"Aduuuuhh.. bisakah kamu menunggu sebentar lagi .. perut ku rasanya sangat sakit seperti mau melahirkan".
Ucap Halimah sambil melangkah kan kakinya ke toilet.
"Argh.. memangnya kamu pernah melahirkan anak siapa? Anak ayam ?".
Ucap Henny sambil terus memandangi jam tangannya yang sudah menunjukkan waktu yang sudah hampir siang.
"Sabar lah Henny .. perutku sakit karena kemarin makan rujak yang bumbunya tidak jelas begitu".
Ucap Halimah dari dalam toilet.
"Sudahlah kamu tidak usah berbicara dari dalam sana. Pamali banyak jin kalau didalam toilet".
Ucap Henny.
"Lagian siapa suruh perut kosong malah memesan rujak sampai dua porsi segala. Jadi Mencret kan kamu,
Ada lagi saja alasan yang menunda surat undangan ini untuk disebar".
Ucap Henny kembali karena merasa sangat gemas dengan tingkah Halimah yang sembrono tersebut.
Tak berselang lama kemudian Halimah akhirnya keluar dari toilet sambil Terus memegangi perutnya yang terasa sakit serta mengeluhkan bagian anusnya yang terasa panas akibat memakan dua porsi rujak tumbuk yang sangat pedas dikala perut kosong pada siang hari kemarin.
"Henny, sepertinya kita harus menundanya lagi,tapi tenang,kita masih punya waktu sepuluh hari lagi sampai hari H kan?".
Ucap Halimah sambil tersenyum kepada sahabatnya itu walaupun sebenarnya ia sedang menahan rasa sakit pada bagian perut nya .
"Hemmm... Sudah kuduga akan begini jadinya".
Ucap Henny sambil menghela nafas nya.
Entah mengapa sudah dua kali setiap mereka berencana akan mengantarkan surat undangan,disaat itu pula selalu ada hal tidak terduga yang terjadi. Yang kemudian menyebabkan ditunda nya penyebaran surat undangan pernikahan tersebut.
Mitosnya jika sebelum menikah banyak kendala seperti itu maka pernikahan yang dilangsungkan nya tidak akan berjalan dengan baik.
Akan tetapi Halimah tidak pernah mempercayai mitos seperti itu dan hanya berserah diri kepada Tuhan semata .
Brooooott.....
Suara sedahsyat bom atom kembali terdengar hingga akhirnya Henny menutup kedua lubang hidung nya dengan tangan nya karena mencium aroma tidak sedap yang bersumber dari sahabat nya sendiri.
"Addduuuhh.. aku merasa sangat tersiksa karena ini".
Ucap Halimah sambil berlari kembali kedalam toilet.
Dengan cepat ibu Hannah segera membuat kan larutan oralit yang terdiri dari larutan gula dan garam untuk Halimah karena Halimah tidak pernah terbiasa untuk mengkonsumsi obat-obatan dari warung.
Setelah larutan oralit nya Selesai dibuat, ibu Hannah segera memberikan larutan oralit tersebut kepada Halimah yang wajahnya sudah terlihat agak pucat karena kekurangan banyak cairan akibat terus bulak balik untuk buang air.
"Memangnya apa yang dimakan Halimah sampai jadi begitu? Apakah dia memakan bakso dengan semangkuk sambal ?"
Tanya ibu Hannah pada Henny.
"Untuk kali ini tidak, bukan bakso lagi tapi rujak tumbuk dengan seribu cabai".
Ucap Henny sambil tertawa kecil .
"Kamu ini ya Halimah.. pernikahan mu sudah tinggal menghitung hari, mengapa kamu malah tidak bisa menjaga kondisi badanmu seperti ini. Pokoknya ibu tidak mau tahu, kamu harus menjaga pola makanmu supaya kamu terus sehat sampai hari pernikahan mu dan Amzari tiba".
Ucap Bu Hannah sambil mengambil gelas yang sudah kosong pada tangan Halimah.
"Iya bu maafkan aku, habisnya kemarin aku sangat merasa pusing kepala sehingga aku memakan rujak dengan extra cabe ,bukan nya malah membuat sakit kepala ku sembuh , yang ada malah membuatku bulak balik toilet seperti ini..".
Ucap Halimah dengan sangat menyesal.
"Ya sudah,lalu bagaimana dengan nasib surat undangan yang belum juga disebarkan? Apa mau menyuruh orang lain saja untuk mengantar kan nya?".
Tanya Bu Hannah pada Halimah.
"Aku ingin mengantarkan nya sendiri,kalau menyuruh orang lain seperti nya kurang sopan,aku hanya ingin mengantarkan surat undangan ini dan menyerahkan nya dengan tangan ku sendiri bu..".
Jawab Halimah dengan tegas.
"Baiklah kalau memang mau nya begitu , esok hari saja karena untuk sekarang tidak memungkinkan mengingat kamu yang terus saja bulak balik toilet".
Lanjut Bu Hannah.
Henny hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya karena tingkah sahabatnya yang tidak pernah berhati-hati sehingga membuat nya pusing sendiri.
"Baiklah hari ini kamu lanjutkan untuk menulis saja, untuk menamai surat undangan yang belum ditulis, ibu sudah menulis daftar nya di buku yang ada di atas meja sana, itu semua daftar saudara kita yang ada diluar kota".
Ucap Bu Hannah sambil menunjukkan buku yang berada diatas sebuah meja kecil yang terpajang di dekat kamarnya Bu Hannah.
"Baiklah, Henny kamu juga ikut membantu kan?".
Ucap Halimah.
"Yayaya.. Tulisan mu jelek, biar aku saja yang mencatat nya,kamu hanya tinggal memasukkan surat undangan nya kedalam plastik beningnya".
Ucap Henny sambil mengambil pulpen yang berada di kotaknya".
Halimah dan Henny pun melanjutkan untuk menulis tamu undangan ke surat undangan yang akan disebarkan.
Sementara itu Amzari belum juga menghubungi Halimah setelah fitting kebaya malam kemarin.
Halimah sebenarnya sangat ingin menegur Amzari,namun ia kemudian mencoba memakluminya karena mungkin Amzari tengah sibuk untuk mempersiapkan semuanya.
Namun ada sedikit perasaan yang mengganjal dihatinya Halimah akan tetapi Halimah tidak ingin mengatakan apa yang dirasakan nya kepada siapapun.
"Lim.. Halimah...?".
"Nyonya Amzari..."
"Halimaaaaah... Ada kecoa!!!".
Ucap Henny karena sedari tadi Halimah hanya bengong dan tidak menjawab ucapan nya.
"Apa ?? Mana kecoa??? Aku sangat merasa jijik pada kecoa arghhh..".
Ucap Halimah sambil melompat-lompat karena Henny mengatakan ada kecoa.
"Kecoa nya tidak ada,yang ada hanya calon pengantin yang terus saja melamun dari tadi. Mikirin apa sih ?".
Tanya Henny dengan penasaran.
"Ehmmmm.. Aku tidak apa-apa kok,".
Ucap Halimah dengan cepat sambil memasang senyum palsu diwajahnya.
"Halimah,kamu tidak usah berusaha menutupi apa yang kamu rasakan,aku sudah mengenali mu sejak kita masih kecil. Sepertinya dibalik senyuman mu ada yang kamu sembunyikan?".
Ucap Henny dengan tegas .
"Tidak Henny,aku hanya sedang lelah akibat bulak balik toilet terus ".
Halimah mengalihkan pembicaraan.
"Emmm.. baiklah kalau memang begitu . Aku harap kamu tidak sedang menutupi sesuatu dariku, janganlah sungkan untuk bercerita ".
Ucap Henny sambil memeluk Halimah.
Halimah pun membalas pelukan Henny .
Sementara dari balik pintu ibu Hannah terus saja memperhatikan putri bungsunya itu yang tidak lama lagi akan segera melepas masa lajangnya .
Sebenarnya ibu Hannah sedang merasa sedih karena teringat mendiang suaminya yang telah tiada sehingga tidak bisa menjadi wali nikah untuk Halimah.
Ditambah lagi ibu Hannah merasa sedih dan sakit karena sebelum meninggal mendiang ayahnya Halimah sempat berselingkuh dengan janda penjaga warung kopi yang berada di desa sebelah sehingga dengan mengingat nya membuat ibu Hannah merasa semakin sakit dan merasakan sesak di dadanya sehingga secara tidak sadar bulir bulir air mata yang bening mulai mengalir dimatanya .
"Semoga saja nanti rumah tanggamu selalu diliputi kebahagiaan nak, tidak seperti kakak perempuan mu yang selalu berganti-ganti suami sehingga hanya bisa membuat ibumu ini merasa sangat malu".
Gumam ibu Hannah.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments