Bab 17: BOCAH SETAN!!

BRAKK...

Vivian terkejut mendengar suara pintu dibanting dengan keras. Dia menoleh dan matanya membulat sempurna melihat Nathan masuk ke kamar mereka dengan langkah tertatih-tatih sambil mencengkram dadanya.

Tubuhnya terlihat lemah, dan Vivian tahu bahwa penyakit aneh suaminya sedang kambuh. "Nathan!" Tanpa pikir panjang, Vivian menghampiri Nathan lalu memegang wajahnya.

"Nathan, kau baik-baik saja?" tanya Vivian, suaranya penuh kekhawatiran.

Nathan tidak menjawab, hanya menarik Vivian lebih dekat dan mencium bibirnya dengan cepat dan dalam. Jari-jarinya mulai membuka kancing blus brokat yang Vivian kenakan. Dengan kekuatan yang tersisa, Nathan mendorongnya hingga mereka jatuh bersamaan ke tempat tidur.

Vivian terbaring di bawah Nathan yang mulai menindihnya. Dia merasakan desakan kuat dari bibir Nathan yang mulai menghisap ASII-nya. Vivian memejamkan matanya, tangannya terkepal kuat di seprai, dan dia merasakan getaran aneh saat bibir Nathan terus menghisap putingnya.

"Nathan..." dessah Vivian, suaranya hampir tak terdengar.

Nathan berhenti sejenak, menatap mata Vivian dengan intensitas yang sulit dijelaskan. "Aku butuh ini," katanya singkat, sebelum melanjutkan menghisap dengan lebih dalam.

Vivian tidak mampu berkata-kata lagi. Rasa campur aduk antara khawatir dan anehnya kenikmatan membuatnya terdiam. Tangannya secara refleks memegang erat rambut Nathan, mencoba menahan perasaan yang bercampur aduk dalam dirinya.

Suara dessahan Vivian terdengar lembut, hampir seperti bisikan. Dia merasakan getaran yang semakin kuat di tubuhnya, tetapi dia tahu bahwa Nathan membutuhkannya. Getaran aneh itu membuat Vivian merasa lebih dekat dengan suaminya, meskipun situasi mereka sangat tidak biasa.

Nathan akhirnya berhenti, mengangkat kepalanya dan menatap Vivian dengan tatapan yang lebih tenang. "Terima kasih," katanya dengan nada lebih lembut daripada sebelumnya.

Vivian hanya mengangguk, masih mencoba mengatur napasnya. "Kau tampak pucat," kata Vivian, suaranya bergetar.

Nathan mengangguk pelan. "Aku akan baik-baik saja. Hanya butuh istirahat sekarang."

Vivian menatap Nathan dengan mata penuh perhatian. "Sebaiknya kau istirahat saja, pulihkan tenagamu, aku akan menemanimu disini,"

Nathan menutup matanya, merasakan sentuhan lembut dari tangan Vivian di pipinya. "Aku tahu," jawabnya singkat, sebelum akhirnya terlelap di pelukan Vivian.

.

.

Vivian menatap wajah Nathan yang terlihat polos, seperti anak kecil saat sedang tidur. Dengan hati-hati, jari-jarinya menyentuh perban pada mata kanannya. Ketika Vivian menyentuhnya dengan sedikit tekanan, dia tidak merasakan adanya bola mata di balik perban itu. Tanpa terasa, air mata mengalir dari pelupuk matanya.

"Bodoh sekali aku," bisiknya pada diri sendiri.

Buru-buru Vivian menghapus air matanya, mencoba menahan perasaan yang bergolak di dalam dadanya. Dia memalingkan muka ke arah lain, berusaha mengalihkan pikirannya dari rasa sakit yang dirasakannya untuk Nathan.

Dalam keheningan kamar, Vivian berbisik pada dirinya sendiri, "Aku akan selalu ada untukmu, Nathan. Apapun yang terjadi."

Vivian kemudian menarik selimut menutupi tubuh Nathan yang lelah. Dia mengusap lembut rambut suaminya, memastikan Nathan merasa nyaman. "Istirahatlah yang cukup," ucapnya perlahan, meskipun dia tahu Nathan tidak bisa mendengarnya.

.

.

Tengah malam, Nathan terbangun. Dia mendapati dirinya tertidur dalam pelukan Vivian. Mata kirinya menatap wajah Vivian yang terlihat lelah namun polos. Sudut bibirnya tertarik ke atas, membentuk senyum tipis. Dengan perlahan dan hati-hati, Nathan bangkit dari posisinya, berusaha agar tidak membangunkan Vivian. Dia melangkah keluar meninggalkan kamar dengan tenang.

Nathan menuju ruang keluarga yang sepi. Di sana, dia mengambil sebotol anggur mewah dari rak dan menuangkannya ke dalam gelas. Dia meneguk perlahan, merasakan rasa anggur yang kaya di lidahnya. Pandangannya terarah ke jendela besar yang memperlihatkan langit malam bertabur bintang.

Nathan berdiri di dekat jendela, menikmati ketenangan malam yang hanya ditemani oleh suara angin yang berhembus pelan. Pikirannya melayang, merenungkan segala yang telah terjadi dan segala yang akan datang.

Dalam kesunyian itu, Nathan mengambil napas dalam-dalam, mencoba melepaskan beban yang menghimpit hatinya. Anggur di tangannya terasa seperti pelipur lara sementara.

Nathan menatap langit malam untuk beberapa saat lagi sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali ke kamar. Dengan langkah perlahan, dia berjalan menuju tempat tidur, kembali ke sisi Vivian yang masih terlelap. Dia berbaring di sampingnya, memastikan bahwa kehangatan tubuhnya kembali menyelimuti Vivian.

***

Monica menghadang Sammy yang hendak menaiki tangga. Wajahnya penuh dengan amarah, dan suaranya bergetar dengan kekesalan. "Kau manusia tak tahu diri! Kau pikir kau pantas berada di sini, di kediaman Xi yang mewah? Manusia seperti kau seharusnya tahu tempatnya!" makinya dengan kata-kata tajam.

Sammy hanya bisa menunduk, tidak berani menjawab. Kepalanya tertunduk dalam-dalam, menahan rasa malu dan takut.

Di lantai dua, Henry dan Rio yang melihat kejadian itu saling berpandangan dan tersenyum penuh rencana. Mereka mengambil seekor kecoa dari sebuah kotak kecil yang mereka bawa. Dengan cekatan, Henry menjatuhkan kecoa itu tepat ke arah Monica.

Kecoa itu langsung masuk ke dalam pakaian Monica, membuat wanita itu panik dan histeris. "Aaaah! Apa ini? Ada kecoa! Tolong!" teriaknya sambil melompat-lompat, mencoba mengusir kecoa itu dari tubuhnya.

Rio dan Henry tertawa puas dari lantai dua, melihat Monica dalam kepanikan. "Rasakan itu! Emang enak!" teriak Rio sambil tertawa terbahak-bahak.

Henry menambahkan, "Itulah akibatnya kalau berani mengganggu adik kami!"

Monica yang masih dalam kepanikan, mencoba melepaskan kecoa itu dari tubuhnya sambil melirik ke arah Henry dan Rio dengan penuh kemarahan. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa selain terus berteriak dan berusaha mengusir kecoa itu. Sammy yang melihat kejadian itu merasa sedikit lega, meskipun dia tetap merasa terintimidasi oleh kemarahan Monica.

Sammy mengangkat kepalanya, menatap Henry dan Rio dan tersenyum . Kedua pemuda itu memberi isyarat agar Sammy melanjutkan langkahnya. "Ayo, Brother. Jangan pedulikan dia," ujar Henry dengan senyum lebar.

Dengan sedikit keberanian yang tersisa, Sammy akhirnya melangkah naik ke tangga, meninggalkan Monica yang masih berteriak histeris di belakangnya. "Bocah Setan!! Awas saja kalian berdua, ya!!"

***

Bersambung

Terpopuler

Comments

Nuryati Yati

Nuryati Yati

terus yg pntas siapa Monica kamu mimpi mu ketinggian

2024-12-13

0

sella surya amanda

sella surya amanda

lanjut

2024-07-01

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2 Bab 2: Demi Kehormatanmu
3 Bab 3: Temani Aku Makan
4 Bab 4: Rasa Yang Aneh
5 Bab 5: Kambuh Lagi
6 Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7 Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8 Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9 Bab 9: Semakin Dekat
10 Bab 10: Ingat Batasanmu
11 Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12 Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13 Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14 Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15 Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16 Bab 16: Melindungi Sammy
17 Bab 17: BOCAH SETAN!!
18 Bab 18: Janji Nathan
19 Bab 19: Rasa Penasaran
20 Bab 20: Dua Kehidupan
21 Bab 21: Kau Memang Istimewa
22 Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23 Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24 Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25 Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26 Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27 Bab 27: Hari Pertama Kerja
28 Bab 28: Kembang Api
29 Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30 Bab 30: Insiden
31 Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32 Bab 32: Surat Ancaman
33 Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34 Bab 34: Perkelahian Sengit
35 Bab 35: Peringatan Nathan
36 Bab 36: Nathan Cemburu
37 Bab 37: Vivian Di Culikk
38 Bab 38: Kebrutalan Nathan
39 Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40 Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41 Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42 Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43 Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44 Bab 44: Gangguan Kecil
45 Bab 45: Kebrutalan Nathan
46 Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47 Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48 Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49 Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50 Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51 Bab 51: Bocah Setan!!
52 Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53 Bab 53: Peringatan Vivian
54 Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55 Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56 Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57 Bab 57: Kambuh Lagi
58 Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59 Bab 59: Pantai Yang Indah
60 Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61 Bab 61: Rencana Pembunuhan
62 Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63 Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64 Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65 Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66 Bab 66: Pertemuan Besar
67 Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68 Bab 68: Kecelakaan Kecil
69 Bab 69: Maafkan Aku
70 Bab 70: Saling Merindukan
71 Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72 Bab 72: Misi Terakhir
73 Bab 73: Kembali Untukmu
74 Bab 74: Vivian Hamil
75 KEPOIN YUK
76 Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77 Bab 76: Kejahilan Vivian
78 Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79 Bab 78: Merindukan Papa
80 Bab 79: Melihat Kembang Api
81 Bab 80: Insiden Menakutkan
82 Bab 81: Sekali Saja
83 Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84 Bab 83: Tidak Mudah
85 Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86 Bab 85: Amarah Nathan
87 Bab 86: Penuh Kedamaian
88 Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89 Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90 Bab 89: Kepanikan Vivian
91 Bab 90: Si Kembar Berulah
92 Bab 91: Doris Diusir
93 Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94 Bab 93: Keguguran
95 Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96 Bab 95: Membuat Perhitungan
97 Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98 Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99 Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100 Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101 Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102 Bab 101: Dasar Kau Ini
103 Bab 102: Akhir Yang Bahagia
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2
Bab 2: Demi Kehormatanmu
3
Bab 3: Temani Aku Makan
4
Bab 4: Rasa Yang Aneh
5
Bab 5: Kambuh Lagi
6
Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7
Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8
Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9
Bab 9: Semakin Dekat
10
Bab 10: Ingat Batasanmu
11
Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12
Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13
Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14
Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15
Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16
Bab 16: Melindungi Sammy
17
Bab 17: BOCAH SETAN!!
18
Bab 18: Janji Nathan
19
Bab 19: Rasa Penasaran
20
Bab 20: Dua Kehidupan
21
Bab 21: Kau Memang Istimewa
22
Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23
Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24
Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25
Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26
Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27
Bab 27: Hari Pertama Kerja
28
Bab 28: Kembang Api
29
Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30
Bab 30: Insiden
31
Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32
Bab 32: Surat Ancaman
33
Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34
Bab 34: Perkelahian Sengit
35
Bab 35: Peringatan Nathan
36
Bab 36: Nathan Cemburu
37
Bab 37: Vivian Di Culikk
38
Bab 38: Kebrutalan Nathan
39
Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40
Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41
Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42
Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43
Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44
Bab 44: Gangguan Kecil
45
Bab 45: Kebrutalan Nathan
46
Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47
Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48
Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49
Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50
Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51
Bab 51: Bocah Setan!!
52
Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53
Bab 53: Peringatan Vivian
54
Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55
Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56
Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57
Bab 57: Kambuh Lagi
58
Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59
Bab 59: Pantai Yang Indah
60
Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61
Bab 61: Rencana Pembunuhan
62
Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63
Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64
Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65
Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66
Bab 66: Pertemuan Besar
67
Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68
Bab 68: Kecelakaan Kecil
69
Bab 69: Maafkan Aku
70
Bab 70: Saling Merindukan
71
Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72
Bab 72: Misi Terakhir
73
Bab 73: Kembali Untukmu
74
Bab 74: Vivian Hamil
75
KEPOIN YUK
76
Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77
Bab 76: Kejahilan Vivian
78
Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79
Bab 78: Merindukan Papa
80
Bab 79: Melihat Kembang Api
81
Bab 80: Insiden Menakutkan
82
Bab 81: Sekali Saja
83
Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84
Bab 83: Tidak Mudah
85
Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86
Bab 85: Amarah Nathan
87
Bab 86: Penuh Kedamaian
88
Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89
Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90
Bab 89: Kepanikan Vivian
91
Bab 90: Si Kembar Berulah
92
Bab 91: Doris Diusir
93
Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94
Bab 93: Keguguran
95
Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96
Bab 95: Membuat Perhitungan
97
Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98
Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99
Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100
Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101
Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102
Bab 101: Dasar Kau Ini
103
Bab 102: Akhir Yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!