Bab 8: Kehangatan Yang Asing

Vivian memasuki ruangan Nathan dengan wajah cemas. "Aku harus pergi ke rumah sakit. Ayahku tiba-tiba tidak sadarkan diri dan dia harus dirawat," katanya cepat, suaranya bergetar.

Nathan menatap Vivian sejenak, lalu berdiri dari kursinya. "Kalau begitu aku akan pergi denganmu."

Vivian terkejut. "Tapi..."

"Tapi apa?" Nathan menyela cepat, tatapannya tegas. Vivian menggeleng sambil menundukkan kepala, merasa tidak mampu membantah.

Nathan berjalan mendekati Vivian. "Ayo berangkat, jangan buang-buang waktu lagi," ucapnya tanpa basa-basi.

Mereka segera menuju mobil. Nathan memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi namun cepat menuju rumah sakit, meskipun dia mengemudi dengan satu mata karena mata kanannya masih tertutup eyepacht , namun hal tersebut tidak sedikitpun mempengaruhi kemampuannya dalam mengemudi, seolah-olah dia sudah terbiasa dengan kondisinya.

Sepanjang perjalanan, Vivian hanya bisa diam sambil menatap keluar jendela, pikirannya dipenuhi kecemasan tentang kondisi ayahnya.

Nathan sesekali melirik ke arah Vivian, namun tetap fokus mengemudi. "Aku sudah menghubungi dokter terbaik. Mereka akan menangani ayahmu dengan baik," ujarnya, mencoba menenangkan Vivian meski suaranya tetap dingin.

Vivian menoleh, terkejut mendengar perhatian Nathan. "Terima kasih, Tuan... Nathan," ucapnya lirih, merasa sedikit lega.

Nathan hanya mengangguk. "Kewajibanku memastikanmu dan keluargamu baik-baik saja," jawabnya singkat.

Sesampainya di rumah sakit, mereka langsung menuju ruang perawatan. Vivian segera mencari informasi tentang kondisi ayahnya, sementara Nathan berbicara dengan dokter untuk memastikan penanganan yang tepat.

Dokter mengangguk hormat pada Nathan. "Kami akan melakukan yang terbaik, Tuan."

Vivian berdiri di samping Nathan, merasa sedikit lebih tenang meski tetap cemas. "Aku harus melihat ayahku," katanya.

Nathan mengangguk. "Pergilah. Aku akan menunggu di sini."

Vivian bergegas menuju kamar ayahnya, sementara Nathan tetap di tempat, mengawasi situasi dengan tenang dan penuh kewaspadaan. Bagi Vivian, kehadiran Nathan di sampingnya memberikan sedikit rasa aman di tengah kekhawatirannya.

***

Nathan memasuki ruang dokter, meski ada kekhawatiran tersembunyi di balik tatapannya yang dingin. Dokter James, seorang pria paruh baya yang dihormati, berdiri menyambutnya dengan hormat.

"Selamat siang, Tuan Nathan. Silakan duduk," ujar Dokter James dengan sopan.

Nathan duduk tanpa banyak bicara, langsung menuju inti masalah. "Mata kananku semakin memburuk. Apa yang harus aku lakukan?"

Dokter James mengangguk pelan, memahami urgensi yang Nathan rasakan. "Kami sudah melakukan pemeriksaan menyeluruh. Ada masalah serius pada retina Anda. Sebenarnya, ada tumor yang mulai tumbuh di mata kanan Anda. Masih stadium awal, tapi kami harus bertindak cepat."

Nathan menatap dokter dengan datar, meski di dalam hatinya bergejolak. "Operasi?"

"Ya, operasi adalah pilihan terbaik untuk mencegah kerusakan lebih lanjut," jawab Dokter James.

Nathan menggeleng tegas. "Aku tidak mau kehilangan mata kananku. Apa ada metode lain?"

Dokter James menghela napas. "Kami bisa mencoba terapi alternatif, tapi hasilnya tidak seefektif operasi. Risiko tetap ada."

Nathan mempertimbangkan sejenak, lalu mengangguk. "Lakukan yang bisa dilakukan tanpa operasi. Aku tidak mau mengambil risiko kehilangan penglihatan."

Dokter James mengangguk, meski ragu. "Baik, Tuan Nathan. Kami akan mulai terapi secepat mungkin. Tapi Anda harus memahami bahwa ini mungkin tidak cukup."

Nathan berdiri, menatap dokter dengan tatapan dinginnya. "Lakukan yang terbaik. Aku tidak akan menyerah begitu saja."

Dokter James hanya bisa mengangguk lagi, menatap Nathan dengan campuran hormat dan kekhawatiran. "Kami akan melakukan yang terbaik, Tuan Nathan."

Dengan itu, Nathan berbalik dan keluar dari ruang dokter, tetap mempertahankan ketegaran meski di dalam hatinya, ancaman penyakit itu menggantung berat.

***

Nathan melangkah menuju ruangan inap ayah Vivian, tatapannya tetap datar meski pikirannya terbebani oleh masalah matanya, belum lagi dengan penyakit anehnya. Saat dia mendekat, dia melihat Vivian sedang berbincang dengan seorang pemuda yang dia yakini sebagai adiknya.

"Vivian," panggil Nathan dengan suara datarnya.

Vivian segera menoleh menyadari kedatangan Nathan. "Nathan," panggilnya dengan lembut. "Ini adikku, Sammy."

Sammy, yang sebelumnya tampak tegang, segara berdiri dan menyapa Nathan dengan sopan. "Senang bertemu dengan Anda, Tuan Nathan. Jie-Jie, sudah menyatakan yang sebenarnya."

Nathan mengangguk singkat. "Panggil aku Gege saja. Bagaimana kondisi ayahmu?"

Vivian menundukkan kepala, menyembunyikan kegelisahannya. "Dokter bilang kondisinya masih kritis, tapi mereka melakukan yang terbaik. Aku berharap dia segera sadar."

Nathan menatap Vivian sejenak sebelum beralih ke Sammy. "Aku sudah mengatur agar ayah kalian mendapat perawatan terbaik. Jangan khawatir, semua biaya akan ditanggung."

Sammy tampak terkejut dan terharu. "Terima kasih banyak, Ge. Kami benar-benar berterima kasih."

Nathan hanya mengangguk lagi, lalu berbalik ke arah Vivian. "Vivian, kita perlu bicara. Bisa keluar sebentar?"

Vivian mengangguk, menoleh pada Sammy. "Aku akan segara kembali."

Keduanya berjalan keluar ruangan dan menemukan sudut yang lebih sepi. Nathan menatap Vivian dengan pandangan yang sulit dijelaskan, lebih lembut dari biasanya. "Aku baru saja dari dokter. Ada masalah dengan mata kananku. Mereka menyarankan agar aku menjalani operasi, tapi aku memilih terapi alternatif."

Vivian tampak terkejut. "Apa masalahnya sangat serius?" tanyanya memastikan. Nathan mengangguk. "Kenapa tidak olsetuju dengan saran dokter untuk melakukan operasi ? Apa yang membuatmu menolak?"

Nathan menghela napas berat. "Aku tidak ingin mengambil risiko kehilangan penglihatanku. Meski terapi ini mungkin tidak efektif, aku tidak siap untuk itu."

Vivian mengangguk, mencoba memahami. "Aku harap terapi itu berhasil. Tapi, jangan ragu untuk mengambil langkah terbaik untuk kesehatanmu. Dan jika operasi adalah jalan satu-satunya, lebih baik mengambil resiko sekarang daripada di kemudian hari." Ujarnya.

Nathan menatap Vivian dalam-dalam. "Akan aku pikirkan. Dan tentang ayahmu, aku akan memastikan dia mendapat perawatan terbaik. Kalian tidak perlu khawatir tentang biaya atau apapun."

Vivian tersenyum kecil, merasa sedikit lega. "Terima kasih, Nathan. Maaf, harus merepotkanmu." Ucapnya lebih sesal.

Nathan menggeleng. "Tidak sama sekali," dan untuk pertama kalinya, dia merasakan ada kehangatan yang perlahan tumbuh di antara mereka, meski masih tersembunyi di balik sikap dinginnya.

Nathan menatap Vivian dengan serius, pandangannya dingin dan datar. "Apa kau akan menginap disini malam ini?"

Vivian mengangguk pelan. "Iya, aku akan menginap. Kasian Sammy jika sendirian disini,"

Nathan mengangguk kembali. "Kalau begitu, aku juga akan menginap."

Vivian tampak terkejut, tapi dia tahu tidak bisa melarang Nathan. "Baiklah jika itu yang kau inginkan, aku tidak akan melarang,"

Nathan menatapnya sejenak, lalu berkata dengan tegas, "Aku akan mengurus semuanya. Kau fokus saja pada ayahmu." Ucapnya.

Vivian menghela napas lega. Dia kemudian menganggukkan kepala. Nathan akan mengatur agar ayah Vivian mendapatkan perawatan terbaik, memastikan semuanya berjalan lancar. Vivian merasa sedikit tenang dengan kehadiran Nathan yang selalu sigap. Dia benar-benar berhutang budi padanya.

***

Bersambung

Terpopuler

Comments

Aqil Aqil

Aqil Aqil

kasian nathan smg penxktx cpt smbh

2024-06-29

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2 Bab 2: Demi Kehormatanmu
3 Bab 3: Temani Aku Makan
4 Bab 4: Rasa Yang Aneh
5 Bab 5: Kambuh Lagi
6 Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7 Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8 Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9 Bab 9: Semakin Dekat
10 Bab 10: Ingat Batasanmu
11 Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12 Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13 Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14 Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15 Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16 Bab 16: Melindungi Sammy
17 Bab 17: BOCAH SETAN!!
18 Bab 18: Janji Nathan
19 Bab 19: Rasa Penasaran
20 Bab 20: Dua Kehidupan
21 Bab 21: Kau Memang Istimewa
22 Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23 Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24 Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25 Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26 Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27 Bab 27: Hari Pertama Kerja
28 Bab 28: Kembang Api
29 Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30 Bab 30: Insiden
31 Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32 Bab 32: Surat Ancaman
33 Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34 Bab 34: Perkelahian Sengit
35 Bab 35: Peringatan Nathan
36 Bab 36: Nathan Cemburu
37 Bab 37: Vivian Di Culikk
38 Bab 38: Kebrutalan Nathan
39 Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40 Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41 Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42 Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43 Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44 Bab 44: Gangguan Kecil
45 Bab 45: Kebrutalan Nathan
46 Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47 Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48 Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49 Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50 Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51 Bab 51: Bocah Setan!!
52 Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53 Bab 53: Peringatan Vivian
54 Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55 Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56 Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57 Bab 57: Kambuh Lagi
58 Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59 Bab 59: Pantai Yang Indah
60 Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61 Bab 61: Rencana Pembunuhan
62 Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63 Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64 Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65 Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66 Bab 66: Pertemuan Besar
67 Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68 Bab 68: Kecelakaan Kecil
69 Bab 69: Maafkan Aku
70 Bab 70: Saling Merindukan
71 Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72 Bab 72: Misi Terakhir
73 Bab 73: Kembali Untukmu
74 Bab 74: Vivian Hamil
75 KEPOIN YUK
76 Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77 Bab 76: Kejahilan Vivian
78 Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79 Bab 78: Merindukan Papa
80 Bab 79: Melihat Kembang Api
81 Bab 80: Insiden Menakutkan
82 Bab 81: Sekali Saja
83 Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84 Bab 83: Tidak Mudah
85 Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86 Bab 85: Amarah Nathan
87 Bab 86: Penuh Kedamaian
88 Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89 Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90 Bab 89: Kepanikan Vivian
91 Bab 90: Si Kembar Berulah
92 Bab 91: Doris Diusir
93 Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94 Bab 93: Keguguran
95 Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96 Bab 95: Membuat Perhitungan
97 Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98 Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99 Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100 Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101 Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102 Bab 101: Dasar Kau Ini
103 Bab 102: Akhir Yang Bahagia
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2
Bab 2: Demi Kehormatanmu
3
Bab 3: Temani Aku Makan
4
Bab 4: Rasa Yang Aneh
5
Bab 5: Kambuh Lagi
6
Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7
Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8
Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9
Bab 9: Semakin Dekat
10
Bab 10: Ingat Batasanmu
11
Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12
Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13
Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14
Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15
Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16
Bab 16: Melindungi Sammy
17
Bab 17: BOCAH SETAN!!
18
Bab 18: Janji Nathan
19
Bab 19: Rasa Penasaran
20
Bab 20: Dua Kehidupan
21
Bab 21: Kau Memang Istimewa
22
Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23
Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24
Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25
Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26
Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27
Bab 27: Hari Pertama Kerja
28
Bab 28: Kembang Api
29
Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30
Bab 30: Insiden
31
Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32
Bab 32: Surat Ancaman
33
Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34
Bab 34: Perkelahian Sengit
35
Bab 35: Peringatan Nathan
36
Bab 36: Nathan Cemburu
37
Bab 37: Vivian Di Culikk
38
Bab 38: Kebrutalan Nathan
39
Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40
Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41
Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42
Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43
Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44
Bab 44: Gangguan Kecil
45
Bab 45: Kebrutalan Nathan
46
Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47
Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48
Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49
Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50
Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51
Bab 51: Bocah Setan!!
52
Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53
Bab 53: Peringatan Vivian
54
Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55
Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56
Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57
Bab 57: Kambuh Lagi
58
Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59
Bab 59: Pantai Yang Indah
60
Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61
Bab 61: Rencana Pembunuhan
62
Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63
Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64
Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65
Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66
Bab 66: Pertemuan Besar
67
Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68
Bab 68: Kecelakaan Kecil
69
Bab 69: Maafkan Aku
70
Bab 70: Saling Merindukan
71
Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72
Bab 72: Misi Terakhir
73
Bab 73: Kembali Untukmu
74
Bab 74: Vivian Hamil
75
KEPOIN YUK
76
Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77
Bab 76: Kejahilan Vivian
78
Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79
Bab 78: Merindukan Papa
80
Bab 79: Melihat Kembang Api
81
Bab 80: Insiden Menakutkan
82
Bab 81: Sekali Saja
83
Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84
Bab 83: Tidak Mudah
85
Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86
Bab 85: Amarah Nathan
87
Bab 86: Penuh Kedamaian
88
Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89
Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90
Bab 89: Kepanikan Vivian
91
Bab 90: Si Kembar Berulah
92
Bab 91: Doris Diusir
93
Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94
Bab 93: Keguguran
95
Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96
Bab 95: Membuat Perhitungan
97
Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98
Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99
Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100
Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101
Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102
Bab 101: Dasar Kau Ini
103
Bab 102: Akhir Yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!