Bab 4: Rasa Yang Aneh

Tubuh pria itu gemetar ketakutan, keringat dingin mengucur deras dari pelipisnya ketika melihat Nathan berdiri arogan di hadapannya. Julio Nam, manusia bermuka dua yang sangat pandai bersilat lidah dan memutar balik fakta, merasa seluruh keberaniannya lenyap di bawah tatapan dingin Nathan.

Nathan memandang Julio dengan mata tajam. Aura kekejaman dan arogansi terpancar dari dirinya, membuat siapa pun yang berada di dekatnya merasakan tekanan yang luar biasa.

"Tuan Muda Xi," suara Julio terdengar parau dan gemetar. "Ini hanya salah paham. Saya bisa menjelaskan semuanya."

Nathan mengangkat satu alis, menunjukkan ketidakpeduliannya. "Salah paham, katamu?" tanyanya dingin, suaranya rendah namun penuh ancaman. "Aku tidak punya waktu untuk mendengarkan omong kosongmu."

Julio mencoba mempertahankan keberaniannya, meski tubuhnya semakin gemetar. "Tuan Muda Xi, saya bersumpah, saya tidak melakukan apa yang mereka tuduhkan. Ini semua hanyalah fitnah."

Nathan melangkah mendekat, membuat Julio terdesak mundur. "Fitnah? Kau benar-benar menganggapku bodoh, ya?" Nathan mendesis, nadanya semakin dingin. "Kau pikir aku tidak tahu siapa dirimu sebenarnya? Berapa banyak orang yang sudah kau tipu dengan lidah beracunku itu?"

Julio menelan ludah, tidak tahu harus berkata apa. Dia tahu bahwa sekali Nathan memutuskan sesuatu, hampir tidak mungkin mengubah pendiriannya.

Nathan menatap Julio dengan tatapan yang membuat darah Julio seakan membeku. "Kau telah bermain api, Julio Nam, dan sekarang waktunya membayar. Aku tidak punya toleransi untuk pengkhianatan dan kebohongan."

Julio mencoba menarik napas dalam-dalam, mencari kata-kata untuk menyelamatkan dirinya. "Tuan Muda Xi, saya mohon... beri saya kesempatan untuk membuktikan bahwa saya tidak bersalah."

Nathan mendekatkan wajahnya ke Julio, menatap langsung ke dalam matanya. "Kesempatan? Kau sudah membuang semua kesempatanmu. Sekarang, aku hanya ingin memastikan kau mendapatkan konsekuensinya karena berani bermain api denganku,"

Dengan satu gerakan cepat, Nathan mengisyaratkan kepada anak buahnya yang segera meringkus Julio. "Bawa dia pergi. Pastikan dia mendapat 'pelajaran' yang layak," perintah Nathan tanpa sedikitpun belas kasihan.

Julio meronta-ronta, tetapi sia-sia. Anak buah Nathan yang terlatih dengan cepat menguasainya dan membawanya pergi dari hadapan Nathan. "Tuan Muda Xi, tolong dengarkan! Saya mohon...!" teriak Julio, tetapi Nathan tidak menghiraukannya.

Nathan berdiri diam sejenak, menenangkan dirinya. Wajahnya kembali menunjukkan ekspresi dingin dan arogan seperti biasanya. Dengan langkah tenang, Nathan beranjak dari sana dan pergi begitu saja.

***

Vivian berdiri sendiri di halaman belakang kediaman Nathan, mengagumi keindahan malam yang tenang. Dia mengenakan dress putih selutut yang kontras dengan warna kulitnya yang pucat.

Wajahnya terangkat ke langit malam yang dipenuhi gemerlap bintang, sementara bulan purnama menghiasi puncaknya. Suasana tenang tiba-tiba terganggu ketika langkah Nathan terdengar mendekatinya.

Nathan menghampiri Vivian dengan langkah tenang dan wajah yang tak terbaca. "Vivian," panggilnya dingin, suaranya terdengar di dalam keheningan malam.

Vivian menoleh perlahan, hatinya berdegup kencang. Dia masih teringat kejadian pagi itu yang membuatnya merasa takut, tetapi dia mencoba menahan ketakutannya. "Ya, Tuan Muda?" jawabnya dengan suara serendah mungkin, mencoba agar suaranya tidak gemetar.

Nathan menatapnya dengan tajam, tidak ada ekspresi di wajahnya. "Sudah cukup lama kau berada disini. Apa yang kau pikirkan?" tanyanya tegas.

Vivian menelan ludah, mencoba untuk menjaga ketenangannya. "Saya hanya menikmati udara malam, Tuan," jawabnya singkat, berusaha memilih kata-kata dengan hati-hati.

Nathan mengangguk sekali, masih menatapnya intens. "Ingat, ada batasan-batasan disini. Jangan terlalu lama di luar sendirian," katanya dengan nada perintah yang tanpa cela.

Vivian mengangguk cepat. "Baik, Tuan Muda. Saya akan memperhatikan itu," jawabnya patuh.

Nathan melangkah menjauh, meninggalkan Vivian sendirian di bawah cahaya rembulan. Vivian menghela napas lega saat Nathan pergi, tetapi dia juga merasa lega karena berhasil melewati pertemuan itu tanpa kejadian yang tidak diinginkan. Dia kembali menatap langit malam, tetapi kali ini dengan sedikit kelegaan bahwa semuanya berjalan lancar.

***

Nathan berdiri tegak di balkon kamarnya, mata tak berkedip menatap ke arah Vivian yang masih berdiri di halaman bawah. Meskipun jarak memisahkan mereka, pandangannya tidak bisa lepas dari gadis itu.

Sejak kejadian pagi yang mempertemukan mereka secara tak terduga, Nathan merasa ada sesuatu yang menghubungkan mereka, sesuatu yang lebih dalam daripada sekadar pertemuan biasa. Mungkin itu rasa bersalah karena insiden pagi itu, atau mungkin juga ada magnetisme yang tak terungkapkan di antara mereka.

"Vivian....." bisiknya lirih memanggil nama gadis itu. Nathan menghela napas. Dia mengambil napas panjang dan menghelanya. Lalu beranjak dari balkon dan masuk ke kamarnya.

***

Pagi tiba dengan cahaya lembut yang menyelinap masuk melalui jendela-jendela besar kediaman Nathan. Vivian dan para pelayan lainnya sibuk menyiapkan sarapan untuk majikan mereka. Mereka bergerak lincah di sekitar dapur yang luas, menyajikan hidangan-hidangan yang lezat dan rapi.

Vivian dan Martha, salah satu pelayan lainnya, terlihat semakin akrab. Mereka saling berbincang dengan senyum-senyum kecil di antara tugas-tugas mereka. Hubungan mereka tampak hangat dan dekat, sebagai bentuk keakraban di antara para pelayan.

Di sisi lain, Monica, pelayan lain yang lebih senior, justru semakin menunjukkan ketidaksukaannya pada Vivian. Pandangannya tajam dan sinis setiap kali melihat Vivian, seolah memancarkan kebencian yang mendalam. Tidak ada kata-kata yang terucap, tetapi ekspresinya menyiratkan perasaan yang sangat jelas.

Ditempat yang sama namun di lokasi berbeda. Nathan duduk di meja kerjanya, menyusun rencana bisnis yang kompleks, ketika Max tiba-tiba memasuki ruang kerja dengan sikap hormat.

"Tuan Muda, Anda memanggil saya?" tanya Max dengan penuh kepatuhan.

Nathan menatap Max dengan serius. "Panggilkan Vivian kemari sekarang juga," ujarnya tanpa basa-basi.

Max mengangguk cepat. "Baik, Tuan Muda. Saya akan segera mengatakannya padanya."

Beberapa saat kemudian, Max menemui Vivian di dapur yang sedang sibuk menyiapkan sarapan. "Vivian, Tuan Muda memanggilmu ke kamarnya," kata Max dengan suara rendah.

Vivian mengangguk singkat, meskipun merasa sedikit gugup. "Baik, saya akan segera pergi," jawabnya sambil meletakkan spatula yang digenggamnya.

Vivian pun meninggalkan dapur dan berjalan menuju kamarnya Nathan, mencoba untuk menebak apa yang mungkin diinginkan majikan yang misterius ini darinya.

Sementara Vivian pergi memenuhi panggilan Nathan, Monica memperhatikan dengan pandangan tajam. Wajahnya tampak kesal dan mulutnya bergerak tidak jelas, mengisyaratkan ketidakpuasan yang mendalam. Martha, yang memperhatikan ekspresi Monica, mendekatinya dengan penuh kehati-hatian.

"Monica, apa ada yang salah?" tanya Martha dengan suara lembut, mencoba menenangkan suasana.

Monica mendesah, menatap Martha dengan sinis. "Ini tidak adil. Kenapa dia harus dipanggil oleh, Tuan Muda? Dia baru saja datang dan sudah mendapatkan perhatian khusus," keluhnya.

Martha mengangguk, mencoba memberikan pengertian. "Jangan banyak mengeluh!! Kita semua memiliki tugas masing-masing, Monica. Sebaiknya fokus pada pekerjaanmu," ucapnya dengan lembut, berusaha meredakan ketegangan di antara mereka. Monica menghela napas, dia pun segara kembali menyelesaikan pekerjaannya.

***

Bersambung

Terpopuler

Comments

Ruk Mini

Ruk Mini

mulai konflik

2024-09-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2 Bab 2: Demi Kehormatanmu
3 Bab 3: Temani Aku Makan
4 Bab 4: Rasa Yang Aneh
5 Bab 5: Kambuh Lagi
6 Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7 Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8 Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9 Bab 9: Semakin Dekat
10 Bab 10: Ingat Batasanmu
11 Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12 Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13 Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14 Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15 Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16 Bab 16: Melindungi Sammy
17 Bab 17: BOCAH SETAN!!
18 Bab 18: Janji Nathan
19 Bab 19: Rasa Penasaran
20 Bab 20: Dua Kehidupan
21 Bab 21: Kau Memang Istimewa
22 Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23 Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24 Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25 Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26 Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27 Bab 27: Hari Pertama Kerja
28 Bab 28: Kembang Api
29 Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30 Bab 30: Insiden
31 Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32 Bab 32: Surat Ancaman
33 Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34 Bab 34: Perkelahian Sengit
35 Bab 35: Peringatan Nathan
36 Bab 36: Nathan Cemburu
37 Bab 37: Vivian Di Culikk
38 Bab 38: Kebrutalan Nathan
39 Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40 Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41 Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42 Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43 Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44 Bab 44: Gangguan Kecil
45 Bab 45: Kebrutalan Nathan
46 Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47 Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48 Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49 Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50 Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51 Bab 51: Bocah Setan!!
52 Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53 Bab 53: Peringatan Vivian
54 Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55 Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56 Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57 Bab 57: Kambuh Lagi
58 Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59 Bab 59: Pantai Yang Indah
60 Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61 Bab 61: Rencana Pembunuhan
62 Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63 Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64 Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65 Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66 Bab 66: Pertemuan Besar
67 Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68 Bab 68: Kecelakaan Kecil
69 Bab 69: Maafkan Aku
70 Bab 70: Saling Merindukan
71 Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72 Bab 72: Misi Terakhir
73 Bab 73: Kembali Untukmu
74 Bab 74: Vivian Hamil
75 KEPOIN YUK
76 Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77 Bab 76: Kejahilan Vivian
78 Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79 Bab 78: Merindukan Papa
80 Bab 79: Melihat Kembang Api
81 Bab 80: Insiden Menakutkan
82 Bab 81: Sekali Saja
83 Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84 Bab 83: Tidak Mudah
85 Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86 Bab 85: Amarah Nathan
87 Bab 86: Penuh Kedamaian
88 Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89 Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90 Bab 89: Kepanikan Vivian
91 Bab 90: Si Kembar Berulah
92 Bab 91: Doris Diusir
93 Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94 Bab 93: Keguguran
95 Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96 Bab 95: Membuat Perhitungan
97 Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98 Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99 Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100 Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101 Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102 Bab 101: Dasar Kau Ini
103 Bab 102: Akhir Yang Bahagia
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2
Bab 2: Demi Kehormatanmu
3
Bab 3: Temani Aku Makan
4
Bab 4: Rasa Yang Aneh
5
Bab 5: Kambuh Lagi
6
Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7
Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8
Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9
Bab 9: Semakin Dekat
10
Bab 10: Ingat Batasanmu
11
Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12
Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13
Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14
Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15
Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16
Bab 16: Melindungi Sammy
17
Bab 17: BOCAH SETAN!!
18
Bab 18: Janji Nathan
19
Bab 19: Rasa Penasaran
20
Bab 20: Dua Kehidupan
21
Bab 21: Kau Memang Istimewa
22
Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23
Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24
Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25
Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26
Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27
Bab 27: Hari Pertama Kerja
28
Bab 28: Kembang Api
29
Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30
Bab 30: Insiden
31
Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32
Bab 32: Surat Ancaman
33
Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34
Bab 34: Perkelahian Sengit
35
Bab 35: Peringatan Nathan
36
Bab 36: Nathan Cemburu
37
Bab 37: Vivian Di Culikk
38
Bab 38: Kebrutalan Nathan
39
Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40
Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41
Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42
Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43
Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44
Bab 44: Gangguan Kecil
45
Bab 45: Kebrutalan Nathan
46
Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47
Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48
Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49
Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50
Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51
Bab 51: Bocah Setan!!
52
Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53
Bab 53: Peringatan Vivian
54
Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55
Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56
Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57
Bab 57: Kambuh Lagi
58
Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59
Bab 59: Pantai Yang Indah
60
Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61
Bab 61: Rencana Pembunuhan
62
Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63
Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64
Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65
Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66
Bab 66: Pertemuan Besar
67
Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68
Bab 68: Kecelakaan Kecil
69
Bab 69: Maafkan Aku
70
Bab 70: Saling Merindukan
71
Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72
Bab 72: Misi Terakhir
73
Bab 73: Kembali Untukmu
74
Bab 74: Vivian Hamil
75
KEPOIN YUK
76
Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77
Bab 76: Kejahilan Vivian
78
Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79
Bab 78: Merindukan Papa
80
Bab 79: Melihat Kembang Api
81
Bab 80: Insiden Menakutkan
82
Bab 81: Sekali Saja
83
Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84
Bab 83: Tidak Mudah
85
Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86
Bab 85: Amarah Nathan
87
Bab 86: Penuh Kedamaian
88
Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89
Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90
Bab 89: Kepanikan Vivian
91
Bab 90: Si Kembar Berulah
92
Bab 91: Doris Diusir
93
Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94
Bab 93: Keguguran
95
Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96
Bab 95: Membuat Perhitungan
97
Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98
Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99
Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100
Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101
Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102
Bab 101: Dasar Kau Ini
103
Bab 102: Akhir Yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!