Bab 2: Demi Kehormatanmu

"Vivian, Tuan Muda mencarimu. Dia ingin kau datang menemuinya."

Deg...

Tubuh Vivian seketika membeku setelah mendengar kalimat yang baru saja terlontar dari mulut Max. Insiden yang terjadi pagi tadi masih begitu membekas di ingatannya. Ketakutan terlihat jelas di sepasang matanya yang indah.

"Apa yang sedang kau lamunkan? Apakah kau tidak mendengar apa yang aku katakan?" Suara Max kembali terdengar di telinganya.

Vivian mengangguk dengan cepat, kemudian dia beranjak dari hadapan Max dan pergi begitu saja. Jantungnya berdebar kencang saat dia melangkah menuju kamar Nathan. Langkahnya terasa berat, seakan-akan ada beban tak terlihat yang menghambatnya.

Sesampainya di depan pintu kamar Nathan, Vivian berhenti sejenak, mengambil napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Dia mengetuk pintu pelan, lalu mendengar suara Nathan dari dalam kamar yang mempersilakannya masuk.

"Masuk," ujar Nathan dengan nada dingin, meski ada sedikit kekakuan dalam suaranya.

Vivian membuka pintu dan masuk ke dalam kamar. Nathan duduk di tepi tempat tidurnya, menatap keluar jendela seolah sedang memikirkan sesuatu yang sangat dalam. Saat dia melihat Vivian masuk, Nathan mengalihkan pandangannya dan mengisyaratkan agar dia mendekat.

"Vivian, duduk," kata Nathan tegas. "Aku tidak suka bertele-tele, jadi dengarkan baik-baik."

Dia mengambil selembar kertas dari meja di sampingnya dan menyerahkannya kepada Vivian. "Ini adalah kontrak pernikahan," katanya tanpa basa-basi. "Aku ingin menikahimu secara kontrak. Dengan cara ini, aku bisa memastikan kau mendapatkan perlindungan dan kompensasi yang layak."

Vivian menatap kertas itu dengan bingung. "Pernikahan kontrak?" tanyanya, suaranya bergetar. "Kenapa? Kenapa harus seperti ini?"

Nathan menunduk, suaranya tetap dingin. "Aku membutuhkan ASI untuk bertahan hidup," katanya tanpa keraguan. "Setelah kejadian tadi pagi, ini adalah satu-satunya cara untuk memastikan kau tetap aman dan terhindar dari situasi yang sama di masa depan. Dengan pernikahan ini, kau akan memiliki perlindungan hukum dan finansial."

Vivian menggelengkan kepala, tidak percaya dengan apa yang didengarnya. "Tuan Muda, ini... ini gila. Saya tidak bisa... saya tidak bisa menikah dengan Anda hanya karena alasan ini."

Nathan menatapnya tajam. "Aku tidak meminta pendapatmu. Ini bukan permintaan. Pertimbangkan ini sebagai perintah," ujarnya tegas. "Ini adalah solusi terbaik bagi kita berdua. Aku tidak ingin insiden pagi tadi terulang. Jangan terlalu lama mengambil keputusan. Waktu adalah uang dan itu sangat berharga."

"Maaf, Tuan Muda, beri saya waktu untuk memikirkannya," Dengan perasaan campur aduk, Vivian meninggalkan kamar Nathan. Dia berjalan kembali ke kamarnya dengan langkah yang berat, pikirannya penuh dengan kebingungan dan ketakutan.

Di satu sisi, dia merasa simpati terhadap penderitaan Nathan. Namun di sisi lain, dia merasa terjebak dalam situasi yang tidak pernah diharapkannya.

Di kamarnya, Vivian duduk di tepi tempat tidur, menatap kertas kontrak di tangannya. "Apa yang harus aku lakukan?" gumamnya pelan. Dia tahu bahwa keputusan yang akan diambilnya akan mengubah hidupnya selamanya. Satu hal yang pasti, dia harus membuat keputusan yang terbaik untuk dirinya sendiri.

.

.

Nathan menghela napas panjang, menatap senja yang semakin memudar di cakrawala. Beban pikirannya terasa semakin berat setelah pertemuannya dengan Vivian. Tiba-tiba, Max masuk ke dalam kamar dan menghampirinya dengan langkah sigap.

"Tuan Muda, Anda memanggil saya?" tanya Max dengan nada penuh hormat.

Nathan menoleh, menatap Max sejenak sebelum akhirnya berbicara. "Max, aku ingin supaya kau menyelidiki tentang Vivian," katanya dengan suara tegas. "Cari tahu semua tentang dia, termasuk latar belakang keluarganya."

Max mengangguk, menerima perintah tersebut tanpa banyak bertanya. "Baik, Tuan Muda. Apakah ada hal khusus yang perlu saya fokuskan?"

Nathan menghela napas lagi, kali ini dengan nada frustrasi yang samar. "Cari tahu apakah ada hal lain yang perlu aku ketahui. Apa pun yang mungkin relevan dengan situasi ini."

Max memahami keseriusan dalam nada bicara Nathan. "Saya mengerti, Tuan. Saya akan segera mengurusnya."

"Pastikan semua dilakukan dengan hati-hati. Aku tidak ingin dia tahu tentang penyelidikan ini," lanjut Nathan, tatapannya kembali mengarah ke jendela.

Max mengangguk sekali lagi sebelum berbalik dan meninggalkan kamar, meninggalkan Nathan dalam kesunyian yang penuh dengan pikiran dan kekhawatiran. Nathan menghela napas untuk kesekian kalinya. Dia tahu bahwa dia perlu memahami lebih banyak tentang Vivian dan situasinya sebelum mengambil langkah lebih lanjut.

Di dalam kamar yang semakin gelap, Nathan merenung. Dia tidak suka harus mengandalkan orang lain, apalagi dengan cara seperti ini. Namun, keadaan memaksa dirinya untuk melakukan segala yang diperlukan demi kesehatannya.

"Vivian," gumam Nathan pelan, seolah-olah nama itu adalah sebuah misteri yang harus dipecahkan. Dia tahu bahwa keputusan ini akan membawa perubahan besar, baik bagi dirinya maupun bagi Vivian. Tapi demi menjaga kehormatannya, Nathan mengambil tindakan tersebut.

***

Di dapur yang sibuk, Vivian dan beberapa pelayan lainnya sedang sibuk menyiapkan makan malam. Meski hanya ada satu orang yang harus mereka layani, berbagai hidangan selalu tersaji di atas meja setiap harinya, mencerminkan standar tinggi yang dijaga di rumah besar itu.

Vivian, sebagai orang baru, merasa canggung di tengah para pelayan yang sudah lebih berpengalaman. Suara beradu peralatan dapur dan aroma harum masakan mengisi udara, membuat suasana dapur terasa hidup dan dinamis.

"Sini, Vivian, bantu aku potong sayuran ini," kata Martha, salah satu pelayan senior yang ramah. Martha tahu betapa sulitnya menjadi orang baru di lingkungan yang serba formal ini.

Vivian mengangguk dan mendekat. "Baik, Martha," jawabnya sambil mengambil pisau dan mulai memotong sayuran dengan hati-hati. Dia ingin memastikan semua tugasnya dikerjakan dengan baik.

"Jangan terlalu tegang, Vivian. Kami semua pernah menjadi orang baru di sini," kata Jake, pelayan lain yang lebih tua, sambil tersenyum pada Vivian. "Kau akan terbiasa seiring berjalannya waktu."

Vivian tersenyum malu-malu. "Terima kasih, Jake. Aku hanya tidak ingin membuat kesalahan," katanya pelan.

Martha menepuk bahu Vivian dengan lembut. "Tidak apa-apa. Yang penting kau mau belajar dan bekerja keras. Kita semua di sini untuk saling membantu."

Saat mereka sibuk bekerja, Vivian merasakan sedikit beban di pundaknya berkurang. Meski masih canggung, keramahan dari para pelayan senior membuatnya merasa sedikit lebih nyaman.

Setelah beberapa saat, pintu dapur terbuka dan Nathan masuk, mengejutkan semua orang. Kehadiran Nathan di dapur adalah hal yang jarang terjadi, membuat semua pelayan berhenti sejenak dari kegiatan mereka.

"Tuan Muda," kata Martha dengan nada hormat, sambil sedikit membungkukkan badan.

Nathan mengangguk sebagai tanda sapaan. "Aku hanya ingin memastikan makan malam siap tepat waktu," katanya singkat.

"Semua akan siap sesuai jadwal, Tuan," jawab Martha cepat.

Nathan mengalihkan pandangannya ke arah Vivian yang masih sibuk dengan potongan sayuran. Vivian bisa merasakan tatapan Nathan, tetapi dia mencoba untuk tetap fokus pada pekerjaannya. Kemudian Nathan berbalik dan pergi begitu saja.

***

Bersambung

Terpopuler

Comments

Kezie fitri

Kezie fitri

baca Ajja, tulisan nya enak di baca,, rapi juga jadi aku lanjutin,

2024-12-26

0

Nuryati Yati

Nuryati Yati

ada ya thor panyakit kyk gitu 🤔

2024-12-12

0

Ruk Mini

Ruk Mini

ko ada ya....🤔🤔🤔

2024-09-17

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2 Bab 2: Demi Kehormatanmu
3 Bab 3: Temani Aku Makan
4 Bab 4: Rasa Yang Aneh
5 Bab 5: Kambuh Lagi
6 Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7 Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8 Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9 Bab 9: Semakin Dekat
10 Bab 10: Ingat Batasanmu
11 Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12 Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13 Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14 Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15 Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16 Bab 16: Melindungi Sammy
17 Bab 17: BOCAH SETAN!!
18 Bab 18: Janji Nathan
19 Bab 19: Rasa Penasaran
20 Bab 20: Dua Kehidupan
21 Bab 21: Kau Memang Istimewa
22 Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23 Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24 Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25 Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26 Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27 Bab 27: Hari Pertama Kerja
28 Bab 28: Kembang Api
29 Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30 Bab 30: Insiden
31 Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32 Bab 32: Surat Ancaman
33 Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34 Bab 34: Perkelahian Sengit
35 Bab 35: Peringatan Nathan
36 Bab 36: Nathan Cemburu
37 Bab 37: Vivian Di Culikk
38 Bab 38: Kebrutalan Nathan
39 Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40 Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41 Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42 Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43 Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44 Bab 44: Gangguan Kecil
45 Bab 45: Kebrutalan Nathan
46 Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47 Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48 Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49 Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50 Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51 Bab 51: Bocah Setan!!
52 Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53 Bab 53: Peringatan Vivian
54 Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55 Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56 Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57 Bab 57: Kambuh Lagi
58 Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59 Bab 59: Pantai Yang Indah
60 Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61 Bab 61: Rencana Pembunuhan
62 Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63 Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64 Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65 Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66 Bab 66: Pertemuan Besar
67 Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68 Bab 68: Kecelakaan Kecil
69 Bab 69: Maafkan Aku
70 Bab 70: Saling Merindukan
71 Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72 Bab 72: Misi Terakhir
73 Bab 73: Kembali Untukmu
74 Bab 74: Vivian Hamil
75 KEPOIN YUK
76 Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77 Bab 76: Kejahilan Vivian
78 Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79 Bab 78: Merindukan Papa
80 Bab 79: Melihat Kembang Api
81 Bab 80: Insiden Menakutkan
82 Bab 81: Sekali Saja
83 Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84 Bab 83: Tidak Mudah
85 Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86 Bab 85: Amarah Nathan
87 Bab 86: Penuh Kedamaian
88 Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89 Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90 Bab 89: Kepanikan Vivian
91 Bab 90: Si Kembar Berulah
92 Bab 91: Doris Diusir
93 Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94 Bab 93: Keguguran
95 Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96 Bab 95: Membuat Perhitungan
97 Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98 Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99 Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100 Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101 Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102 Bab 101: Dasar Kau Ini
103 Bab 102: Akhir Yang Bahagia
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2
Bab 2: Demi Kehormatanmu
3
Bab 3: Temani Aku Makan
4
Bab 4: Rasa Yang Aneh
5
Bab 5: Kambuh Lagi
6
Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7
Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8
Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9
Bab 9: Semakin Dekat
10
Bab 10: Ingat Batasanmu
11
Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12
Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13
Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14
Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15
Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16
Bab 16: Melindungi Sammy
17
Bab 17: BOCAH SETAN!!
18
Bab 18: Janji Nathan
19
Bab 19: Rasa Penasaran
20
Bab 20: Dua Kehidupan
21
Bab 21: Kau Memang Istimewa
22
Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23
Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24
Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25
Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26
Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27
Bab 27: Hari Pertama Kerja
28
Bab 28: Kembang Api
29
Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30
Bab 30: Insiden
31
Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32
Bab 32: Surat Ancaman
33
Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34
Bab 34: Perkelahian Sengit
35
Bab 35: Peringatan Nathan
36
Bab 36: Nathan Cemburu
37
Bab 37: Vivian Di Culikk
38
Bab 38: Kebrutalan Nathan
39
Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40
Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41
Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42
Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43
Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44
Bab 44: Gangguan Kecil
45
Bab 45: Kebrutalan Nathan
46
Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47
Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48
Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49
Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50
Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51
Bab 51: Bocah Setan!!
52
Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53
Bab 53: Peringatan Vivian
54
Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55
Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56
Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57
Bab 57: Kambuh Lagi
58
Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59
Bab 59: Pantai Yang Indah
60
Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61
Bab 61: Rencana Pembunuhan
62
Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63
Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64
Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65
Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66
Bab 66: Pertemuan Besar
67
Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68
Bab 68: Kecelakaan Kecil
69
Bab 69: Maafkan Aku
70
Bab 70: Saling Merindukan
71
Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72
Bab 72: Misi Terakhir
73
Bab 73: Kembali Untukmu
74
Bab 74: Vivian Hamil
75
KEPOIN YUK
76
Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77
Bab 76: Kejahilan Vivian
78
Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79
Bab 78: Merindukan Papa
80
Bab 79: Melihat Kembang Api
81
Bab 80: Insiden Menakutkan
82
Bab 81: Sekali Saja
83
Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84
Bab 83: Tidak Mudah
85
Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86
Bab 85: Amarah Nathan
87
Bab 86: Penuh Kedamaian
88
Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89
Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90
Bab 89: Kepanikan Vivian
91
Bab 90: Si Kembar Berulah
92
Bab 91: Doris Diusir
93
Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94
Bab 93: Keguguran
95
Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96
Bab 95: Membuat Perhitungan
97
Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98
Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99
Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100
Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101
Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102
Bab 101: Dasar Kau Ini
103
Bab 102: Akhir Yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!