Bab 11: Kepergian Ayah Vivian

Ruangan rumah sakit yang semula tenang tiba-tiba berubah menjadi kacau. Suara alarm darurat berbunyi nyaring dari kamar ayah Vivian. Para dokter dan perawat bergegas berlarian menuju ruangan itu, wajah mereka dipenuhi kepanikan dan keseriusan.

Vivian yang sedang duduk dengan Nathan di ruang tunggu merasakan firasat buruk. "Nathan, ada apa ini?" tanyanya dengan suara gemetar.

Nathan segera berdiri. "Tetap di sini, aku akan melihat apa yang terjadi," katanya singkat sebelum bergegas menuju kamar Tuan Arya.

Vivian tidak bisa menahan diri, dia mengikuti di belakang Nathan. Begitu sampai di depan kamar ayahnya, dia melihat para dokter dan perawat sibuk berusaha menyelamatkan Tuan Arya yang tiba-tiba mengalami henti jantung. Suara monitor jantung yang monoton membuat suasana semakin mencekam.

"Dokter, bagaimana kondisinya?" tanya Nathan dengan nada dingin namun tegas.

Dokter itu menoleh, wajahnya muram. Dengan lemah dia menggelengkan kepala. "Kami sedang berusaha, tapi kondisinya sangat kritis," jawabnya sambil terus melakukan resusitasi.

Vivian menggeleng kuat, air mata mulai mengalir di pipinya. "Tolong, selamatkan ayahku," ucapnya terisak.

Nathan menatapnya dengan iba, tidak berkata apa-apa, hanya menggenggam tangan Vivian lebih erat, mencoba memberikan kekuatan tanpa kata-kata. Mereka hanya bisa menyaksikan dengan cemas.

Setelah beberapa menit yang terasa seperti selamanya, suara monitor jantung tiba-tiba berubah menjadi garis lurus. Para dokter dan perawat menghentikan upaya mereka, wajah mereka penuh kesedihan dan kelelahan.

Dokter Wang menatap Nathan dan Vivian bergantian, dengan berat hati dia kemudian berkata. "Maaf, kami sudah berusaha sebaik mungkin. Tapi Tuan Arya tidak bisa diselamatkan."

Vivian merasa dunianya runtuh. Tubuhnya bergetar hebat, dan sebelum dia bisa berkata apa-apa, pandangannya menjadi gelap. Dia jatuh pingsan tepat di pelukan Nathan, yang dengan sigap menangkapnya sebelum dia menyentuh lantai.

Nathan memeluk Vivian erat, wajahnya tetap dingin namun matanya menunjukkan kepedihan yang mendalam. "Bawa dia ke ruang perawatan," perintahnya tegas. "Aku akan mengurus semuanya di sini."

Para perawat segera membantu membawa Vivian yang pingsan ke ruang inap. Nathan tetap di sana, menatap tubuh Tuan Arya yang kini terbaring tanpa nyawa. Dalam keheningan itu, Nathan merasakan beban tanggung jawab yang lebih besar untuk menjaga Vivian dan Sammy.

***

Langit mendung di senja yang kelabu menambah kesedihan suasana di pemakaman Tuan Arya. Air mata langit turun perlahan, seakan ikut berduka atas kepergian sosok yang dicintai oleh keluarganya.

Vivian, dengan mata bengkak dan wajah yang dipenuhi air mata, tidak bisa melepaskan pelukan dari nisan ayahnya. Isak tangisnya yang tak henti-hentinya memecah keheningan di antara tetesan hujan.

Nathan berdiri di belakang Vivian, memegang sebuah payung hitam besar yang melindungi mereka dari hujan. Wajahnya tetap dingin, namun ada kilatan kepedihan yang tak bisa disembunyikan di balik mata kirinya. Payung hitam itu seakan menjadi penanda duka yang mendalam, membayangi mereka dengan kepedihan.

"Papa, kenapa harus pergi secepat ini?" isak Vivian, suaranya bergetar di tengah hujan yang terus mengguyur dengan lebatnya. "Aku belum siap... kami belum siap..."

Nathan mendekatkan diri, mencoba memberikan ketenangan dengan kehadirannya. "Vivian, kau harus kuat. Ini adalah kenyataan yang harus kita terima," katanya dengan suara datar, meskipun hatinya ikut merasakan kesedihan yang dalam.

Di sisi lain, Sammy berada dalam dekapan Max, dia mencoba menenangkan pemuda itu yang tampak hancur. "Sammy, semua akan baik-baik saja," bisik Max lembut, mengusap punggung Sammy yang terisak. "Kita harus percaya bahwa Papamu sekarang sudah bahagia di sana, bersama Mamamu."

Sammy mengangguk pelan, air mata masih mengalir di pipinya. "Aku hanya takut, Ge... takut kalau kami akan sendirian sekarang," ujarnya dengan suara kecil.

Max mempererat pelukannya. "Kau tidak sendirian, Sammy. Kau masih punya Vivian, dan kami semua di sini untukmu," ucap Max penuh kehangatan, berusaha memberikan sedikit ketenangan di tengah duka yang mendalam.

Suara hujan yang terus turun, bersama dengan tangisan dan pelukan, menjadi saksi bisu dari perpisahan yang begitu menyakitkan. Nisan Tuan Arya berdiri tegak, menjadi penanda kepergian yang tidak akan pernah kembali.

***

Mereka tiba di kediaman Xi, sebuah rumah besar dengan arsitektur modern yang megah. Max membuka pintu mobil dan membantu Sammy keluar. Wajah Sammy masih diliputi duka, matanya sembab dan penuh kesedihan, tidak terpengaruh sedikit pun dengan kemewahan yang ada di sekelilingnya.

Nathan menatap Sammy dengan tatapan datarnya yang khas. "Mulai sekarang, kau akan tinggal disini bersamaku dan Vivian," ujarnya datar, tanpa basa-basi.

Sammy hanya mengangguk pelan, masih tenggelam dalam kesedihan. Langkahnya berat saat memasuki rumah besar itu, tidak mempedulikan lantai marmer yang berkilau atau chandelier yang mewah di langit-langit. Kesedihan mendalam membuat semua kemewahan terasa hampa.

Vivian menghampiri Sammy, matanya juga masih merah dan bengkak. Dia mendekati adiknya, mencoba tersenyum meskipun hatinya masih hancur. "Sammy tidak ada gunanya kau menangisi sepertiga, Papa, karena dia tidak akan kembali. Kita harus merelakannya pergi," katanya lembut sambil memeluk adiknya dengan erat.

Sammy menatap Vivian, mencoba menemukan sedikit ketenangan dalam pelukan kakaknya. "Aku hanya... aku hanya ingin semuanya seperti dulu, aku ingin Papa kembali pada kita, Jie," bisiknya lirih, air mata kembali mengalir di pipinya.

Nathan mendekat, memandang keduanya dengan tatapan yang sulit ditebak. "Kita tidak bisa mengubah masa lalu, Sammy. Tapi kita bisa melewati ini bersama," katanya dengan nada dingin namun tegas. "Kau aman di sini. Aku akan memastikan itu."

Vivian mengangguk, mencoba menenangkan adiknya. "Kita harus tetap kuat, Sammy. Papa ingin kita bahagia dan dia pasti sedih jika melihat kita seperti ini. Papa, tidak ingin kepergiannya kita tangisi seperti ini. Kita harus melanjutkan hidup kita," ujarnya, meskipun kata-katanya terasa berat diucapkan.

Sammy mengusap air matanya, mencoba menguatkan diri. "Baik, Jie. Aku akan mencoba," katanya pelan.

"Nah, begini hari benar. Kau terlihat sangat jelek jika menangis. Untuk itu tersenyumlah dan anggap saja tidak terjadi apa-apa, dan Papa sedang pergi ke luar negeri untuk berlibur. Dengan begitu kau akan merasa lebih baik," Ujar Vivian panjang lebar.

Nathan mengangguk singkat, dia merasa sedikit lega melihat Sammy dan Vivian berusaha bangkit. "Yang Vivian katakan benar. Sebaiknya sekarang kau istirahatlah dulu. Kau butuh banyak waktu untuk pulih. Kau juga, Vi, sebaiknya pergi ke kamar dan istirahat," ujarnya, kemudian berjalan menuju ruang kerja, meninggalkan mereka dengan perasaan campur aduk.

Di dalam rumah yang megah itu, mereka berusaha menemukan kekuatan untuk melanjutkan hidup. Meski rasa kehilangan begitu mendalam, mereka tahu bahwa bersama-sama, mereka bisa menghadapi apa pun yang datang di hadapan mereka.

***

Bersambung

Terpopuler

Comments

Musringah

Musringah

lanjut thor

2024-06-27

2

sella surya amanda

sella surya amanda

lanjut

2024-06-27

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2 Bab 2: Demi Kehormatanmu
3 Bab 3: Temani Aku Makan
4 Bab 4: Rasa Yang Aneh
5 Bab 5: Kambuh Lagi
6 Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7 Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8 Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9 Bab 9: Semakin Dekat
10 Bab 10: Ingat Batasanmu
11 Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12 Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13 Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14 Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15 Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16 Bab 16: Melindungi Sammy
17 Bab 17: BOCAH SETAN!!
18 Bab 18: Janji Nathan
19 Bab 19: Rasa Penasaran
20 Bab 20: Dua Kehidupan
21 Bab 21: Kau Memang Istimewa
22 Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23 Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24 Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25 Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26 Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27 Bab 27: Hari Pertama Kerja
28 Bab 28: Kembang Api
29 Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30 Bab 30: Insiden
31 Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32 Bab 32: Surat Ancaman
33 Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34 Bab 34: Perkelahian Sengit
35 Bab 35: Peringatan Nathan
36 Bab 36: Nathan Cemburu
37 Bab 37: Vivian Di Culikk
38 Bab 38: Kebrutalan Nathan
39 Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40 Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41 Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42 Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43 Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44 Bab 44: Gangguan Kecil
45 Bab 45: Kebrutalan Nathan
46 Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47 Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48 Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49 Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50 Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51 Bab 51: Bocah Setan!!
52 Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53 Bab 53: Peringatan Vivian
54 Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55 Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56 Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57 Bab 57: Kambuh Lagi
58 Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59 Bab 59: Pantai Yang Indah
60 Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61 Bab 61: Rencana Pembunuhan
62 Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63 Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64 Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65 Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66 Bab 66: Pertemuan Besar
67 Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68 Bab 68: Kecelakaan Kecil
69 Bab 69: Maafkan Aku
70 Bab 70: Saling Merindukan
71 Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72 Bab 72: Misi Terakhir
73 Bab 73: Kembali Untukmu
74 Bab 74: Vivian Hamil
75 KEPOIN YUK
76 Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77 Bab 76: Kejahilan Vivian
78 Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79 Bab 78: Merindukan Papa
80 Bab 79: Melihat Kembang Api
81 Bab 80: Insiden Menakutkan
82 Bab 81: Sekali Saja
83 Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84 Bab 83: Tidak Mudah
85 Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86 Bab 85: Amarah Nathan
87 Bab 86: Penuh Kedamaian
88 Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89 Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90 Bab 89: Kepanikan Vivian
91 Bab 90: Si Kembar Berulah
92 Bab 91: Doris Diusir
93 Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94 Bab 93: Keguguran
95 Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96 Bab 95: Membuat Perhitungan
97 Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98 Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99 Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100 Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101 Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102 Bab 101: Dasar Kau Ini
103 Bab 102: Akhir Yang Bahagia
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2
Bab 2: Demi Kehormatanmu
3
Bab 3: Temani Aku Makan
4
Bab 4: Rasa Yang Aneh
5
Bab 5: Kambuh Lagi
6
Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7
Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8
Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9
Bab 9: Semakin Dekat
10
Bab 10: Ingat Batasanmu
11
Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12
Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13
Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14
Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15
Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16
Bab 16: Melindungi Sammy
17
Bab 17: BOCAH SETAN!!
18
Bab 18: Janji Nathan
19
Bab 19: Rasa Penasaran
20
Bab 20: Dua Kehidupan
21
Bab 21: Kau Memang Istimewa
22
Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23
Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24
Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25
Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26
Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27
Bab 27: Hari Pertama Kerja
28
Bab 28: Kembang Api
29
Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30
Bab 30: Insiden
31
Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32
Bab 32: Surat Ancaman
33
Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34
Bab 34: Perkelahian Sengit
35
Bab 35: Peringatan Nathan
36
Bab 36: Nathan Cemburu
37
Bab 37: Vivian Di Culikk
38
Bab 38: Kebrutalan Nathan
39
Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40
Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41
Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42
Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43
Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44
Bab 44: Gangguan Kecil
45
Bab 45: Kebrutalan Nathan
46
Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47
Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48
Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49
Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50
Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51
Bab 51: Bocah Setan!!
52
Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53
Bab 53: Peringatan Vivian
54
Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55
Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56
Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57
Bab 57: Kambuh Lagi
58
Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59
Bab 59: Pantai Yang Indah
60
Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61
Bab 61: Rencana Pembunuhan
62
Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63
Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64
Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65
Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66
Bab 66: Pertemuan Besar
67
Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68
Bab 68: Kecelakaan Kecil
69
Bab 69: Maafkan Aku
70
Bab 70: Saling Merindukan
71
Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72
Bab 72: Misi Terakhir
73
Bab 73: Kembali Untukmu
74
Bab 74: Vivian Hamil
75
KEPOIN YUK
76
Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77
Bab 76: Kejahilan Vivian
78
Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79
Bab 78: Merindukan Papa
80
Bab 79: Melihat Kembang Api
81
Bab 80: Insiden Menakutkan
82
Bab 81: Sekali Saja
83
Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84
Bab 83: Tidak Mudah
85
Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86
Bab 85: Amarah Nathan
87
Bab 86: Penuh Kedamaian
88
Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89
Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90
Bab 89: Kepanikan Vivian
91
Bab 90: Si Kembar Berulah
92
Bab 91: Doris Diusir
93
Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94
Bab 93: Keguguran
95
Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96
Bab 95: Membuat Perhitungan
97
Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98
Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99
Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100
Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101
Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102
Bab 101: Dasar Kau Ini
103
Bab 102: Akhir Yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!