Bab 3: Temani Aku Makan

Nathan sedang sibuk memeriksa dokumen di ruangannya ketika Max datang. Dia membawa informasi yang Nathan butuhkan tentang Vivian. Max mengetuk pintu sebelum memasuki ruangan, memegang sebuah map berisi berkas-berkas penting.

"Tuan Muda, saya membawa informasi yang Anda minta tentang Vivian," kata Max dengan nada serius.

Nathan meletakkan dokumen yang sedang diperiksanya dan mengalihkan perhatian ke Max. "Hm. Apa yang kau temukan?"

Max berjalan mendekat dan menyerahkan map tersebut kepada Nathan. "Vivian, adalah tulang punggung keluarganya, Tuan. Ibunya sudah meninggal dan ayahnya lumpuh karena kecelakaan sehingga dia tidak lagi bekerja. Adiknya masih sekolah dan membutuhkan biaya."

Nathan membuka map itu dan membaca informasi dengan seksama. Ekspresinya tetap dingin, meski ada kilatan pengertian di matanya. "Jadi, dia bekerja di sini untuk menopang keluarganya," gumam Nathan, lebih kepada dirinya sendiri.

"Ya, Tuan Muda. Vivian, mengambil pekerjaan ini untuk memastikan keluarganya tetap bertahan. Dia adalah satu-satunya sumber pendapatan mereka," lanjut Max, memperjelas situasi.

Nathan menutup map dan meletakkannya di atas meja, lalu bersandar di kursinya sambil merenung. "Aku mengerti. Kau boleh kembali ke tugasmu."

Max mengangguk dan meninggalkan ruangan, meninggalkan Nathan dengan pikirannya. Nathan menyandarkan dirinya ke kursi, menatap map yang berisi rincian tentang kehidupan pribadi Vivian.

Nathan menatap jendela yang memperlihatkan langit senja yang mulai gelap. Di balik eksteriornya yang dingin dan arogan, Nathan menyadari bahwa dia harus bertindak adil, bukan hanya sebagai atasan tetapi juga sebagai manusia. Dia memutuskan bahwa dia akan berbicara dengan Vivian lagi, kali ini dengan pemahaman yang lebih dalam tentang situasinya.

***

Vivian berdiri di belakang Nathan yang sedang menyantap makan malamnya. Suasana di antara mereka begitu hening, tak ada obrolan, hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu yang saling bersentuhan dengan piring. Para pelayan lainnya mengintip dengan penuh penasaran dari dapur, menyaksikan interaksi yang jarang sekali terjadi antara majikan mereka dan seorang pelayan.

Tiba-tiba, Nathan berhenti makan dan menatap ke arah Vivian. "Vivian, duduklah disini dan temani aku makan," katanya dengan nada tegas namun tenang.

Vivian terkejut dan merasa tidak nyaman dengan permintaan tersebut. "Maaf, Tuan Muda, tapi saya tidak bisa. Ini tidak pantas," jawabnya dengan suara pelan, berusaha menjaga kesopanannya.

Nathan menatapnya dengan tajam. "Aku tidak mengulangi perintah dua kali, Vivian. Duduk dan temani aku makan."

Para pelayan lainnya saling berpandangan, terkejut dengan apa yang baru saja mereka dengar. Ini adalah pertama kalinya mereka melihat majikannya mengajak seorang pelayan untuk makan satu meja dengannya.

Vivian merasa semakin terdesak, namun dia tidak punya pilihan lain selain menuruti perintah Nathan. Dengan hati-hati, dia menarik kursi dan duduk di seberang Nathan, merasa canggung dan tidak tahu harus berbuat apa.

Nathan melanjutkan makannya, sementara Vivian duduk diam, merasa semua mata tertuju padanya. Setelah beberapa saat, Nathan meletakkan garpu dan pisau, menatap langsung ke arah Vivian.

"Vivian, aku ingin kau merasa nyaman di sini. Aku tahu kau masih baru dan mungkin merasa canggung, tapi kau harus tau bahwa posisimu penting," kata Nathan, suaranya lebih lembut namun tetap penuh otoritas.

Vivian mengangguk pelan, masih merasa tidak percaya dengan apa yang terjadi. "Baik, Tuan Muda. Saya mengerti,"

Nathan mengangguk, kemudian kembali melanjutkan makannya. "Bagus. Aku berharap kau bisa menyesuaikan diri dengan cepat. Jika ada masalah, jangan ragu untuk memberitahuku atau Max."

Vivian hanya mengangguk mendengar kata-kata Nathan, meski perasaan canggung itu masih ada. Dia tahu bahwa hidupnya di rumah ini tidak akan mudah, tapi setidaknya Nathan menunjukkan bahwa dia bisa berbicara langsung jika ada masalah.

Para pelayan lainnya kembali ke dapur, berbisik-bisik tentang apa yang baru saja mereka saksikan. Martha, yang selalu ramah kepada Vivian, menatapnya dengan tatapan penuh pengertian dan sedikit bangga.

"Mungkin tidak akan mudah, tapi kau akan baik-baik saja, Vivian," bisik Martha saat dia lewat di dekat Vivian. Vivian tersenyum tipis. Dia tidak tau harus bereaksi bagaimana.

Namun, di tengah suasana yang hening dan penuh tanya, ada satu pelayan yang tidak suka melihat perhatian Nathan terhadap Vivian. Dia adalah Monica, seorang pelayan yang sudah lama bekerja di rumah itu. Rasa iri dan kesal menyelimuti hatinya setiap kali dia melihat Nathan memperlakukan Vivian dengan baik, sesuatu yang tidak pernah dia rasakan selama bertahun-tahun bekerja di sana.

Monica berdiri di sudut dapur, menyaksikan kejadian di ruang makan dengan mata yang penuh dengan kebencian. "Apa yang membuat gadis baru itu begitu istimewa?" gumamnya pada diri sendiri, suaranya hampir tak terdengar di tengah hiruk-pikuk dapur.

Martha, yang memperhatikan perubahan ekspresi Monica, mendekatinya dengan hati-hati. "Monica, ada apa? Kau kelihatan tidak senang," tanyanya lembut.

Monica menghela napas, menatap Martha dengan mata yang menyala. "Tidak adil, Martha. Aku sudah bekerja di sini selama bertahun-tahun, melakukan semua yang diperintahkan dengan sempurna. Tapi Tuan Muda tidak pernah memperlakukan aku dengan cara yang sama. Kenapa Vivian yang baru saja datang mendapatkan perhatian seperti itu?"

Martha menepuk bahu Monica dengan lembut, mencoba menenangkannya. "Monica, kita tidak tahu apa yang ada di pikiran Tuan Muda. Mungkin ada alasan di balik semua ini. Kita harus fokus pada pekerjaan kita dan tidak membiarkan rasa iri menguasai hati kita."

Monica mendengus, tapi tetap mendengarkan nasihat Martha. "Mungkin kau benar. Tapi rasanya sulit untuk tidak merasa iri."

Sementara itu, di ruang makan, Nathan selesai dengan makannya dan menatap Vivian sekali lagi. "Kau boleh kembali ke tugasmu sekarang," katanya dengan nada datar.

Vivian mengangguk, merasa lega bisa meninggalkan meja makan. "Terima kasih, Tuan," jawabnya singkat sebelum berdiri dan berjalan kembali ke dapur. Saat dia masuk, dia merasakan suasana yang sedikit tegang, terutama ketika dia melihat Monica menatapnya dengan tatapan yang tidak ramah.

Vivian mencoba mengabaikan perasaan tidak nyaman itu dan melanjutkan tugasnya. Dia tahu bahwa tidak semua orang di rumah ini akan menerima kehadirannya dengan baik, terutama setelah kejadian tadi.

Monica terus memperhatikan Vivian dari kejauhan, perasaan iri masih mengganjal di hatinya. Tapi dia juga tahu bahwa Martha benar. Dia tidak bisa membiarkan perasaan negatif itu mengganggu pekerjaannya. Meski sulit, Monica berusaha untuk fokus pada tugasnya, mencoba mengesampingkan rasa tidak suka yang semakin tumbuh terhadap Vivian.

Hari itu berlalu dengan suasana yang campur aduk. Vivian terus bekerja dengan tekun, berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Sementara itu, Monica dan para pelayan lainnya tetap mengamati, sebagian besar dengan rasa penasaran, bagaimana hubungan antara Nathan dan Vivian akan berkembang di hari-hari mendatang.

***

Bersambung

Terpopuler

Comments

Rosdiana Bpp

Rosdiana Bpp

☺️

2024-06-26

1

sella surya amanda

sella surya amanda

next

2024-06-23

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2 Bab 2: Demi Kehormatanmu
3 Bab 3: Temani Aku Makan
4 Bab 4: Rasa Yang Aneh
5 Bab 5: Kambuh Lagi
6 Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7 Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8 Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9 Bab 9: Semakin Dekat
10 Bab 10: Ingat Batasanmu
11 Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12 Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13 Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14 Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15 Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16 Bab 16: Melindungi Sammy
17 Bab 17: BOCAH SETAN!!
18 Bab 18: Janji Nathan
19 Bab 19: Rasa Penasaran
20 Bab 20: Dua Kehidupan
21 Bab 21: Kau Memang Istimewa
22 Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23 Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24 Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25 Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26 Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27 Bab 27: Hari Pertama Kerja
28 Bab 28: Kembang Api
29 Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30 Bab 30: Insiden
31 Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32 Bab 32: Surat Ancaman
33 Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34 Bab 34: Perkelahian Sengit
35 Bab 35: Peringatan Nathan
36 Bab 36: Nathan Cemburu
37 Bab 37: Vivian Di Culikk
38 Bab 38: Kebrutalan Nathan
39 Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40 Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41 Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42 Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43 Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44 Bab 44: Gangguan Kecil
45 Bab 45: Kebrutalan Nathan
46 Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47 Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48 Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49 Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50 Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51 Bab 51: Bocah Setan!!
52 Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53 Bab 53: Peringatan Vivian
54 Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55 Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56 Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57 Bab 57: Kambuh Lagi
58 Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59 Bab 59: Pantai Yang Indah
60 Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61 Bab 61: Rencana Pembunuhan
62 Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63 Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64 Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65 Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66 Bab 66: Pertemuan Besar
67 Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68 Bab 68: Kecelakaan Kecil
69 Bab 69: Maafkan Aku
70 Bab 70: Saling Merindukan
71 Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72 Bab 72: Misi Terakhir
73 Bab 73: Kembali Untukmu
74 Bab 74: Vivian Hamil
75 KEPOIN YUK
76 Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77 Bab 76: Kejahilan Vivian
78 Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79 Bab 78: Merindukan Papa
80 Bab 79: Melihat Kembang Api
81 Bab 80: Insiden Menakutkan
82 Bab 81: Sekali Saja
83 Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84 Bab 83: Tidak Mudah
85 Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86 Bab 85: Amarah Nathan
87 Bab 86: Penuh Kedamaian
88 Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89 Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90 Bab 89: Kepanikan Vivian
91 Bab 90: Si Kembar Berulah
92 Bab 91: Doris Diusir
93 Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94 Bab 93: Keguguran
95 Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96 Bab 95: Membuat Perhitungan
97 Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98 Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99 Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100 Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101 Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102 Bab 101: Dasar Kau Ini
103 Bab 102: Akhir Yang Bahagia
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2
Bab 2: Demi Kehormatanmu
3
Bab 3: Temani Aku Makan
4
Bab 4: Rasa Yang Aneh
5
Bab 5: Kambuh Lagi
6
Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7
Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8
Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9
Bab 9: Semakin Dekat
10
Bab 10: Ingat Batasanmu
11
Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12
Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13
Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14
Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15
Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16
Bab 16: Melindungi Sammy
17
Bab 17: BOCAH SETAN!!
18
Bab 18: Janji Nathan
19
Bab 19: Rasa Penasaran
20
Bab 20: Dua Kehidupan
21
Bab 21: Kau Memang Istimewa
22
Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23
Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24
Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25
Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26
Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27
Bab 27: Hari Pertama Kerja
28
Bab 28: Kembang Api
29
Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30
Bab 30: Insiden
31
Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32
Bab 32: Surat Ancaman
33
Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34
Bab 34: Perkelahian Sengit
35
Bab 35: Peringatan Nathan
36
Bab 36: Nathan Cemburu
37
Bab 37: Vivian Di Culikk
38
Bab 38: Kebrutalan Nathan
39
Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40
Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41
Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42
Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43
Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44
Bab 44: Gangguan Kecil
45
Bab 45: Kebrutalan Nathan
46
Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47
Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48
Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49
Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50
Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51
Bab 51: Bocah Setan!!
52
Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53
Bab 53: Peringatan Vivian
54
Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55
Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56
Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57
Bab 57: Kambuh Lagi
58
Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59
Bab 59: Pantai Yang Indah
60
Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61
Bab 61: Rencana Pembunuhan
62
Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63
Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64
Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65
Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66
Bab 66: Pertemuan Besar
67
Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68
Bab 68: Kecelakaan Kecil
69
Bab 69: Maafkan Aku
70
Bab 70: Saling Merindukan
71
Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72
Bab 72: Misi Terakhir
73
Bab 73: Kembali Untukmu
74
Bab 74: Vivian Hamil
75
KEPOIN YUK
76
Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77
Bab 76: Kejahilan Vivian
78
Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79
Bab 78: Merindukan Papa
80
Bab 79: Melihat Kembang Api
81
Bab 80: Insiden Menakutkan
82
Bab 81: Sekali Saja
83
Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84
Bab 83: Tidak Mudah
85
Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86
Bab 85: Amarah Nathan
87
Bab 86: Penuh Kedamaian
88
Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89
Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90
Bab 89: Kepanikan Vivian
91
Bab 90: Si Kembar Berulah
92
Bab 91: Doris Diusir
93
Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94
Bab 93: Keguguran
95
Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96
Bab 95: Membuat Perhitungan
97
Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98
Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99
Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100
Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101
Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102
Bab 101: Dasar Kau Ini
103
Bab 102: Akhir Yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!