Bab 5: Kambuh Lagi

Ketukan pada pintu menyita perhatian Nathan yang sedang duduk di meja kerjanya. Tanpa mengangkat pandangan dari dokumen di depannya, dia berseru, "Masuk."

Vivian dengan wajah tertunduk memasuki kamar, jantungnya berdebar kencang. Nathan meletakkan rokoknya di asbak dan menatap Vivian dengan tatapan dingin.

"Mendekat," perintahnya singkat.

Vivian ragu-ragu melangkah mendekat, ketakutan terlihat jelas di matanya. Nathan memperhatikan ekspresinya sejenak sebelum berkata dengan suara yang datar, "Jangan tegang. Aku tidak punya waktu untuk basa-basi."

Vivian mencoba mengendalikan rasa gugupnya, tetapi tatapan Nathan yang dingin membuatnya semakin sulit. Nathan berdiri, membuka kancing kemejanya dan memperlihatkan luka di perutnya yang terbalut seadanya.

"Aku terluka," katanya tanpa ekspresi. "Dan kau akan mengobatinya. Max mengatakan kau punya pengalaman merawat luka."

Vivian terkejut, tetapi segera menunduk lagi sambil menganggukkan kepala. "Ya, Tuan Muda. Saya akan melakukan yang terbaik," jawabnya dengan suara pelan.

Nathan mengangguk sekali, mengisyaratkan agar Vivian mendekat lebih dekat. Dia menyerahkan kotak P3K kepadanya.

"Mulailah. Aku tidak punya waktu untuk menunggu lebih lama."

Dengan tangan gemetar, Vivian mengambil perban dan antiseptik dari kotak P3K. Dia berlutut di depan Nathan, membersihkan lukanya dengan hati-hati. Nathan tetap diam, hanya sesekali meringis saat antiseptik menyentuh lukanya.

"Selesaikan dengan cepat," kata Nathan dengan suara tegas, meski ada nada kesakitan yang samar.

Vivian mengangguk, berusaha bekerja secepat dan sebaik mungkin. Setelah beberapa menit, dia berhasil membersihkan dan membalut luka Nathan dengan rapi.

"Selesai, Tuan Muda," katanya sambil berdiri, kembali menunduk.

Nathan memeriksa hasil kerja Vivian dengan teliti, lalu mengangguk singkat. "Bagus. Sekarang keluar."

Vivian mengangguk cepat dan bergegas keluar dari kamar, merasa lega sekaligus tegang. Nathan kembali duduk di kursinya, mengambil rokoknya lagi dan menghisapnya dalam-dalam, tatapannya kembali tertuju pada dokumen di hadapannya.

Nathan mengangkat kepalanya tiba-tiba, matanya menatap kepergian Vivian dengan intensitas yang sulit dijelaskan. Dia merasakan kebutuhan mendesak untuk menghentikan gadis itu sebelum terlambat.

"Vivian, tunggu!!" serunya tajam, menghentikan langkah Vivian yang hampir sampai di pintu. "Tentang kontrak pernikahan itu, apa kau sudah memikirkannya?" tanyanya tanpa basa-basi.

Vivian menoleh dengan perlahan, tatapannya masih penuh dengan ketegangan dari pertemuan mereka sebelumnya. Dia menggeleng pelan, lalu menjawab dengan suara ragu, "Saya masih belum yakin, Tuan Muda. Ini semua terlalu cepat bagiku."

Nathan mengangguk, tidak terkejut dengan reaksi Vivian. "Aku mengerti," ucapnya dengan nada dingin. "Ambil waktu yang kau butuhkan. Tapi ingat, keputusan ini tidak bisa ditunda terlalu lama."

Vivian mengangguk sekali lagi, berusaha menahan gemetar di dalam dirinya. "Terima kasih, Tuan Muda," ucapnya singkat sebelum melanjutkan langkahnya keluar dari kamar Nathan.

Nathan kembali duduk di kursinya, membiarkan pikirannya melayang dalam pertimbangan yang rumit. Ada sesuatu yang tidak biasa dalam dirinya yang terpanggil oleh Vivian, sesuatu yang sulit dijelaskan bahkan baginya sendiri.

"Sial!!" Nathan mengumpat dengan keras ketika penyakit anehnya tiba-tiba kambuh lagi. Tubuhnya terasa lemah dan jantungnya berdegup kencang, sesak napas memenuhi dadanya dan rasa panas seperti terbakar melanda. "Max!!" serunya panik sambil memanggil asistennya.

Max datang dengan cepat, membawa sekantong Asi yang seharusnya bisa meredakan gejalanya. Namun, saat Nathan mengonsumsinya, tubuhnya tidak memberikan respons apa pun. Rasa sesak dan kelemahannya tidak kunjung membaik.

"Ini tidak bekerja, bagaimana bisa!" desis Nathan dengan frustrasi. "Cepat, panggil Vivian, sekarang juga!"

Max mengangguk cepat dan pergi mencari Vivian. Dalam waktu singkat, Vivian memasuki kamar Nathan dengan penuh kekhawatiran di wajahnya. "Tuan Muda, apa yang terjadi?" tanyanya cemas.

Tanpa menunggu jawaban, Nathan dengan tegas menarik Vivian dan mendorongnya ke tempat tidur. "Aku butuh Asi darimu," ujarnya dingin, tanpa basa-basi. Tanpa menunggu persetujuan Vivian, Nathan langsung menghisap putingg gadis itu, membuat Vivian menangis tersedu-sedu.

"Sialan! Ini satu-satunya cara untuk meredakan gejala," ucap Nathan, wajahnya mencerminkan rasa bersalah dan keputusasaan.

Vivian terkejut dan terisak. Dia merasa terhina dan bingung dengan perlakuan Nathan yang tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi. Dengan langkah gemetar, Vivian berusaha mengumpulkan keberanian untuk bangkit dari tempat tidur.

"Tuan Muda, aku..." Vivian mencoba bicara, namun suaranya terputus oleh rasa sesak dan ketakutan yang melanda hatinya.

Nathan menatap Vivian dengan tatapan tajam yang mencerminkan perasaan campur aduk. "Keluar dari sini sekarang," ucapnya dengan suara rendah namun tegas, "Aku butuh waktu sendiri."

Vivian menelan ludah, merasa hatinya hancur oleh perlakuan Nathan yang kasar. Dalam diam, dia berjalan keluar dari kamar Nathan, meninggalkan suasana tegang dan penuh kebingungan di belakangnya. Nathan sendiri terdiam, terperangah oleh kenyataan bahwa ia terpaksa melakukan hal tersebut demi kelangsungan hidupnya.

Nathan duduk sendirian di tepi tempat tidurnya setelah Vivian pergi. Keringat dingin masih mengucur di pelipisnya, sementara tubuhnya masih terasa lemah akibat serangan penyakit aneh yang baru saja melanda. Dia menyesal atas perlakuannya terhadap Vivian, tetapi saat ini yang terpenting baginya adalah mencari solusi untuk kondisinya yang semakin memburuk.

Dalam keheningan kamar yang sunyi, Nathan memejamkan mata sejenak untuk mencoba meredakan detak jantungnya yang berdebar kencang. Setelah beberapa saat berlalu, dia bangkit dari tempat tidur dengan langkah gemetar menuju meja kerjanya. Dokumen-dokumen terkait pengobatan alternatif tersebar di atasnya, namun dia tahu bahwa solusi yang diinginkannya tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Sementara itu, di ruang makan, Vivian duduk sendirian dengan pikirannya yang kacau. Tangisnya tak tertahankan, mengingat perlakuan Nathan yang kasar tadi.

Dia merasa terhina dan tak berdaya, tidak pernah membayangkan bahwa bekerja di kediaman ini akan membawanya pada situasi yang seperti ini. Namun, di balik rasa takut dan ketakutan, ada juga rasa iba terhadap Nathan yang terluka dan terjebak dalam penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

Martha mendekati Vivian dengan hati yang penuh perhatian. Gadis itu terlihat sedang menangis, dan Martha ingin tahu apa yang terjadi. Dia memeluk Vivian dengan lembut, mencoba memberikan dukungan tanpa perlu banyak bertanya.

"Kenapa kau menangis, sayang?" tanya Martha dengan suara lembut.

Vivian tidak menjawab, dia hanya diam sambil terus menangis di pundak Martha. Kemudian Martha bertanya lagi, "Apakah Tuan Muda memarahimu?"

Vivian dengan cepat mengangguk, tidak mampu untuk mengungkapkan lebih banyak lagi kepada Martha. Dia merasa sulit untuk mempercayai orang lain dengan masalah yang dialaminya, namun Martha dengan penuh pengertian merangkulnya erat.

"Tenanglah, Vivian. Tuan Muda memang kasar kadang-kadang, tapi sebenarnya dia sangat baik," kata Martha dengan penuh kehangatan, mencoba menenangkan Vivian yang masih gemetar.

Vivian tidak merespon. Meskipun hatinya masih berkecamuk oleh peristiwa tadi, kehadiran Martha memberinya sedikit ketenangan. Mereka duduk bersama di ruang makan, Martha tetap merangkul Vivian sambil mendengarkan cerita hatinya yang terluka.

***

Bersambung

Terpopuler

Comments

Nuryati Yati

Nuryati Yati

kasian Vivian

2024-12-12

0

sella surya amanda

sella surya amanda

lanjut

2024-06-24

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2 Bab 2: Demi Kehormatanmu
3 Bab 3: Temani Aku Makan
4 Bab 4: Rasa Yang Aneh
5 Bab 5: Kambuh Lagi
6 Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7 Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8 Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9 Bab 9: Semakin Dekat
10 Bab 10: Ingat Batasanmu
11 Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12 Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13 Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14 Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15 Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16 Bab 16: Melindungi Sammy
17 Bab 17: BOCAH SETAN!!
18 Bab 18: Janji Nathan
19 Bab 19: Rasa Penasaran
20 Bab 20: Dua Kehidupan
21 Bab 21: Kau Memang Istimewa
22 Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23 Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24 Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25 Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26 Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27 Bab 27: Hari Pertama Kerja
28 Bab 28: Kembang Api
29 Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30 Bab 30: Insiden
31 Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32 Bab 32: Surat Ancaman
33 Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34 Bab 34: Perkelahian Sengit
35 Bab 35: Peringatan Nathan
36 Bab 36: Nathan Cemburu
37 Bab 37: Vivian Di Culikk
38 Bab 38: Kebrutalan Nathan
39 Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40 Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41 Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42 Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43 Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44 Bab 44: Gangguan Kecil
45 Bab 45: Kebrutalan Nathan
46 Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47 Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48 Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49 Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50 Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51 Bab 51: Bocah Setan!!
52 Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53 Bab 53: Peringatan Vivian
54 Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55 Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56 Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57 Bab 57: Kambuh Lagi
58 Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59 Bab 59: Pantai Yang Indah
60 Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61 Bab 61: Rencana Pembunuhan
62 Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63 Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64 Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65 Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66 Bab 66: Pertemuan Besar
67 Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68 Bab 68: Kecelakaan Kecil
69 Bab 69: Maafkan Aku
70 Bab 70: Saling Merindukan
71 Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72 Bab 72: Misi Terakhir
73 Bab 73: Kembali Untukmu
74 Bab 74: Vivian Hamil
75 KEPOIN YUK
76 Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77 Bab 76: Kejahilan Vivian
78 Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79 Bab 78: Merindukan Papa
80 Bab 79: Melihat Kembang Api
81 Bab 80: Insiden Menakutkan
82 Bab 81: Sekali Saja
83 Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84 Bab 83: Tidak Mudah
85 Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86 Bab 85: Amarah Nathan
87 Bab 86: Penuh Kedamaian
88 Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89 Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90 Bab 89: Kepanikan Vivian
91 Bab 90: Si Kembar Berulah
92 Bab 91: Doris Diusir
93 Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94 Bab 93: Keguguran
95 Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96 Bab 95: Membuat Perhitungan
97 Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98 Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99 Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100 Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101 Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102 Bab 101: Dasar Kau Ini
103 Bab 102: Akhir Yang Bahagia
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2
Bab 2: Demi Kehormatanmu
3
Bab 3: Temani Aku Makan
4
Bab 4: Rasa Yang Aneh
5
Bab 5: Kambuh Lagi
6
Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7
Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8
Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9
Bab 9: Semakin Dekat
10
Bab 10: Ingat Batasanmu
11
Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12
Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13
Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14
Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15
Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16
Bab 16: Melindungi Sammy
17
Bab 17: BOCAH SETAN!!
18
Bab 18: Janji Nathan
19
Bab 19: Rasa Penasaran
20
Bab 20: Dua Kehidupan
21
Bab 21: Kau Memang Istimewa
22
Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23
Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24
Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25
Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26
Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27
Bab 27: Hari Pertama Kerja
28
Bab 28: Kembang Api
29
Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30
Bab 30: Insiden
31
Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32
Bab 32: Surat Ancaman
33
Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34
Bab 34: Perkelahian Sengit
35
Bab 35: Peringatan Nathan
36
Bab 36: Nathan Cemburu
37
Bab 37: Vivian Di Culikk
38
Bab 38: Kebrutalan Nathan
39
Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40
Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41
Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42
Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43
Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44
Bab 44: Gangguan Kecil
45
Bab 45: Kebrutalan Nathan
46
Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47
Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48
Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49
Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50
Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51
Bab 51: Bocah Setan!!
52
Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53
Bab 53: Peringatan Vivian
54
Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55
Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56
Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57
Bab 57: Kambuh Lagi
58
Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59
Bab 59: Pantai Yang Indah
60
Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61
Bab 61: Rencana Pembunuhan
62
Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63
Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64
Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65
Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66
Bab 66: Pertemuan Besar
67
Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68
Bab 68: Kecelakaan Kecil
69
Bab 69: Maafkan Aku
70
Bab 70: Saling Merindukan
71
Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72
Bab 72: Misi Terakhir
73
Bab 73: Kembali Untukmu
74
Bab 74: Vivian Hamil
75
KEPOIN YUK
76
Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77
Bab 76: Kejahilan Vivian
78
Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79
Bab 78: Merindukan Papa
80
Bab 79: Melihat Kembang Api
81
Bab 80: Insiden Menakutkan
82
Bab 81: Sekali Saja
83
Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84
Bab 83: Tidak Mudah
85
Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86
Bab 85: Amarah Nathan
87
Bab 86: Penuh Kedamaian
88
Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89
Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90
Bab 89: Kepanikan Vivian
91
Bab 90: Si Kembar Berulah
92
Bab 91: Doris Diusir
93
Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94
Bab 93: Keguguran
95
Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96
Bab 95: Membuat Perhitungan
97
Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98
Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99
Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100
Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101
Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102
Bab 101: Dasar Kau Ini
103
Bab 102: Akhir Yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!