Bab 10: Ingat Batasanmu

"Tuan Muda," Monica menghentikan langkah Nathan ketika melihat kedatangan sang majikan.

Nathan menatapnya dingin. "Ada apa, Monica?"

Monica menelan ludah, mencoba menemukan kata-kata yang tepat. "Saya... saya ingin bicara dengan Anda, Tuan Muda," ucapnya ragu.

Nathan mengerutkan keningnya sedikit. "Bicaralah," katanya singkat, tetapi terdengar dingin.

Monica mengatur napasnya, mencoba mengumpulkan keberanian. "Saya ingin... saya ingin memberitahukan bahwa... saya sudah lama memperhatikan Anda, Tuan Muda. Saya mengagumi Anda bukan hanya sebagai majikan, tetapi sebagai pria yang luar biasa. Saya... Jatuh cinta pada, Tuan Muda."

"Lalu?"

"Bisakah, Tuan Muda memberikan kesempatan pada saya untuk bisa dekat dengan Anda?"

Nathan mendengarkan tanpa ekspresi yang berubah. Dia tidak terkesan dengan pengakuan Monica. "Monica, kau harus menjaga batasanmu dan sadar dengan posisimu disini. Hubungan antara kita hanya sebatas majikan dan pelayan, tidak lebih," jawabnya dingin.

Monica menundukkan kepala, merasa tersinggung namun mencoba menyembunyikan kekecewaannya. "Maafkan saya jika perasaan ini melewati batas, Tuan Muda. Saya hanya ingin Anda tahu," ucapnya dengan suara yang bergetar sedikit.

Nathan mengangguk sekali. "Hn. Pergilah dan lanjutkan pekerjaanmu, jangan menggangguku lagi," ujarnya dengan nada dingin.

Monica mengangguk cepat. "Ya, Tuan Muda," balasnya singkat, kemudian memilih untuk pergi tanpa menatap Nathan lagi..

Monica mengepal tangan dengan kuat, gemetar oleh kebencian yang membara di dalam dirinya. Tangannya terasa dingin meskipun napasnya panas dari kemarahan yang menyala-nyala. Dalam hatinya, api dendamnya berkobar semakin besar.

Hati Nathan terlalu dingin untuk diraih, dan satu-satunya orang yang berhasil membuat hatinya yang belum sedikit melunak hanya Vivian. Tangan Monica terkepal kuat. Dia semakin membenci Vivian, karena dia, dirinya tidak memiliki kesempatan untuk bisa mendekati Nathan.

"Vivian, tunggu saja bagaimana aku akan menghancurkanmu!"

***

Nathan berdiri di depan cermin kamar mandi dengan tatapan datar. Dengan satu tarikan, benda hitam bertali pada mata kanannya terlepas. Jika dilihat sekilas, tidak ada yang salah pada mata itu dan terlihat normal, namun di balik kesan itu tersembunyi masalah serius.

Retina matanya mengalami ancaman yang tidak dapat diabaikan, sebuah tumor berkembang dengan diam-diam di sana. Nathan memandang dalam kekosongan, pikirannya dipenuhi pertimbangan yang serius. Dia tahu operasi adalah pilihan terbaik, meski dengan risiko besar. Tapi Nathan masih belum memikirkan untuk mengambil jalan tersebut.

***

Vivian duduk di samping Sammy di ruang tunggu rumah sakit, mencoba menenangkan adiknya yang gelisah. Wajah Sammy penuh ketakutan dan kekhawatiran yang jelas terlihat.

"Jie, apa yang akan terjadi pada, Papa?" tanya Sammy dengan suara gemetar.

Vivian meraih tangan Sammy lalu menggenggamnya. "Jangan terlalu cemas. Papa, pasti akan baik-baik saja. Dokter sedang melakukan yang terbaik untuknya," ucapnya menenangkan, meskipun hatinya juga cemas.

Sammy menatap kakaknya dengan mata berkaca-kaca. "Aku takut, Jie. Aku takut dia akan meninggalkan kita juga," ucapnya lirih.

Vivian mengusap punggung tangan adiknya. "Tidak, Sammy. Kita akan selalu bersama. Papa, pasti akan pulih seperti dulu," ujarnya dengan suara yang berusaha tetap stabil meskipun air mata mulai menggenang di matanya.

Sammy menelan ludah, matanya menatap kosong ke lantai rumah sakit. "Mama, sudah pergi meninggalkan kita, sekarang Papa akan pergi juga, bukan?" gumamnya pelan.

Vivian menarik adiknya untuk mendekat. "Tidak, Sammy. Papa, tidak akan pergi. Dia akan tetap bersama kita," kata Vivian dengan penuh keyakinan, mencoba menenangkan adiknya yang hancur.

Sammy menatap kakaknya, matanya mencari kepastian. "Benarkah, Jie?"

Vivian mengangguk sambil tersenyum. "Ya, itu benar. Kita harus percaya pada dokter. Semua akan baik-baik saja," ucapnya dengan suara lembut.

Sammy mengangguk perlahan, tangannya masih gemetar di genggaman Vivian. "Ya, semoga saja. Aku hanya takut kehilangannya lagi," ucapnya dengan suara tercekat.

Vivian merangkul adiknya erat-erat. "Itu tidak akan terjadi, Sammy. Jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja. Papa, dia akan kembali pada kita," ujarnya dengan penuh keyakinan.

Vivian menutup matanya rapat-rapat. Dia juga merasakan ketakutan yang sama. namun tidak mau terlalu menunjukkannya, dia tidak ingin membuat Sammy semakin cemas dan gelisah. Jadi sebisa mungkin dia menahan air matanya

Sementara itu... Terlihat Nathan melangkah masuk ke ruang tunggu, membawa beberapa kantong berisi makanan dan sebuah tas berisi pakaian ganti. Vivian dan Sammy yang sedang duduk bersama di ruang tunggu, terkejut melihat kedatangannya.

"Nathan, kau kembali?" ujar Vivian sedikit terkejut.

"Aku membawa makanan untuk kalian berdua dan pakaian ganti untukmu," jawab Nathan tanpa basa-basi, sambil meletakkan barang-barangnya di kursi kosong di samping mereka.

Vivian mengangguk mengerti, ia bangkit dari duduknya lalu menghampiri Nathan dan membantu membawa barang-barang itu, senyum terukir di bibirnya. "Terima kasih," ucapnya dengan senyum hangat.

Nathan menatapnya sekilas lalu mengangguk, tidak ada ekspresi berlebihan pada ekspresinya. "Bagaimana keadaan Ayahmu?" tanyanya langsung, suaranya tetap dingin namun terdengar penuh perhatian.

Vivian menjelaskan dengan lembut, "Belum ada perkembangan berarti. Dokter masih memantau kondisinya."

Sammy yang duduk di samping Vivian, ikut berbicara dengan suara kecil. "Papa, masih belum sadar, Ge."

Nathan mengangguk singkat. "Semoga saja ada perubahan," ucapnya singkat, mengambil tempat duduk di dekat mereka.

Vivian duduk di sampingnya, membuka kantong plastik yang berisi makanan. "Terima kasih sudah membawakan ini, kami memang agak sedikit lapar," katanya sambil membagikan makanan kepada adiknya.

Nathan menatap kantong plastik lainnya, memastikan semuanya sudah ada. "Kalian butuh banyak energi, jangan sampai salah satu diantara kalian sampai jatuh sakit," tambahnya, masih dengan nada dingin namun terdengar seperti pernyataan.

Vivian mengangguk. "Maaf, harus merepotkanmu." Ucapnya penuh sesal.

Nathan menggeleng perlahan. "Bukan masalah besar. Sammy, sebaiknya kau pulang saja. Kakakmu biar aku yang menemani, bukankah besok kau harus pergi sekolah."

Sammy mengangguk patuh. "Iya, kau benar. Tadinya aku mau memintanya padamu, tapi rasanya tidak enak untuk mengatakannya sendiri. Tapi karena kau yang mengatakannya, aku tidak perlu ragu lagi untuk meninggalkan Jie-Jieku di sini. Jie, aku pulang dulu ya. Ge, aku titip dia, ya." Ucap Sammy dan dibalas anggukan oleh Nathan.

Vivian menatap Sammy dengan penuh perhatian. "Sammy, hati-hati di jalan ya."

Sammy tersenyum lalu menganggukkan kepala, dia tetap berusaha ceria seperti biasanya meskipun hatinya masih diliputi rasa gelisah. "Baiklah, Jie. Aku akan hati-hati. Aku pulang dulu. Ge, titip ya, aku pergi dulu." Ucap Sammy. Tak lupa dia membawa makanan yang dibawakan oleh Nathan untuk dia makan jika nanti merasa lapar.

Mereka berpisah di ruang tunggu rumah sakit, di mana Nathan tetap duduk dengan tenangnya, sementara Sammy pergi menuju ke pintu keluar. Suasana hening seketika menyelimuti kebersamaan mereka berdua.

***

Bersambung

Terpopuler

Comments

Nuryati Yati

Nuryati Yati

mlah nyalahin Vivian

2024-12-12

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Gila..gak sadar diri banget..

2024-10-27

1

Ruk Mini

Ruk Mini

muai ada peningkatan ye bank

2024-09-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2 Bab 2: Demi Kehormatanmu
3 Bab 3: Temani Aku Makan
4 Bab 4: Rasa Yang Aneh
5 Bab 5: Kambuh Lagi
6 Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7 Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8 Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9 Bab 9: Semakin Dekat
10 Bab 10: Ingat Batasanmu
11 Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12 Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13 Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14 Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15 Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16 Bab 16: Melindungi Sammy
17 Bab 17: BOCAH SETAN!!
18 Bab 18: Janji Nathan
19 Bab 19: Rasa Penasaran
20 Bab 20: Dua Kehidupan
21 Bab 21: Kau Memang Istimewa
22 Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23 Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24 Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25 Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26 Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27 Bab 27: Hari Pertama Kerja
28 Bab 28: Kembang Api
29 Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30 Bab 30: Insiden
31 Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32 Bab 32: Surat Ancaman
33 Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34 Bab 34: Perkelahian Sengit
35 Bab 35: Peringatan Nathan
36 Bab 36: Nathan Cemburu
37 Bab 37: Vivian Di Culikk
38 Bab 38: Kebrutalan Nathan
39 Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40 Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41 Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42 Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43 Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44 Bab 44: Gangguan Kecil
45 Bab 45: Kebrutalan Nathan
46 Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47 Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48 Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49 Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50 Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51 Bab 51: Bocah Setan!!
52 Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53 Bab 53: Peringatan Vivian
54 Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55 Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56 Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57 Bab 57: Kambuh Lagi
58 Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59 Bab 59: Pantai Yang Indah
60 Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61 Bab 61: Rencana Pembunuhan
62 Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63 Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64 Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65 Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66 Bab 66: Pertemuan Besar
67 Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68 Bab 68: Kecelakaan Kecil
69 Bab 69: Maafkan Aku
70 Bab 70: Saling Merindukan
71 Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72 Bab 72: Misi Terakhir
73 Bab 73: Kembali Untukmu
74 Bab 74: Vivian Hamil
75 KEPOIN YUK
76 Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77 Bab 76: Kejahilan Vivian
78 Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79 Bab 78: Merindukan Papa
80 Bab 79: Melihat Kembang Api
81 Bab 80: Insiden Menakutkan
82 Bab 81: Sekali Saja
83 Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84 Bab 83: Tidak Mudah
85 Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86 Bab 85: Amarah Nathan
87 Bab 86: Penuh Kedamaian
88 Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89 Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90 Bab 89: Kepanikan Vivian
91 Bab 90: Si Kembar Berulah
92 Bab 91: Doris Diusir
93 Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94 Bab 93: Keguguran
95 Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96 Bab 95: Membuat Perhitungan
97 Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98 Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99 Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100 Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101 Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102 Bab 101: Dasar Kau Ini
103 Bab 102: Akhir Yang Bahagia
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2
Bab 2: Demi Kehormatanmu
3
Bab 3: Temani Aku Makan
4
Bab 4: Rasa Yang Aneh
5
Bab 5: Kambuh Lagi
6
Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7
Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8
Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9
Bab 9: Semakin Dekat
10
Bab 10: Ingat Batasanmu
11
Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12
Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13
Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14
Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15
Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16
Bab 16: Melindungi Sammy
17
Bab 17: BOCAH SETAN!!
18
Bab 18: Janji Nathan
19
Bab 19: Rasa Penasaran
20
Bab 20: Dua Kehidupan
21
Bab 21: Kau Memang Istimewa
22
Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23
Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24
Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25
Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26
Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27
Bab 27: Hari Pertama Kerja
28
Bab 28: Kembang Api
29
Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30
Bab 30: Insiden
31
Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32
Bab 32: Surat Ancaman
33
Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34
Bab 34: Perkelahian Sengit
35
Bab 35: Peringatan Nathan
36
Bab 36: Nathan Cemburu
37
Bab 37: Vivian Di Culikk
38
Bab 38: Kebrutalan Nathan
39
Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40
Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41
Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42
Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43
Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44
Bab 44: Gangguan Kecil
45
Bab 45: Kebrutalan Nathan
46
Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47
Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48
Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49
Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50
Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51
Bab 51: Bocah Setan!!
52
Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53
Bab 53: Peringatan Vivian
54
Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55
Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56
Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57
Bab 57: Kambuh Lagi
58
Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59
Bab 59: Pantai Yang Indah
60
Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61
Bab 61: Rencana Pembunuhan
62
Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63
Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64
Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65
Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66
Bab 66: Pertemuan Besar
67
Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68
Bab 68: Kecelakaan Kecil
69
Bab 69: Maafkan Aku
70
Bab 70: Saling Merindukan
71
Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72
Bab 72: Misi Terakhir
73
Bab 73: Kembali Untukmu
74
Bab 74: Vivian Hamil
75
KEPOIN YUK
76
Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77
Bab 76: Kejahilan Vivian
78
Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79
Bab 78: Merindukan Papa
80
Bab 79: Melihat Kembang Api
81
Bab 80: Insiden Menakutkan
82
Bab 81: Sekali Saja
83
Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84
Bab 83: Tidak Mudah
85
Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86
Bab 85: Amarah Nathan
87
Bab 86: Penuh Kedamaian
88
Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89
Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90
Bab 89: Kepanikan Vivian
91
Bab 90: Si Kembar Berulah
92
Bab 91: Doris Diusir
93
Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94
Bab 93: Keguguran
95
Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96
Bab 95: Membuat Perhitungan
97
Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98
Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99
Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100
Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101
Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102
Bab 101: Dasar Kau Ini
103
Bab 102: Akhir Yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!