Bab 12: Perasaan Tak Biasa

Nathan memandang Vivian yang sejak tadi berdiri termenung di depan jendela kamar mereka. Cahaya senja yang redup membingkai siluetnya, menciptakan bayangan kesedihan di sepasang bola mata hazel yang penuh luka.

Dia bisa merasakan kesedihan dan rasa pedih kehilangan yang dirasakan Vivian, sebuah emosi yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Meskipun Vivian berusaha terlihat tegar di depan Sammy, Nathan tahu betapa rapuh dirinya saat ini. Setiap tarikan napasnya seperti membawa beban yang begitu berat.

Dengan langkah berat, Nathan menghampiri Vivian lalu membawanya ke dalam pelukannya. "Jika kau ingin menangis, menangislah dan jangan ditahan lagi."

Vivian tidak menjawab, perlahan air mata mengalir dari pelupuk matanya, membasahi wajah cantiknya. Pertahanannya akhirnya runtuh, di dalam pelukan Nathan, tangis Vivian pun tumpah.

"Kenapa? Kenapa Papa harus meninggalkanku secepat ini? Padahal dia sudah berjanji akan selalu menemani kami berdua. Tapi kenapa dia pergi dengan cepat? Kenapa?" ucap Vivian dengan suara yang pecah oleh tangis.

Nathan menutup mata kirinya yang memanas, mendongakkan wajahnya, mencoba menghalau air mata yang nyaris menetes.

"Aku tahu ini berat, tapi kau harus kuat. Sammy butuh kau, Vivian. Kau tidak sendirian."

Vivian semakin terisak dalam pelukan Nathan. "Aku tidak tahu bagaimana harus menghadapi semua ini tanpa, Papa. Rasanya aku seperti kehilangan segalanya."

Nathan mempererat pelukannya. "Semua akan baik-baik saja. Aku di sini untukmu dan Sammy. Kau masih memiliki diriku,"

Vivian menggenggam erat kemeja Nathan, mencari kekuatan dalam kata-katanya. "Nathan, aku takut. Takut tidak bisa menjadi cukup kuat."

Nathan menatap langsung ke mata Vivian yang basah oleh air mata. "Kau lebih kuat dari yang kau kira. Dan aku akan selalu ada di sampingmu, Vivian."

Nathan menatap Vivian dengan tatapan yang dalam, lalu perlahan mendekatkan wajahnya. Dengan lembut, dia mencium singkat bibirnya, sebelum kembali membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Vivian terkejut, namun tak menolak, hanya membiarkan dirinya tenggelam dalam kenyamanan yang diberikan oleh Nathan.

Nathan berbisik lirih di telinga Vivian, suaranya penuh keyakinan. "Akan muncul cahaya setelah badai berlalu."

Vivian menggenggam erat pakaian Nathan, air matanya masih mengalir. "Bagaimana kau bisa begitu yakin?" tanya Vivian dengan suara parau, mencoba mencari kepastian di tengah kegelisahannya.

Nathan mengeratkan pelukannya, menatap lurus ke depan seolah bisa melihat masa depan yang lebih cerah. "Karena aku pernah berada di tempatmu, merasa hilang arah dan tak berdaya. Tapi aku belajar bahwa hidup selalu memberikan kesempatan baru, asal kita mau bertahan."

Vivian terdiam, mencerna kata-kata Nathan. Di dalam pelukannya, ia merasa seolah bisa menghadapi apa pun yang datang. "Terima kasih... untuk semuanya," ujarnya dengan suara pelan.

Nathan mengangguk sedikit, lalu mengusap punggung Vivian dengan lembut. "Kau tidak sendiri. Ingat itu." Dalam keheningan yang penuh makna, mereka berdua berdiri di sana, merasakan kehangatan yang perlahan-lahan menggantikan dinginnya duka.

Namun, hal tak terduga tiba-tiba terjadi. Penyakit aneh yang diidap oleh Nathan mendadak kambuh. Dia merasakan sekujur tubuhnya melemah, keringat dingin bercucuran, dan napasnya tersengal-sengal tak beraturan. Jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. ASI, dia membutuhkan itu sekarang. Kondisi ini membuat Vivian terkejut dan panik.

"Nathan!!" serunya sambil menahan tubuh Nathan yang hampir roboh.

Nathan berusaha tetap berdiri, tetapi tubuhnya tidak mampu lagi. "Sial, kenapa harus kambuh di saat seperti ini," umpat Nathan dalam hati.

Dia tidak mungkin langsung menyergap Vivian untuk mendapatkan ASII-nya. Vivian sedang dilanda duka, jadi tidak mungkin Nathan melakukannya. Dia mencoba melawan penyakitnya, berusaha membuat dirinya lebih baik. Namun, tanpa ASII, dia benar-benar tidak berdaya.

Vivian memandang Nathan dengan cemas. "Nathan, apa yang terjadi? Apa kau baik-baik saja?" tanyanya panik.

Nathan tidak bisa menjawab, hanya suara napas berat yang terdengar dari bibirnya. Tubuhnya semakin lemas, dan ia tahu waktunya semakin sempit.

Diluar dugaan, tiba-tiba Vivian memegang wajah Nathan lalu mencium bibirnya. Jarak di antara mereka terkikis sempurna. Entah setan apa yang merasuki Vivian saat ini, sampai-sampai dia berinisiatif sendiri untuk melakukannya. Biasanya dia sangat ketakutan ketika Nathan tiba-tiba menyerangnya.

Nathan terkejut sejenak, tetapi kemudian merasakan sesuatu yang aneh mengalir dalam tubuhnya. Sentuhan bibir Vivian membawa kehangatan yang sangat ia butuhkan. Perlahan, dia merasakan sedikit tenaganya kembali, cukup untuk bertahan.

Vivian melepaskan ciumannya, matanya penuh kebingungan dan kecemasan. "Nathan, apakah itu membantu?" tanyanya dengan suara yang hampir putus asa.

Nathan menarik napas panjang, merasa sedikit lebih baik. "Ya, itu membantu. Kau... tidak perlu khawatir," katanya, meskipun suaranya masih lemah. "Tapi aku butuh lebih dari ini."

Vivian menatap Nathan dalam-dalam, dia memahami makna di balik kata-kata itu. "Kau membutuhkannya?"

Nathan menggenggam tangan Vivian, dan mengangguk pelan. "Ya. Aku butuh ASI-mu. Karena hanya itu yang bisa membuatku benar-benar pulih," ucapnya dengan nada yang serius namun lembut.

Vivian terdiam sejenak, terkejut mendengar permintaan itu. Namun, melihat keadaan Nathan yang begitu lemah, ia tahu tidak ada pilihan lain. Selain itu, Nathan juga sudah melakukan banyak hal untuknya.

"Kalau begitu, lakukan. Kau bisa mengambilnya sebanyak yang kau butuhkan. Aku... akan memberikannya dengan sukarela," jawabnya akhirnya, meskipun hatinya masih diliputi keraguan.

Nathan terkejut mendengar ucapan Vivian. Mata kirinya sedikit membulat. Tanpa ragu, Nathan segera membuka blus berenda yang dipakai oleh Vivian dan mulai mengambil apa yang dia butuhkan.

Tangan Vivian terkepal kuat, dia mulai merasakan perasaan yang tidak biasa. Dessahan lembut keluar dari bibirnya. Tanpa diduga, sesuatu yang hangat mengalir dari Miss-nya. Mungkinkah dia terangssang oleh apa yang Nathan lakukan?

Vivian menggigit bibirnya, mencoba menahan diri agar tidak terlalu keras mengeluarkan suara. "Nathan... cepatlah," bisiknya, merasa malu dan terkejut oleh reaksi tubuhnya.

Nathan tidak menjawab, fokus pada apa yang ia lakukan. Dia tahu betapa pentingnya ini untuk dirinya, tetapi juga menyadari bahwa dia harus melakukannya dengan cepat dan efisien. Tangan Vivian bergetar saat dia merasakan Nathan mengambil ASII darinya. Perasaan campur aduk antara malu, takut, dan... entah apa lagi yang merasuki pikirannya.

"Vivian, aku hampir selesai. Bertahanlah sedikit lagi," ucap Nathan dengan suara yang lebih stabil, meskipun napasnya masih berat.

Vivian hanya mengangguk, matanya terpejam rapat. Dia mencoba mengalihkan pikirannya dari sensasi yang dirasakannya. "Nathan, aku harap ini bisa membuatmu lebih baik," katanya dengan suara gemetar.

Setelah beberapa menit, Nathan merasa kestabilan tubuhnya mulai kembali. Dia berhenti dan melepaskan diri dari Vivian, menatapnya dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Nathan mendekap wajah Vivian lalu mencium bibirnya dengan lembut, dengan lirih dia berbisik, "Terimakasih..."

***

Bersambung

Terpopuler

Comments

Elly Rasmanawati

Elly Rasmanawati

wkwkwk...mantap sambil menyelam mimi cucu...

2024-11-25

0

Ruk Mini

Ruk Mini

kocak thorr ko ad ye sakit ky gitu..nano2 rasay😇😇😇

2024-09-19

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2 Bab 2: Demi Kehormatanmu
3 Bab 3: Temani Aku Makan
4 Bab 4: Rasa Yang Aneh
5 Bab 5: Kambuh Lagi
6 Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7 Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8 Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9 Bab 9: Semakin Dekat
10 Bab 10: Ingat Batasanmu
11 Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12 Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13 Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14 Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15 Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16 Bab 16: Melindungi Sammy
17 Bab 17: BOCAH SETAN!!
18 Bab 18: Janji Nathan
19 Bab 19: Rasa Penasaran
20 Bab 20: Dua Kehidupan
21 Bab 21: Kau Memang Istimewa
22 Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23 Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24 Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25 Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26 Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27 Bab 27: Hari Pertama Kerja
28 Bab 28: Kembang Api
29 Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30 Bab 30: Insiden
31 Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32 Bab 32: Surat Ancaman
33 Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34 Bab 34: Perkelahian Sengit
35 Bab 35: Peringatan Nathan
36 Bab 36: Nathan Cemburu
37 Bab 37: Vivian Di Culikk
38 Bab 38: Kebrutalan Nathan
39 Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40 Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41 Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42 Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43 Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44 Bab 44: Gangguan Kecil
45 Bab 45: Kebrutalan Nathan
46 Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47 Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48 Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49 Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50 Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51 Bab 51: Bocah Setan!!
52 Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53 Bab 53: Peringatan Vivian
54 Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55 Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56 Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57 Bab 57: Kambuh Lagi
58 Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59 Bab 59: Pantai Yang Indah
60 Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61 Bab 61: Rencana Pembunuhan
62 Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63 Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64 Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65 Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66 Bab 66: Pertemuan Besar
67 Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68 Bab 68: Kecelakaan Kecil
69 Bab 69: Maafkan Aku
70 Bab 70: Saling Merindukan
71 Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72 Bab 72: Misi Terakhir
73 Bab 73: Kembali Untukmu
74 Bab 74: Vivian Hamil
75 KEPOIN YUK
76 Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77 Bab 76: Kejahilan Vivian
78 Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79 Bab 78: Merindukan Papa
80 Bab 79: Melihat Kembang Api
81 Bab 80: Insiden Menakutkan
82 Bab 81: Sekali Saja
83 Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84 Bab 83: Tidak Mudah
85 Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86 Bab 85: Amarah Nathan
87 Bab 86: Penuh Kedamaian
88 Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89 Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90 Bab 89: Kepanikan Vivian
91 Bab 90: Si Kembar Berulah
92 Bab 91: Doris Diusir
93 Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94 Bab 93: Keguguran
95 Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96 Bab 95: Membuat Perhitungan
97 Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98 Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99 Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100 Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101 Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102 Bab 101: Dasar Kau Ini
103 Bab 102: Akhir Yang Bahagia
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2
Bab 2: Demi Kehormatanmu
3
Bab 3: Temani Aku Makan
4
Bab 4: Rasa Yang Aneh
5
Bab 5: Kambuh Lagi
6
Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7
Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8
Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9
Bab 9: Semakin Dekat
10
Bab 10: Ingat Batasanmu
11
Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12
Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13
Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14
Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15
Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16
Bab 16: Melindungi Sammy
17
Bab 17: BOCAH SETAN!!
18
Bab 18: Janji Nathan
19
Bab 19: Rasa Penasaran
20
Bab 20: Dua Kehidupan
21
Bab 21: Kau Memang Istimewa
22
Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23
Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24
Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25
Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26
Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27
Bab 27: Hari Pertama Kerja
28
Bab 28: Kembang Api
29
Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30
Bab 30: Insiden
31
Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32
Bab 32: Surat Ancaman
33
Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34
Bab 34: Perkelahian Sengit
35
Bab 35: Peringatan Nathan
36
Bab 36: Nathan Cemburu
37
Bab 37: Vivian Di Culikk
38
Bab 38: Kebrutalan Nathan
39
Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40
Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41
Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42
Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43
Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44
Bab 44: Gangguan Kecil
45
Bab 45: Kebrutalan Nathan
46
Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47
Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48
Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49
Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50
Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51
Bab 51: Bocah Setan!!
52
Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53
Bab 53: Peringatan Vivian
54
Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55
Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56
Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57
Bab 57: Kambuh Lagi
58
Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59
Bab 59: Pantai Yang Indah
60
Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61
Bab 61: Rencana Pembunuhan
62
Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63
Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64
Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65
Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66
Bab 66: Pertemuan Besar
67
Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68
Bab 68: Kecelakaan Kecil
69
Bab 69: Maafkan Aku
70
Bab 70: Saling Merindukan
71
Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72
Bab 72: Misi Terakhir
73
Bab 73: Kembali Untukmu
74
Bab 74: Vivian Hamil
75
KEPOIN YUK
76
Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77
Bab 76: Kejahilan Vivian
78
Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79
Bab 78: Merindukan Papa
80
Bab 79: Melihat Kembang Api
81
Bab 80: Insiden Menakutkan
82
Bab 81: Sekali Saja
83
Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84
Bab 83: Tidak Mudah
85
Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86
Bab 85: Amarah Nathan
87
Bab 86: Penuh Kedamaian
88
Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89
Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90
Bab 89: Kepanikan Vivian
91
Bab 90: Si Kembar Berulah
92
Bab 91: Doris Diusir
93
Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94
Bab 93: Keguguran
95
Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96
Bab 95: Membuat Perhitungan
97
Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98
Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99
Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100
Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101
Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102
Bab 101: Dasar Kau Ini
103
Bab 102: Akhir Yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!