Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari

Mentari baru saja muncul di ufuk timur, memberikan cahaya lembut yang menyelimuti Mansion mewah keluarga Xi. Namun, ketenangan pagi itu segera terganggu oleh kegaduhan yang datang dari salah satu kamar di lantai atas. Siapa lagi biang keroknya kalau bukan si kembar Rio dan Henry.

"Rio! Kenapa kau ngompol lagi?!" Henry berteriak histeris, suaranya menggema di sepanjang koridor.

Suara Henry yang nyaring membuat para pelayan terkejut dan segera bergegas menuju sumber suara. Di dalam kamar, Rio terlihat pucat dan malu, berusaha menutupi noda di kasur dengan selimut.

Pemuda itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Maaf. Aku tidak sengaja," jawab Rio dengan wajah penuh penyesalan.

Henry, yang sudah mengenakan piyama bersih, menatap Rio dengan kesal. "Kau sudah berjanji tidak akan mengulanginya, Rio. Sekarang aku harus tidur di mana?"

Rio mendesah, merasa bersalah. "Gampang, kau tinggal tidur di lantai, beres kan."

Di saat itu, pintu kamar terbuka dan Monica muncul dengan wajah masam. Dia adalah salah satu pelayan yang sering harus berurusan dengan kekacauan yang dibuat oleh si kembar. "Apa yang terjadi di sini?" tanyanya dengan nada dingin.

Henry menunjuk kasur yang basah. "Rio ngompol lagi," jawabnya tanpa basa-basi.

Monica menghela napas panjang, menahan kekesalannya. "Kalian berdua, bersiap-siaplah untuk sarapan. Aku akan mengurus ini," katanya sambil mulai menggulung seprai yang basah.

Sementara itu, Nathan dan Vivian, yang baru saja bangun, mendengar keributan dari lantai atas. Nathan menggelengkan kepala, menyadari betapa merepotkannya kedua adiknya itu. "Sepertinya pagi ini akan panjang," ucapnya dengan nada datar.

Vivian menatapnya dengan senyum lembut. "Sepertiga begitu, sepertinya kedua adikmu sering membuat kekacauan, ya," katanya mencoba meredakan suasana.

Nathan mendekatkan diri pada Vivian, mencium keningnya dengan lembut. "Kau benar. Ayo, kita sarapan," ajaknya sambil menggenggam tangan Vivian. Vivian tersenyum lalu mengangguk kepala.

Di ruang makan, Rio dan Henry duduk dengan tenang tanpa merasa bersalah sedikit pun, sesekali mereka menoleh kearah Monica yang masih sibuk membersihkan kekacauan di kamar mereka. Kegaduhan pagi itu perlahan mereda, tetapi cerita di Mansion keluarga Xi baru saja dimulai.

Sementara itu... Sammy dengan malu-malu menghampiri meja makan, merasa canggung di tengah keluarga besar Nathan. Namun, senyum lebar Rio dan Henry segera menyambutnya.

"Hai, Brother! Akhirnya kita bertemu," seru Rio dengan semangat, merangkul Sammy dengan hangat. "Mulai sekarang, kami berdua adalah kakakmu, dan kau harus memanggil kita dengan sebutan, Gege, oke."

Henry menambahkan dengan penuh semangat, "Dan kita akan satu kampus. Kau tenang saja, kalau ada yang mencoba mengindasmu, kami akan melindungimu."

Sammy tersenyum sedikit, merasa lebih nyaman dengan sambutan hangat dari kedua kakak barunya. "Terima kasih, Ge," ucapnya pelan, dia masih tampak malu-malu dan canggung.

Vivian, yang duduk di sebelah Nathan, melihat interaksi itu dengan senyum tipis di wajahnya. Melihat adiknya diterima dengan hangat oleh keluarga Nathan membuatnya merasa lega. Dia tahu betapa pentingnya bagi Sammy untuk hal ini.

Namun, di sudut ruangan, Monica menatap pemandangan itu dengan tidak suka. Dia membenci kakak beradik itu dan merasa bahwa Vivian dan Sammy tidak pantas berada di antara keluarga Xi yang terhormat. Bagi Monica, hanya dirinya yang layak dan pantas berada diantara keluarga besar itu, bukan orang baru seperti Vivian.

Nathan, yang duduk dengan tenang di kepala meja, memperhatikan semuanya dengan mata tajam. "Rio, Henry, pastikan kalian menjaga Sammy dengan baik," ucapnya dingin namun tegas. "Aku tidak ingin ada masalah di kampus."

Rio dan Henry mengangguk patuh. "Tentu, Ge. Sammy, adalah adik kami sekarang," jawab Henry dengan serius, meski senyum masih menghiasi wajahnya.

Vivian memandang Nathan dengan senyum tipis dibibirnya, meskipun tidak terucap. Nathan hanya mengangguk sedikit, memahami perasaan Vivian tanpa perlu banyak kata.

Di tengah kehangatan keluarga yang mulai terbentuk, Monica berusaha menyembunyikan ketidaksukaannya, menyadari bahwa menunjukkan perasaannya yang sebenarnya hanya akan membawa masalah lebih besar bagi dirinya sendiri. Tapi, di dalam hatinya, dendam dan ketidakpuasan terus membara.

***

Vivian berdiri di depan Nathan, jari-jari lentiknya dengan cekatan membantu pria itu memakai dasinya. Sentuhan mereka terasa begitu intim, dan setiap gerakan membuat jantung Vivian berdegup kencang. Nathan, dengan tangan yang melingkari pinggangnya, terus menatapnya dalam-dalam. Tatapan itu, begitu intens dan penuh makna, membuat Vivian merasa gugup dan canggung.

"Kenapa kau begitu gugup, hm?" tanya Nathan, suaranya rendah dan dingin, namun ada kehangatan yang terselip di dalamnya.

Vivian tersenyum kecil, mencoba menyembunyikan kegugupannya. "Mungkin aku hanya belum terbiasa," jawabnya lirih, matanya menatap dasi yang sedang diikatnya dengan hati-hati.

Nathan menundukkan kepalanya sedikit, mendekatkan wajahnya ke Vivian. "Kau akan terbiasa," ucapnya singkat namun dalam, membuat Vivian merasakan semburat panas di pipinya.

Dalam hidupnya, baru kali ini Vivian diperlakukan sehangat ini oleh orang lain. Nathan, meskipun sering terlihat dingin dan tak banyak bicara, memiliki cara yang unik untuk menunjukkan perhatiannya. Sentuhan tangannya di pinggang Vivian memberikan rasa aman yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

Vivian selesai dengan dasi itu dan menatap Nathan. "Sudah selesai," katanya pelan.

Nathan tidak segera melepas pelukannya. Dia hanya menatap Vivian dengan tatapan yang sulit diartikan. "Terima kasih," katanya akhirnya, dengan nada yang lebih lembut dari biasanya. "Karena telah membuat pagi ini lebih baik." bisiknya.

Vivian masih dalam posisi yang sama, berdiri di depan Nathan dengan tangannya yang masih melingkari pinggangnya. Dia mengambil napas dalam-dalam sebelum bertanya, "Kapan kau akan melakukan operasi?"

Nathan menatapnya dengan tatapan tenang namun serius. "Tiga hari dari sekarang," jawabnya tanpa ragu.

Vivian mengangguk pelan. "Bagaimana perasaanmu? Kau terlihat sangat tenang," ucapnya, suaranya hampir berbisik.

Nathan menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Lalu aku harus bersikap bagaimana? Dan tak lama lagi, kau akan memiliki suami yang cacat," katanya dengan nada datar, seolah-olah sudah menerima nasibnya.

Vivian menggelengkan kepala dengan tegas, matanya penuh determinasi ketika membalas tatapan Nathan. "Penampilanmu tidak penting bagiku. Kau tetaplah suamiku, tidak peduli bagaimana pun penampilanmu nanti."

Nathan menatapnya sejenak, merasakan kehangatan dari kata-kata Vivian. "Kau benar-benar tidak peduli?" tanyanya, mencari kepastian.

Vivian mengangguk dengan yakin. "Tidak peduli. Aku akan tetap menerimamu apa adanya, bagaimanapun penampilanmu nantinya. Dan menurutku eyepacht hitam tidak buruk juga."

Nathan tersenyum tipis. "Baiklah. Aku akan melakukan operasi itu, dan aku ingin kau menemaniku selama proses berlangsung,"

Vivian mengangguk. "Tidak masalah, aku akan menemanimu nanti," ucapnya, lalu memberikan ciuman lembut di pipinya.

Nathan menarik Vivian lebih dekat. "Aku tahu," jawabnya pelan, membiarkan kehangatan itu meresap dalam hatinya. Nathan mendekatkan bibirnya lalu mencium singkat bibir Vivian.

***

Bersambung

Terpopuler

Comments

OtIkasari Otit

OtIkasari Otit

ngompoool.../Chuckle/

2024-12-10

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Udah kuliah ternyata,Ku pikir masih anak SMP..🤣🤣🤣😜

2024-10-27

0

🏠⃟ᵐᵒᵐરuyzz🤎𝐀⃝🥀ˢ⍣⃟ₛ🍁🥑⃟❣️

🏠⃟ᵐᵒᵐરuyzz🤎𝐀⃝🥀ˢ⍣⃟ₛ🍁🥑⃟❣️

apa kah hahahahha

2024-08-06

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2 Bab 2: Demi Kehormatanmu
3 Bab 3: Temani Aku Makan
4 Bab 4: Rasa Yang Aneh
5 Bab 5: Kambuh Lagi
6 Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7 Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8 Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9 Bab 9: Semakin Dekat
10 Bab 10: Ingat Batasanmu
11 Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12 Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13 Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14 Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15 Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16 Bab 16: Melindungi Sammy
17 Bab 17: BOCAH SETAN!!
18 Bab 18: Janji Nathan
19 Bab 19: Rasa Penasaran
20 Bab 20: Dua Kehidupan
21 Bab 21: Kau Memang Istimewa
22 Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23 Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24 Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25 Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26 Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27 Bab 27: Hari Pertama Kerja
28 Bab 28: Kembang Api
29 Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30 Bab 30: Insiden
31 Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32 Bab 32: Surat Ancaman
33 Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34 Bab 34: Perkelahian Sengit
35 Bab 35: Peringatan Nathan
36 Bab 36: Nathan Cemburu
37 Bab 37: Vivian Di Culikk
38 Bab 38: Kebrutalan Nathan
39 Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40 Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41 Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42 Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43 Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44 Bab 44: Gangguan Kecil
45 Bab 45: Kebrutalan Nathan
46 Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47 Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48 Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49 Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50 Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51 Bab 51: Bocah Setan!!
52 Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53 Bab 53: Peringatan Vivian
54 Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55 Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56 Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57 Bab 57: Kambuh Lagi
58 Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59 Bab 59: Pantai Yang Indah
60 Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61 Bab 61: Rencana Pembunuhan
62 Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63 Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64 Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65 Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66 Bab 66: Pertemuan Besar
67 Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68 Bab 68: Kecelakaan Kecil
69 Bab 69: Maafkan Aku
70 Bab 70: Saling Merindukan
71 Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72 Bab 72: Misi Terakhir
73 Bab 73: Kembali Untukmu
74 Bab 74: Vivian Hamil
75 KEPOIN YUK
76 Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77 Bab 76: Kejahilan Vivian
78 Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79 Bab 78: Merindukan Papa
80 Bab 79: Melihat Kembang Api
81 Bab 80: Insiden Menakutkan
82 Bab 81: Sekali Saja
83 Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84 Bab 83: Tidak Mudah
85 Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86 Bab 85: Amarah Nathan
87 Bab 86: Penuh Kedamaian
88 Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89 Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90 Bab 89: Kepanikan Vivian
91 Bab 90: Si Kembar Berulah
92 Bab 91: Doris Diusir
93 Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94 Bab 93: Keguguran
95 Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96 Bab 95: Membuat Perhitungan
97 Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98 Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99 Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100 Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101 Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102 Bab 101: Dasar Kau Ini
103 Bab 102: Akhir Yang Bahagia
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2
Bab 2: Demi Kehormatanmu
3
Bab 3: Temani Aku Makan
4
Bab 4: Rasa Yang Aneh
5
Bab 5: Kambuh Lagi
6
Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7
Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8
Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9
Bab 9: Semakin Dekat
10
Bab 10: Ingat Batasanmu
11
Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12
Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13
Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14
Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15
Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16
Bab 16: Melindungi Sammy
17
Bab 17: BOCAH SETAN!!
18
Bab 18: Janji Nathan
19
Bab 19: Rasa Penasaran
20
Bab 20: Dua Kehidupan
21
Bab 21: Kau Memang Istimewa
22
Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23
Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24
Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25
Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26
Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27
Bab 27: Hari Pertama Kerja
28
Bab 28: Kembang Api
29
Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30
Bab 30: Insiden
31
Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32
Bab 32: Surat Ancaman
33
Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34
Bab 34: Perkelahian Sengit
35
Bab 35: Peringatan Nathan
36
Bab 36: Nathan Cemburu
37
Bab 37: Vivian Di Culikk
38
Bab 38: Kebrutalan Nathan
39
Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40
Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41
Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42
Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43
Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44
Bab 44: Gangguan Kecil
45
Bab 45: Kebrutalan Nathan
46
Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47
Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48
Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49
Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50
Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51
Bab 51: Bocah Setan!!
52
Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53
Bab 53: Peringatan Vivian
54
Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55
Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56
Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57
Bab 57: Kambuh Lagi
58
Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59
Bab 59: Pantai Yang Indah
60
Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61
Bab 61: Rencana Pembunuhan
62
Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63
Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64
Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65
Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66
Bab 66: Pertemuan Besar
67
Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68
Bab 68: Kecelakaan Kecil
69
Bab 69: Maafkan Aku
70
Bab 70: Saling Merindukan
71
Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72
Bab 72: Misi Terakhir
73
Bab 73: Kembali Untukmu
74
Bab 74: Vivian Hamil
75
KEPOIN YUK
76
Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77
Bab 76: Kejahilan Vivian
78
Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79
Bab 78: Merindukan Papa
80
Bab 79: Melihat Kembang Api
81
Bab 80: Insiden Menakutkan
82
Bab 81: Sekali Saja
83
Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84
Bab 83: Tidak Mudah
85
Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86
Bab 85: Amarah Nathan
87
Bab 86: Penuh Kedamaian
88
Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89
Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90
Bab 89: Kepanikan Vivian
91
Bab 90: Si Kembar Berulah
92
Bab 91: Doris Diusir
93
Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94
Bab 93: Keguguran
95
Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96
Bab 95: Membuat Perhitungan
97
Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98
Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99
Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100
Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101
Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102
Bab 101: Dasar Kau Ini
103
Bab 102: Akhir Yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!