Bab 18: Janji Nathan

Pagi yang cerah dan hangat masuk melalui celah-celah jendela, membangunkan Vivian dari tidurnya. Dia membuka mata dan mendapati Nathan sudah tidak berbaring di sampingnya. Perutnya langsung berbunyi saat mencium aroma lezat makanan dari dapur.

Setelah mencuci muka dan menggosok gigi, Vivian pergi keluar dan mendapati Nathan yang sedang menyiapkan sarapan di dapur. Nathan memakai celana hitam dan kemeja hitam lengan terbuka, memperlihatkan otot lengannya yang kekar. Dia berbalik dan mata kirinya yang dingin langsung menatap Vivian yang menghampirinya.

"Kau sudah bangun?" tanyanya dengan nada datar.

"Apa yang sedang kau masak? Aromanya sangat lezat," ucap Vivian sambil berdiri di samping Nathan.

"Omurice," jawab Nathan singkat sambil mengaduk wajan di depannya.

Vivian tersenyum. "Apa yang bisa aku bantu?"

Nathan menatapnya sejenak sebelum berkata, "Cuci dan kupas buah-buahan itu," katanya sambil menunjuk keranjang berisi berbagai buah di meja.

Vivian mengangguk dan mulai mencuci serta mengupas buah-buahan. Namun, tanpa sengaja jari Vivian tergores pisau dan berdarah. Dia mengerutkan dahi menahan sakit.

Nathan yang melihat itu langsung panik. "Vivian, kau ini ceroboh sekali," katanya dengan nada cemas sambil menghentikan aktivitas memasaknya. Dia segera mengusap darah di jari Vivian lalu menutup lukanya dengan plaster.

Vivian hanya terkekeh. "Aku baik-baik saja, Nathan. Ini hanya luka kecil."

Nathan menatapnya tajam. "Tetap saja, kau harus lebih hati-hati. Jangan sampai terluka lagi," katanya sambil kembali ke wajan, memperhatikan omurice yang hampir selesai.

Vivian menatap Nathan dengan rasa syukur. "Baiklah, aku mengerti. Aku akan lebih berhati-hati."

Nathan mengangguk, lalu mengambil piring dan mulai menyajikan omurice. "Sarapan sudah siap. Ayo makan," katanya sambil membawa piring ke meja makan.

Vivian tersebut lebar lalu mengikuti Nathan ke meja makan, menikmati aroma lezat dari makanan yang telah disiapkan suaminya. Mereka duduk berdua, menikmati sarapan bersama dalam kehangatan pagi yang cerah.

.

.

Setelah sarapan, Vivian membantu Nathan mengganti perban di mata kanannya. Dia membuka perban dengan hati-hati, dan matanya langsung membulat serta berkaca-kaca saat melihat kelopak mata Nathan yang menyatu dalam jahitan. Luka bekas operasi itu tampak jelas.

Nathan memperhatikan reaksi Vivian dan dengan lembut menghapus air mata yang menetes dari pipinya. "Apa yang kau tangisi?" tanyanya dengan nada datar namun penuh perhatian.

Vivian menggeleng, berusaha menyembunyikan perasaannya. "Aku tidak menangis. Hanya kelilipan saja," jawabnya dengan suara bergetar.

Nathan menatapnya sejenak sebelum berkata, "Jangan berbohong padaku, Vivian. Kau bukan seorang pembohong yang hebat. Dan ini bukan akhir duniaku."

Vivian mencoba menahan air matanya. "Aku hanya tidak bisa menahan perasaanku saat melihat luka itu. Dan aku tidak bisa membayangkan rasa sakit yang kau rasakan ketika operasi itu berlangsung. Pasti itu sangat menyakitkan bukan?"

Nathan menggeleng sambil membelai pipi Vivian dengan lembut. "Tidak seberapa, aku pernah terluka sampai hampir mati. Jadi luka semacam ini bukan masalah bagiku. Sekarang lanjutkan," pinta Nathan dan segara dibalas anggukan oleh Vivian.

Vivian pun melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Setelah mengoleskan salep pada luka jahitannya, Vivian kembali menutup mata itu dengan perban agar tidak terkena debu.

Sesaat setelah Vivian selesai mengganti perban dimatanya, Nathan menariknya ke dalam pelukannya dan memeluknya dengan erat. Dia merasakan kehangatan dari tubuh Vivian dan menghela napas panjang sebelum berbicara.

"Aku terharu kau peduli padaku," Nathan memulai dengan suara lebih lembut dari biasanya. "Sejak ibuku tiada, tidak ada seorang pun yang benar-benar peduli padaku. Mungkin karena sikapku yang terlalu dingin dan aku begitu tertutup, jadi membuat orang-orang takut mendekat."

Vivian mengangkat wajahnya, menatap Nathan begitu dalam. "Nathan..."

Nathan melanjutkan tanpa melepaskan pandangannya, "Kau adalah orang pertama yang aku ijinkan masuk ke dalam kehidupan pribadiku. Aku merasa kejadian pagi itu bukan hanya sebuah kebetulan semata, melainkan takdir. Mungkin Tuhan mengirimmu untuk menjadi cahaya dalam hidupku yang selama ini hanya dipenuhi oleh kegelapan."

Vivian tertegun mendengar kata-kata Nathan. Nathan adalah tipe orang yang jarang membuka diri, apalagi berbicara tentang perasaannya. Namun, pagi ini semua terasa berbeda, hingga Vivian bingung harus menjawab apa dan akhirnya dia memilih untuk diam.

Nathan melihat reaksi Vivian, lalu mendekatkan wajahnya. Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang dalam dan penuh perasaan. Vivian memejamkan matanya, merasakan setiap sentuhan bibir Nathan. Tangan Nathan melingkari pinggangnya, sementara Vivian memeluk leher Nathan erat-erat, seolah tidak ingin melepaskannya.

Setelah hampir satu menit, akhirnya Nathan melepaskan ciumannya, menatap mata Vivian dengan pandangan yang lebih lembut. "Aku tidak pandai bicara soal perasaan," ujarnya pelan. "Tapi kau harus tahu, kau sangat berarti bagiku."

Vivian mengangguk pelan, dia bisa merasakan seberapa dalam kata-kata Nathan yang sederhana namun tulus itu. "Aku mengerti."

Nathan menghela napas dalam-dalam, lalu menatap Vivian dengan mata kirinya yang tajam. "Aku akan berusaha menjadi suami yang baik untukmu," katanya. "Menjadi seseorang yang selalu bisa kau andalkan, satu-satunya tempat untukmu pulang."

Vivian merasakan getaran di hatinya mendengar kata-kata Nathan yang begitu tulus. Ia tahu bahwa Nathan bukan tipe orang yang mudah mengungkapkan perasaannya, apalagi dengan kalimat yang begitu dalam.

"Nathan..." gumam Vivian dengan mata berkaca-kaca.

"Aku tidak akan pernah membiarkanmu merasa sendirian. Selama aku ada disini, aku akan melakukan yang terbaik untuk membuatmu bahagia."

Vivian menatap Nathan, matanya berkaca-kaca. "Aku percaya padamu, Nathan."

Nathan kembali mencium bibir Vivian, dan dia membalasnya dengan senang hati. Vivian bisa merasakan kehangatan yang mengalir ditengah ciuman itu. Ketika ciuman mereka semakin dalam, tangan Nathan melingkari pinggang Vivian, menariknya lebih dekat.

Setelah beberapa saat, mereka melepaskan ciumannya dan Nathan menatap Vivian dengan intens. "Kau adalah yang terpenting bagiku, Vivian. Aku tidak akan mengecewakanmu."

Vivian tersenyum, hatinya penuh dengan kehangatan ketika menatap Nathan. "Aku tahu, Nathan. Aku juga akan selalu ada untukmu."

***

Bersambung

Jangan lupa baca karya baru Author 'IPAR ADALAH MAUT' ditunggu kedatangannya, oke ,🤗🤗🤗

Terpopuler

Comments

Lissaerlina

Lissaerlina

lanjuttttt

2024-07-01

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2 Bab 2: Demi Kehormatanmu
3 Bab 3: Temani Aku Makan
4 Bab 4: Rasa Yang Aneh
5 Bab 5: Kambuh Lagi
6 Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7 Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8 Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9 Bab 9: Semakin Dekat
10 Bab 10: Ingat Batasanmu
11 Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12 Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13 Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14 Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15 Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16 Bab 16: Melindungi Sammy
17 Bab 17: BOCAH SETAN!!
18 Bab 18: Janji Nathan
19 Bab 19: Rasa Penasaran
20 Bab 20: Dua Kehidupan
21 Bab 21: Kau Memang Istimewa
22 Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23 Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24 Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25 Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26 Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27 Bab 27: Hari Pertama Kerja
28 Bab 28: Kembang Api
29 Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30 Bab 30: Insiden
31 Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32 Bab 32: Surat Ancaman
33 Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34 Bab 34: Perkelahian Sengit
35 Bab 35: Peringatan Nathan
36 Bab 36: Nathan Cemburu
37 Bab 37: Vivian Di Culikk
38 Bab 38: Kebrutalan Nathan
39 Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40 Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41 Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42 Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43 Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44 Bab 44: Gangguan Kecil
45 Bab 45: Kebrutalan Nathan
46 Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47 Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48 Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49 Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50 Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51 Bab 51: Bocah Setan!!
52 Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53 Bab 53: Peringatan Vivian
54 Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55 Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56 Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57 Bab 57: Kambuh Lagi
58 Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59 Bab 59: Pantai Yang Indah
60 Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61 Bab 61: Rencana Pembunuhan
62 Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63 Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64 Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65 Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66 Bab 66: Pertemuan Besar
67 Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68 Bab 68: Kecelakaan Kecil
69 Bab 69: Maafkan Aku
70 Bab 70: Saling Merindukan
71 Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72 Bab 72: Misi Terakhir
73 Bab 73: Kembali Untukmu
74 Bab 74: Vivian Hamil
75 KEPOIN YUK
76 Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77 Bab 76: Kejahilan Vivian
78 Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79 Bab 78: Merindukan Papa
80 Bab 79: Melihat Kembang Api
81 Bab 80: Insiden Menakutkan
82 Bab 81: Sekali Saja
83 Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84 Bab 83: Tidak Mudah
85 Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86 Bab 85: Amarah Nathan
87 Bab 86: Penuh Kedamaian
88 Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89 Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90 Bab 89: Kepanikan Vivian
91 Bab 90: Si Kembar Berulah
92 Bab 91: Doris Diusir
93 Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94 Bab 93: Keguguran
95 Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96 Bab 95: Membuat Perhitungan
97 Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98 Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99 Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100 Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101 Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102 Bab 101: Dasar Kau Ini
103 Bab 102: Akhir Yang Bahagia
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2
Bab 2: Demi Kehormatanmu
3
Bab 3: Temani Aku Makan
4
Bab 4: Rasa Yang Aneh
5
Bab 5: Kambuh Lagi
6
Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7
Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8
Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9
Bab 9: Semakin Dekat
10
Bab 10: Ingat Batasanmu
11
Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12
Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13
Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14
Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15
Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16
Bab 16: Melindungi Sammy
17
Bab 17: BOCAH SETAN!!
18
Bab 18: Janji Nathan
19
Bab 19: Rasa Penasaran
20
Bab 20: Dua Kehidupan
21
Bab 21: Kau Memang Istimewa
22
Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23
Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24
Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25
Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26
Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27
Bab 27: Hari Pertama Kerja
28
Bab 28: Kembang Api
29
Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30
Bab 30: Insiden
31
Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32
Bab 32: Surat Ancaman
33
Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34
Bab 34: Perkelahian Sengit
35
Bab 35: Peringatan Nathan
36
Bab 36: Nathan Cemburu
37
Bab 37: Vivian Di Culikk
38
Bab 38: Kebrutalan Nathan
39
Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40
Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41
Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42
Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43
Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44
Bab 44: Gangguan Kecil
45
Bab 45: Kebrutalan Nathan
46
Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47
Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48
Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49
Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50
Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51
Bab 51: Bocah Setan!!
52
Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53
Bab 53: Peringatan Vivian
54
Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55
Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56
Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57
Bab 57: Kambuh Lagi
58
Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59
Bab 59: Pantai Yang Indah
60
Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61
Bab 61: Rencana Pembunuhan
62
Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63
Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64
Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65
Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66
Bab 66: Pertemuan Besar
67
Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68
Bab 68: Kecelakaan Kecil
69
Bab 69: Maafkan Aku
70
Bab 70: Saling Merindukan
71
Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72
Bab 72: Misi Terakhir
73
Bab 73: Kembali Untukmu
74
Bab 74: Vivian Hamil
75
KEPOIN YUK
76
Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77
Bab 76: Kejahilan Vivian
78
Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79
Bab 78: Merindukan Papa
80
Bab 79: Melihat Kembang Api
81
Bab 80: Insiden Menakutkan
82
Bab 81: Sekali Saja
83
Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84
Bab 83: Tidak Mudah
85
Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86
Bab 85: Amarah Nathan
87
Bab 86: Penuh Kedamaian
88
Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89
Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90
Bab 89: Kepanikan Vivian
91
Bab 90: Si Kembar Berulah
92
Bab 91: Doris Diusir
93
Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94
Bab 93: Keguguran
95
Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96
Bab 95: Membuat Perhitungan
97
Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98
Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99
Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100
Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101
Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102
Bab 101: Dasar Kau Ini
103
Bab 102: Akhir Yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!