Bab 19: Rasa Penasaran

Dua hari telah berlalu. Rio dan Henry terus bertanya-tanya kemana kakak dan kakak iparnya pergi. Sudah dua hari mereka tidak pulang ke rumah bahkan tidak memberikan kabar sama sekali. Kecemasan tidak hanya dirasakan oleh si kembar, tapi juga Sammy. Vivian tidak biasanya pergi tanpa memberitahunya, apalagi tanpa menghubunginya sama sekali.

"Kira-kira mereka berdua pergi kemana?" ucap Rio sambil berjalan mondar-mandir di ruang tamu.

Henry menggeleng. "Aku sendiri tidak tahu. Mereka tidak memberitahuku apa-apa."

"Sama, Vivian Jie-Jie juga tidak mengatakan apa pun padaku. Bahkan selama dua hari ini dia tidak menghubungiku," sahut Sammy, duduk dengan gelisah di sofa.

Mata Rio dan Henry membulat sempurna. "Tunggu dulu!! Jangan-jangan mereka berdua pergi berbulan madu. Makanya tidak memberitahu kita supaya kita tidak mengganggunya?!" pekik keduanya bersamaan.

"Berbulan madu?" Sammy mengulang, terlihat bingung. "Tapi kenapa tidak bilang apa-apa?"

Henry duduk di samping Sammy, menepuk pundaknya dengan cengengesan. "Mungkin mereka ingin privasi. Lagipula, Nathan Gege memang agak tertutup tentang urusan pribadinya."

Rio mengangguk setuju. "Benar. Mungkin saja mereka hanya ingin menikmati waktu berdua tanpa gangguan. Kita sebaiknya tidak terlalu khawatir."

Sammy menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri. "Iya, kalian mungkin benar. Tapi tetap saja, rasanya aneh tidak ada kabar sama sekali."

"Kalau mereka tidak pulang dalam satu atau dua hari lagi, kita akan cari tahu lebih lanjut," ujar Henry, mencoba menenangkan Sammy.

Rio menambahkan, "Ya, kita tunggu saja. Mungkin mereka akan segera memberi kabar."

Mereka bertiga akhirnya sepakat untuk menunggu dengan sabar, meski rasa cemas tetap menghantui pikiran mereka. Setiap detik terasa lambat, namun mereka berusaha meyakinkan diri bahwa Nathan dan Vivian baik-baik saja.

***

Sementara itu, di tempat berbeda, Vivian sedang sibuk menyiapkan makan malam di dapur. Aroma masakan yang sedap mengisi ruangan, sementara Nathan sibuk berbicara di telepon dengan Max di ruang sebelah. Vivian bisa mendengar suara Nathan yang penuh amarah, tetapi dia tidak bisa memahami sepenuhnya pembicaraan mereka.

"Aku tidak peduli bagaimana caranya, Max," kata Nathan. "Bereskan mereka tanpa sisa."

Vivian berhenti sejenak, bulu kuduknya langsung berdiri mendengar suara dingin Nathan. "Mereka" yang dimaksud oleh Nathan membuatnya penasaran, tetapi dia memilih untuk tetap diam dan tidak bertanya karena Vivian masih tau batasannya.

Fokusnya kembali pada panci yang mendidih di depannya. Dia menambahkan bumbu sesuai takaran, berusaha untuk tidak memikirkan nada marah di suara Nathan yang terus terngiang di telinganya. Namun, rasa penasaran tetap menggelayut di benaknya.

Nathan masuk ke dapur beberapa saat kemudian, wajahnya menunjukkan amarah yang belum sepenuhnya mereda. Vivian menoleh dan memberikan senyum yang lembut. "Makan malam hampir siap. Setelah ini kita makan malam bersama.

Nathan mengangguk, "Baiklah." jawabnya datar. Vivian hanya mengangguk, menahan keingintahuannya.

Nathan berjalan mendekat dan mencium kening Vivian dengan lembut. "Aku menghargai semua yang kau lakukan untukku, Vivian."

Vivian tersenyum kecil, dia mengangguk lalu duduk di meja makan setelah membawa masakan terakhirnya dan meletakkan di meja. "Ayo kita makan malam,"

Dengan perasaan campur aduk, mereka duduk bersama di meja makan. Meskipun ada banyak yang tidak dikatakan, kebersamaan mereka memberikan sedikit ketenangan di tengah-tengah kekacauan yang mungkin sedang terjadi di luar sana.

.

.

Usai makan malam, Nathan menghampiri Vivian yang sedang sibuk mencuci piring di dapur. Nathan sudah mengenakan pakaian yang berbeda dari yang dia pakai sebelumnya.

"Kau mau pergi?" tanya Vivian, menoleh sebentar dari piring yang sedang dicucinya.

Nathan mengangguk, ekspresinya tetap dingin dan datar. "Hm, ada sesuatu yang harus aku bereskan. Sebaiknya kau tidak pergi ke mana pun. Aku akan pulang agak malam."

Vivian hanya mengangguk pelan. "Baiklah. Hati-hati di jalan."

Nathan berjalan mendekat, meletakkan tangannya di bahu Vivian. "Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja." Dia kemudian menunduk, mencium bibir Vivian dengan lembut sebelum berbalik menuju pintu.

Vivian menatap punggung Nathan yang semakin menjauh, lalu kembali fokus pada piring yang masih menumpuk di wastafel. Suasana dapur terasa hening, hanya suara air yang mengalir dari keran yang terdengar.

Setelah selesai mencuci piring, Vivian memutuskan untuk membaca buku di ruang tamu sambil menunggu Nathan pulang. Meskipun kepalanya penuh dengan pertanyaan dan kekhawatiran, dia berusaha untuk tenang dan menikmati waktu sendirinya.

***

Mayat-mayat bergelimpangan dengan luka tembak di dada dan kepala, darah mengalir membasahi tanah. Suasana malam yang hening hanya dipecahkan oleh suara desingan peluru yang masih terngiang.

Nathan tiba di lokasi dengan mobil mewahnya, lampu depan mobil menyinari pemandangan mengerikan itu. Dia keluar dari mobil, langkahnya tenang namun penuh wibawa. Nathan menghampiri Max yang berdiri di antara mayat-mayat itu, pandangan Nathan datar, tak ada sedikitpun emosi yang terlihat di wajahnya.

"Kau sudah membereskan semuanya?" tanya Nathan dengan nada dingin, matanya meneliti setiap sudut tempat itu.

Max mengangguk, "Sudah, Tuan, dan ini barang milik Anda yang telah dicuri oleh mereka." Dia menyerahkan sebuah kotak beludru kepada Nathan.

Nathan mengambil kotak itu tanpa mengubah ekspresinya, memasukkan kotak tersebut ke dalam saku celananya. Dia mengangguk kecil, mengalihkan pandangannya ke arah mayat-mayat yang berserakan.

"Bakar mereka semua hingga menjadi abu," perintah Nathan dengan suara rendah namun tegas.

"Baik, Tuan Muda," jawab Max tanpa ragu, segera memberi isyarat kepada anak buahnya untuk mulai membakar mayat-mayat tersebut.

Nathan berbalik menuju mobilnya, melangkah dengan tenang meninggalkan tempat itu. Dia masuk ke dalam mobil dan menutup pintu, tatapannya kembali lurus ke depan, seolah kejadian barusan hanyalah rutinitas biasa. Mobil mewah itu melaju pergi, meninggalkan jejak api yang mulai berkobar di belakangnya, menghapus segala jejak dari malam penuh kekerasan itu.

***

Bersambung

Terpopuler

Comments

imhe devangana

imhe devangana

thor apakah nathan seorng ketua Mafia?

2025-01-22

0

Nuryati Yati

Nuryati Yati

Mafiakah🤔

2024-12-13

0

Ruk Mini

Ruk Mini

sadisszzz kau bank

2024-09-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2 Bab 2: Demi Kehormatanmu
3 Bab 3: Temani Aku Makan
4 Bab 4: Rasa Yang Aneh
5 Bab 5: Kambuh Lagi
6 Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7 Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8 Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9 Bab 9: Semakin Dekat
10 Bab 10: Ingat Batasanmu
11 Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12 Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13 Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14 Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15 Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16 Bab 16: Melindungi Sammy
17 Bab 17: BOCAH SETAN!!
18 Bab 18: Janji Nathan
19 Bab 19: Rasa Penasaran
20 Bab 20: Dua Kehidupan
21 Bab 21: Kau Memang Istimewa
22 Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23 Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24 Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25 Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26 Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27 Bab 27: Hari Pertama Kerja
28 Bab 28: Kembang Api
29 Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30 Bab 30: Insiden
31 Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32 Bab 32: Surat Ancaman
33 Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34 Bab 34: Perkelahian Sengit
35 Bab 35: Peringatan Nathan
36 Bab 36: Nathan Cemburu
37 Bab 37: Vivian Di Culikk
38 Bab 38: Kebrutalan Nathan
39 Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40 Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41 Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42 Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43 Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44 Bab 44: Gangguan Kecil
45 Bab 45: Kebrutalan Nathan
46 Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47 Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48 Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49 Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50 Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51 Bab 51: Bocah Setan!!
52 Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53 Bab 53: Peringatan Vivian
54 Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55 Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56 Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57 Bab 57: Kambuh Lagi
58 Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59 Bab 59: Pantai Yang Indah
60 Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61 Bab 61: Rencana Pembunuhan
62 Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63 Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64 Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65 Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66 Bab 66: Pertemuan Besar
67 Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68 Bab 68: Kecelakaan Kecil
69 Bab 69: Maafkan Aku
70 Bab 70: Saling Merindukan
71 Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72 Bab 72: Misi Terakhir
73 Bab 73: Kembali Untukmu
74 Bab 74: Vivian Hamil
75 KEPOIN YUK
76 Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77 Bab 76: Kejahilan Vivian
78 Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79 Bab 78: Merindukan Papa
80 Bab 79: Melihat Kembang Api
81 Bab 80: Insiden Menakutkan
82 Bab 81: Sekali Saja
83 Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84 Bab 83: Tidak Mudah
85 Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86 Bab 85: Amarah Nathan
87 Bab 86: Penuh Kedamaian
88 Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89 Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90 Bab 89: Kepanikan Vivian
91 Bab 90: Si Kembar Berulah
92 Bab 91: Doris Diusir
93 Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94 Bab 93: Keguguran
95 Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96 Bab 95: Membuat Perhitungan
97 Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98 Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99 Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100 Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101 Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102 Bab 101: Dasar Kau Ini
103 Bab 102: Akhir Yang Bahagia
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2
Bab 2: Demi Kehormatanmu
3
Bab 3: Temani Aku Makan
4
Bab 4: Rasa Yang Aneh
5
Bab 5: Kambuh Lagi
6
Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7
Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8
Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9
Bab 9: Semakin Dekat
10
Bab 10: Ingat Batasanmu
11
Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12
Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13
Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14
Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15
Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16
Bab 16: Melindungi Sammy
17
Bab 17: BOCAH SETAN!!
18
Bab 18: Janji Nathan
19
Bab 19: Rasa Penasaran
20
Bab 20: Dua Kehidupan
21
Bab 21: Kau Memang Istimewa
22
Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23
Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24
Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25
Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26
Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27
Bab 27: Hari Pertama Kerja
28
Bab 28: Kembang Api
29
Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30
Bab 30: Insiden
31
Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32
Bab 32: Surat Ancaman
33
Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34
Bab 34: Perkelahian Sengit
35
Bab 35: Peringatan Nathan
36
Bab 36: Nathan Cemburu
37
Bab 37: Vivian Di Culikk
38
Bab 38: Kebrutalan Nathan
39
Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40
Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41
Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42
Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43
Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44
Bab 44: Gangguan Kecil
45
Bab 45: Kebrutalan Nathan
46
Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47
Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48
Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49
Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50
Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51
Bab 51: Bocah Setan!!
52
Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53
Bab 53: Peringatan Vivian
54
Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55
Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56
Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57
Bab 57: Kambuh Lagi
58
Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59
Bab 59: Pantai Yang Indah
60
Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61
Bab 61: Rencana Pembunuhan
62
Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63
Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64
Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65
Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66
Bab 66: Pertemuan Besar
67
Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68
Bab 68: Kecelakaan Kecil
69
Bab 69: Maafkan Aku
70
Bab 70: Saling Merindukan
71
Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72
Bab 72: Misi Terakhir
73
Bab 73: Kembali Untukmu
74
Bab 74: Vivian Hamil
75
KEPOIN YUK
76
Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77
Bab 76: Kejahilan Vivian
78
Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79
Bab 78: Merindukan Papa
80
Bab 79: Melihat Kembang Api
81
Bab 80: Insiden Menakutkan
82
Bab 81: Sekali Saja
83
Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84
Bab 83: Tidak Mudah
85
Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86
Bab 85: Amarah Nathan
87
Bab 86: Penuh Kedamaian
88
Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89
Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90
Bab 89: Kepanikan Vivian
91
Bab 90: Si Kembar Berulah
92
Bab 91: Doris Diusir
93
Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94
Bab 93: Keguguran
95
Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96
Bab 95: Membuat Perhitungan
97
Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98
Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99
Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100
Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101
Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102
Bab 101: Dasar Kau Ini
103
Bab 102: Akhir Yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!