Bab 20: Dua Kehidupan

Nathan menjalani dua kehidupan yang saling bertolak belakang. Di siang hari, dia adalah CEO karismatik, memimpin perusahaan dengan ketegasan dan visi yang tajam. Kantornya megah, penuh dengan profesionalisme dan kemewahan, dihormati oleh semua orang di sekitarnya.

Namun, saat malam tiba, Nathan berubah menjadi sosok lain. Dia adalah Bos dunia bawah yang dikenal berdarah dingin dan haus darah, mengendalikan jaringan kriminal dengan tangan besi.

Di balik setelan mahalnya, Nathan menyembunyikan wajah gelapnya yang penuh kekejaman dan strategi brutal. Tidak ada yang berani melawannya, karena mereka tahu, Nathan adalah ancaman yang tidak bisa diabaikan.

Malam itu, Nathan duduk di sebuah yang gelap, hanya diterangi oleh cahaya bulan yang masuk melalui jendela besar di belakangnya. Di depan meja, Max berdiri dengan tangan terlipat, menunggu perintah lebih lanjut.

Nathan menghela napas berat sebelum berbicara, "Max, bagaimana situasi terakhir?"

Max melangkah maju, wajahnya menunjukkan keseriusan. "Semua sudah sesuai rencana, Tuan. Mereka yang berani mengkhianati kita sudah dibereskan. Tidak ada yang tersisa."

Nathan mengangguk, tatapannya dingin dan datar. "Bagus. Aku tidak ingin ada lagi insiden seperti ini. Kebocoran informasi sekecil apapun bisa menghancurkan kita."

Max mengangguk paham.. "Saya mengerti, Tuan. Saya akan memastikan semuanya tetap terkendali."

Nathan berdiri, menatap Max dengan tatapan penuh arti. "Max, kau adalah satu-satunya orang yang selalu bisa kuandalkan. Jangan pernah mengecewakanku."

Max menegakkan tubuhnya, menunjukkan rasa hormat yang mendalam. "Saya tidak akan pernah mengecewakan Anda, Tuan."

Nathan menepuk bahu Max, sebuah gestur yang jarang ia lakukan. "Bagus. Sekarang, pastikan tidak ada yang mencurigai kegiatan kita malam ini. Kita harus tetap di atas."

Max mengangguk sekali lagi sebelum berbalik dan keluar dari ruangan. Nathan kembali duduk, merenungi jalan hidupnya yang penuh intrik dan kekerasan. Namun, dengan Max di sisinya, dia tahu bahwa apapun yang terjadi, dia selalu memiliki sekutu yang setia dan dapat diandalkan.

Nathan melihat jam yang menggantung di dinding ruangan. Hampir jam 11 malam, ia melangkah keluar meninggalkan ruangan.

***

Vivian duduk di ruang tamu dengan perasaan cemas yang tidak kunjung reda. Jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi belum ada tanda-tanda Nathan pulang. Berkali-kali dia mencoba menghubungi suaminya, namun ponselnya tidak aktif. Kecemasan menguasai hatinya, membuatnya gelisah tak karuan.

Saat hendak kembali ke kamarnya, Vivian mendengar suara pintu dibuka dari luar. Jantungnya berdegup kencang saat seorang pria dalam balutan pakaian serba hitam dengan perban di mata kanannya memasuki ruangan.

Vivian tersenyum lebar, rasa lega segera menggantikan kecemasannya. Dia berlari menghampiri Nathan dan langsung memeluknya erat, membuat Nathan sedikit terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Vivian.

Detik berikutnya, rasa terkejut itu tergantikan dengan senyum tipis. Nathan mengangkat kedua tangannya dan membalas pelukan Vivian. “Tidak perlu cemas lagi, aku sudah pulang,” bisik Nathan sambil mengecup kening Vivian. Senyumnya tipis, tapi hangat.

Mereka berdiri dalam pelukan itu, merasakan debaran aneh yang tak bisa dijelaskan. Perasaan yang begitu asing bagi mereka berdua, namun tidak bisa disangkal. Vivian menatap Nathan dengan mata berbinar, sementara Nathan hanya bisa tersenyum, merasakan sesuatu yang baru mulai tumbuh di hatinya.

"Kenapa belum tidur?" tanya Nathan, dia melonggarkan pelukannya.

"Aku menunggumu," jawab Vivian, suaranya lembut namun sarat dengan kecemasan yang tadi menguasai hatinya.

Nathan menghela napas panjang. "Seharusnya kau tidak perlu menungguku. Aku sudah pulang," ucapnya, nada suaranya lebih lembut dari biasanya. "Cepat pergi ke kamar dan segera tidur. Ada beberapa email yang harus aku periksa terlebih dulu."

Vivian mengangguk. "Baiklah, jangan terlalu lama bekerja, kau juga butuh istirahat," katanya sebelum berbalik menuju kamar.

Nathan menatap punggung Vivian yang menjauh, lalu menghela napas lagi. Saat pintu kamar tertutup, dia beranjak menuju ruang kerjanya, mencoba fokus pada pekerjaannya meski pikirannya masih tertinggal di momen hangat bersama istrinya.

.

.

Setengah jam kemudian, Nathan keluar dari ruang kerjanya. Matanya lelah, namun hatinya lega karena sebagian pekerjaan sudah terselesaikan. Dia menuju kamar untuk beristirahat, namun alisnya berkerut ketika mendapati tempat tidur kosong. Vivian tidak ada di sana.

Nathan menebak di mana istrinya berada. Dengan langkah pelan, dia menuju balkon. Di sana, di bawah langit malam bertabur bintang, Vivian berdiri menikmati angin malam yang sejuk.

Nathan mendekat, suaranya lembut saat memanggil, "Kenapa kau masih di sini?"

Vivian menoleh, tersenyum melihat suaminya. "Aku tidak bisa tidur. Angin malam ini menenangkan," jawabnya, tatapannya penuh arti.

Nathan berdiri di sampingnya, ikut menikmati pemandangan langit malam. "Memangnya apa yang membuatmu tidak bisa tidur? Apa yang sedang kau pikirkan," tanya Nathan dengan nada tenang.

Vivian menatap Nathan, "Banyak sekali, tapi aku tidak bisa menyebutkannya satu persatu karena itu terlalu panjang." ucapnya.

Nathan terdiam. "Vivian, apa kau tau? Sejak hari itu, kau sudah menjadi bagian dari hidupku. Kehadiranmu memberiku harapan baru, harapan yang awalnya aku kira tidak pernah ada," katanya sambil mengangkat tangannya untuk menyentuh pipi Vivian.

Vivian tersenyum, matanya berbinar. "Kau juga sama, Nathan. Awalnya aku memang merasa tertekan dengan apa yang kau lakukan, tapi seiring berjalannya waktu aku baru menyadari jika kau tidaklah seburuk yang aku pikirkan,"

Nathan mendekatkan wajahnya, tatapan matanya lembut ketika menatap mata Hazel Vivian. Nathan menarik tengkuk Viona lalu mencium bibirnya.

Di bawah langit yang bertabur bintang. Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang lembut namun penuh dengan perasaan yang selama ini terpendam. Angin malam mengelilingi mereka, seakan menjadi saksi bisu dari momen hangat di antara mereka.

Ciuman itu baru berakhir ketika Nathan merasakan pukulan kecil pada dadanya. "Kau masih saja payah, hm." ucapnya sambil menghapus sisa liur dibibir Vivian.

"Itu karena aku tidak berpengalaman. Apa kau tau kau adalah orang pertama yang mencium bibirku, jadi berhenti mengejekku mulai sekarang. Aku lelah, ayo masuk ke dalam." Ucap Vivian lalu mengajak Nathan kembali ke kamar dan mereka pun tidur bersama.

***

Bersambung

Terpopuler

Comments

Ruk Mini

Ruk Mini

sama nenk.s babank jg cm pake naluri 😄😄😄

2024-09-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2 Bab 2: Demi Kehormatanmu
3 Bab 3: Temani Aku Makan
4 Bab 4: Rasa Yang Aneh
5 Bab 5: Kambuh Lagi
6 Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7 Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8 Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9 Bab 9: Semakin Dekat
10 Bab 10: Ingat Batasanmu
11 Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12 Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13 Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14 Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15 Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16 Bab 16: Melindungi Sammy
17 Bab 17: BOCAH SETAN!!
18 Bab 18: Janji Nathan
19 Bab 19: Rasa Penasaran
20 Bab 20: Dua Kehidupan
21 Bab 21: Kau Memang Istimewa
22 Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23 Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24 Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25 Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26 Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27 Bab 27: Hari Pertama Kerja
28 Bab 28: Kembang Api
29 Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30 Bab 30: Insiden
31 Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32 Bab 32: Surat Ancaman
33 Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34 Bab 34: Perkelahian Sengit
35 Bab 35: Peringatan Nathan
36 Bab 36: Nathan Cemburu
37 Bab 37: Vivian Di Culikk
38 Bab 38: Kebrutalan Nathan
39 Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40 Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41 Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42 Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43 Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44 Bab 44: Gangguan Kecil
45 Bab 45: Kebrutalan Nathan
46 Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47 Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48 Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49 Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50 Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51 Bab 51: Bocah Setan!!
52 Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53 Bab 53: Peringatan Vivian
54 Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55 Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56 Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57 Bab 57: Kambuh Lagi
58 Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59 Bab 59: Pantai Yang Indah
60 Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61 Bab 61: Rencana Pembunuhan
62 Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63 Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64 Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65 Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66 Bab 66: Pertemuan Besar
67 Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68 Bab 68: Kecelakaan Kecil
69 Bab 69: Maafkan Aku
70 Bab 70: Saling Merindukan
71 Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72 Bab 72: Misi Terakhir
73 Bab 73: Kembali Untukmu
74 Bab 74: Vivian Hamil
75 KEPOIN YUK
76 Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77 Bab 76: Kejahilan Vivian
78 Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79 Bab 78: Merindukan Papa
80 Bab 79: Melihat Kembang Api
81 Bab 80: Insiden Menakutkan
82 Bab 81: Sekali Saja
83 Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84 Bab 83: Tidak Mudah
85 Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86 Bab 85: Amarah Nathan
87 Bab 86: Penuh Kedamaian
88 Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89 Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90 Bab 89: Kepanikan Vivian
91 Bab 90: Si Kembar Berulah
92 Bab 91: Doris Diusir
93 Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94 Bab 93: Keguguran
95 Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96 Bab 95: Membuat Perhitungan
97 Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98 Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99 Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100 Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101 Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102 Bab 101: Dasar Kau Ini
103 Bab 102: Akhir Yang Bahagia
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2
Bab 2: Demi Kehormatanmu
3
Bab 3: Temani Aku Makan
4
Bab 4: Rasa Yang Aneh
5
Bab 5: Kambuh Lagi
6
Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7
Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8
Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9
Bab 9: Semakin Dekat
10
Bab 10: Ingat Batasanmu
11
Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12
Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13
Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14
Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15
Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16
Bab 16: Melindungi Sammy
17
Bab 17: BOCAH SETAN!!
18
Bab 18: Janji Nathan
19
Bab 19: Rasa Penasaran
20
Bab 20: Dua Kehidupan
21
Bab 21: Kau Memang Istimewa
22
Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23
Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24
Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25
Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26
Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27
Bab 27: Hari Pertama Kerja
28
Bab 28: Kembang Api
29
Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30
Bab 30: Insiden
31
Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32
Bab 32: Surat Ancaman
33
Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34
Bab 34: Perkelahian Sengit
35
Bab 35: Peringatan Nathan
36
Bab 36: Nathan Cemburu
37
Bab 37: Vivian Di Culikk
38
Bab 38: Kebrutalan Nathan
39
Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40
Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41
Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42
Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43
Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44
Bab 44: Gangguan Kecil
45
Bab 45: Kebrutalan Nathan
46
Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47
Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48
Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49
Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50
Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51
Bab 51: Bocah Setan!!
52
Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53
Bab 53: Peringatan Vivian
54
Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55
Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56
Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57
Bab 57: Kambuh Lagi
58
Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59
Bab 59: Pantai Yang Indah
60
Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61
Bab 61: Rencana Pembunuhan
62
Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63
Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64
Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65
Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66
Bab 66: Pertemuan Besar
67
Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68
Bab 68: Kecelakaan Kecil
69
Bab 69: Maafkan Aku
70
Bab 70: Saling Merindukan
71
Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72
Bab 72: Misi Terakhir
73
Bab 73: Kembali Untukmu
74
Bab 74: Vivian Hamil
75
KEPOIN YUK
76
Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77
Bab 76: Kejahilan Vivian
78
Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79
Bab 78: Merindukan Papa
80
Bab 79: Melihat Kembang Api
81
Bab 80: Insiden Menakutkan
82
Bab 81: Sekali Saja
83
Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84
Bab 83: Tidak Mudah
85
Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86
Bab 85: Amarah Nathan
87
Bab 86: Penuh Kedamaian
88
Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89
Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90
Bab 89: Kepanikan Vivian
91
Bab 90: Si Kembar Berulah
92
Bab 91: Doris Diusir
93
Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94
Bab 93: Keguguran
95
Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96
Bab 95: Membuat Perhitungan
97
Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98
Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99
Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100
Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101
Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102
Bab 101: Dasar Kau Ini
103
Bab 102: Akhir Yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!