengar jawaban dari keponakan nya tersebut dan memilih untuk berlalu dari hadapan kedua insan yang tengah dimabuk asmara itu.
Kemudian Amzari meraih tangan Halimah kemudian menciumi punggung tangan Halimah tanpa menjawab Halimah.
Sudah delapan tahun Amzari dan Halimah berpacaran sejak duduk di bangku smp .
Kala itu Halimah yang masih cinta monyet menyatakan rasa sukanya duluan kepada Amzari. Ternyata Amzari pun merasakan perasaan yang sama dengan Halimah sehingga akhirnya mereka berpacaran hingga saat ini.
Hubungan mereka yang bisa bertahan selama delapan tahun pun tentunya tidak mudah dilalui mereka.
Mereka seringkali putus nyambung dan setelah itu mereka memutuskan untuk tetap bersama.
Apalagi sejak kepergian ayahnya Halimah yang meninggal ketika Halimah baru saja masuk ke sekolah SMA yang membuatnya terpaksa putus sekolah pada akhirnya.
Halimah hanya tinggal bersama ibunya yang seringkali sakit-sakitan pada akhir-akhir ini karena sudah usia tua .
Sementara satu-satunya kakak perempuan nya tinggal dijakarta dibawa oleh suaminya dan jarang sekali datang untuk sekedar melihat keadaan ibunya sehingga Halimah merasa tidak punya saudara.
Begitu sulit hidup yang dijalani oleh Halimah sehingga dengan hadirnya Amzari dihidupnya dianggap sebagai pelipur lara bagi Halimah.
Sudah banyak hal yang dilalui oleh Halimah bersama Amzari sehingga Halimah rasanya tidak bisa hidup tanpa Amzari.
Sedih suka tangis dan tawa mereka sudah lalui semuanya.
Apalagi kedua orang tua belah pihak Telah mengetahui hubungan keduanya dan mereka setuju-setuju saja karena Halimah adalah wanita yang baik dan berbakti kepada ibunya.
"Kalian sudah berpacaran selama delapan tahun.. jadi kapan kalian menikah?".
Tanya Bibi Marlina kepada Halimah saat Halimah sedang menyendokan nasi kedalam piring.
"Doakan saja bi,aku juga maunya tahun sekarang sih, soalnya sudah ga enak rasanya jadi bahan gunjingan tetangga terus. Pacaran lama kok gak nikah-nikah.. aku juga sudah bosan mendengar celotehan tetanggaku itu makanya mendingan main kerumah bibi yang masakannya enak sekali.. ".
Ucap Halimah dengan nada bicara yang centil sambil mengambil sayur asem yang tersaji di meja makan bibinya tersebut.
"Tapi kamu belum melakukan hal diluar batas dengan Amzari kan?".
Tanya Bibi Marlina dengan nada bicara yang terdengar khawatir.
"Tenang saja bi.. aku masih perawan ting-ting kok,aku juga tidak ingin ayahku di alam sana menangis melihat tingkahku yang kelewat batas".
Ucap Halimah tenang sambil mengusap punggung bibinya tersebut.
"Ya sudah.. bibi percaya kok kamu adalah wanita yang baik yang bisa menjaga kehormatanmu. Sekarang kamu makan dulu gih, terus pulang, jangan lama-lama disini. Ingat ya.. bibi bukan bermaksud mengusirmu tapi kasihan pada ibumu dirumah tidak ada yang menemani".
Tutur bibi Marlina kemudian.
"Siap bibiku yang paling pintar masak".
Ucap Halimah sambil tersenyum kemudian melangkah kan kaki ke halaman rumah bibinya yang terlihat asri dengan ditumbuhi berbagai macam pepohonan sehingga Halimah sangat betah berada dirumah bibinya tersebut sampai lupa Waktu.
Tidak lupa pula Halimah menyuapi Amzari dengan nasi dan sayur asem masakan sunda bibinya yang rasanya sangat lezat dilidah keduanya.
"Ehm.. enak sekali rasanya sayur asam ini. Apalagi kekasihku yang paling cantik yang menyuapinya".
Ucap Amzari sambil menikmati suapan dari kekasihnya tersebut.
"Iya,bibiku memang pandai memasak apapun dan pandai menyenangkan suaminya diranjang sampai anaknya saja sudah lima hahahah".
Ucap Halimah sambil tertawa terbahak-bahak.
Halimah sudah tidak memiliki rasa malu lagi ketika sedang berhadapan dengan Amzari karena mereka sudah bertahun tahun bersama sehingga tidak ada kecanggungan diantara mereka berdua.
Amzari pun membalas ucapan Halimah.
"Kamu bisa saja, kamu juga harus bisa menjadi wanita yang menyenangkan suamimu nantinya" .
"Ya pasti, bibi sudah mengajarkan banyak resep masakan padaku,cara membuat sambal yang enak, cara membuat sayur lodeh,ayam bakar,dan lain-lain. Nanti juga kalau aku sudah jadi istrimu aku tidak akan kalah jago masak dari Bibi Marlina ".
Ucap Halimah dengan penuh percaya diri.
"Sayangku ini, ternyata sudah berusaha keras ya".
Ucap Amzari sambil mencium kening Halimah.
"Hey hey hey.. halalin dulu dong,main cium -cium aja.. jangan sampai kebablasan ya kau Amzari".
Teriak bibi Marlina yang ternyata sedang mengintip dibalik jendela kamarnya.
"Insya Allah tahun ini kok bi".
Ucap Amzari dengan entengnya.
Halimah pun sontak terkejut mendengar perkataan dari Amzari karena sebelumnya Amzari tidak pernah membahas soal pernikahan terhadap dirinya.
Setiap kali Halimah meminta kejelasan dari hubungan ini Amzari selalu mangkir dengan dalih uangnya belum cukup untuk melakukan pesta pernikahan.
Sehingga Halimah sudah bosan untuk mempertanyakan hal tersebut.
Namun rasa nyaman yang ia dapatkan saat sedang berduaan dengan Amzari membuat nya Terus bertahan meskipun hubungan keduanya belum jelas arah dan tujuannya.
Karena itulah Halimah tidak terlalu senang saat Amzari mengucapkan kata tersebut kepada bibinya yang hanya dianggap nya sebagai kalimat penenang.
"Aku mau mencuci piring dulu membantu bibi didapur".
Ucap Halimah sambil mengangkat piring yang sudah tidak tersisa nasi sebutir pun.
"Iya sayangku cintaku".
Ucap Amzari sambil kembali mengisap rokoknya.
Halimah kemudian menuju dapur bibinya untuk membantu meringankan pekerjaan rumah tangganya karena sudah numpang makan dirumah bibinya tersebut.
"Lalu kapan Amzari akan segera melamar ku? Hanya bisa omong kosong saja. Bagaimana kalau nanti bibi Marlina bilang ke anggota keluarga yang lain kalau tahun ini aku dan Amzari akan menikah sementara nyatanya dia belum mempersiapkan apa-apa".
Gumam Halimah sambil menambahkan sabun ke spons cuci piring yang tengah dipegangnya.
"Loh kok malah ngelamun? Jangan ngelamun nanti juga ngalamin".
Ucapan bibi Marlina mengejutkan Halimah yang sedang bengong sambil mencuci piring tersebut.
"Nggak kok bi, aku sedang merasa kesal saja kepada Amzari yang hanya bisa berjanji untuk segera menukahiku tapi nyatanya dia selalu bilang kalau uangnya belum cukup untuk melamarku. Padahal tidak apa-apa jika pernikahan ku nanti diadakan dengan sederhana saja yang penting kan sah".
Ucap Halimah dengan sedih.
"Loh? Kenapa harus kesal? Itu tandanya kamu berharga, buktinya Amzari sampai delapan tahun masih saja bersama denganmu dan dia bilang kalau sedang mengumpulkan uang untuk pesta pernikahan kan? Tunggu saja.. nanti juga kalau kalian berjodoh kalian pasti akan menikah ".
Ucap bibi Marlina sambil menenangkan keponakan nya tersebut.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments