*Ratu Abadi (Raab)*
Seketika semua perhatian jadi beralih kepada wanita berumur yang datang bersama seorang pemuda dan gadis.
Wanita berumur enam puluh tahun yang berwajah putih bersih mengenakan pakaian hijau muda, yang dilapisi jubah hijau lebih gelap. Rambutnya yang sudah dua warna digelung di atas dan ditusuk oleh dua tusuk rambut berwarna merah terang. Wanita berhidung model jambu air itu sudah tersenyum sedari jauh. Dia bernama Gatri Yandana, ibu kandung dari Permaisuri Kerling Sukma.
Pantas saja Gatri Yandana masih terlihat cantik di usia lebih separuh abad. Sepertinya dia mewarisi kecantikan putrinya, meski tidak mewarisi mata hijau putrinya. Atau sebaliknya.
Di sisi kanannya berjalan seorang pemuda berkumis tebal dan berbadan gagah. Dia mengenakan baju warna biru yang agak ketat, sehingga membuat dadanya yang kekar dan bidang terlihat jantan. Lelaki yang usianya sudah kepala tiga tersebut bernama Jaga Manta, kakak Permaisuri Kerling Sukma dari lain ibu.
Di sisi kiri Gatri Yandana berjalan seorang gadis tapi sudah bersuami. Wajahnya cantik imut, tapi tidak mengalahkan keimutan nan mungil milik Permaisuri Sandaria. Model rambutnya seperti Permaisuri Kusuma Dewi, yaitu lurus sebahu. Wanita itu bernama Helai Sejengkal, istri dari Jaga Manta atau kakak ipar dari Permaisuri Kerling Sukma.
Helai Sejengkal termasuk gadis yang memiliki kenangan indah dengan Joko Tenang sebelum menjadi raja. Kenangan itu berupa pelukan erat dan berbagi ludah yang tentu saja lewat lidah ke lidah. Jangan dibayangkan seperti apa rasanya! Kenangan itu tertuang dalam kisah di novel Sanggana 2 yang berjudul “Pendekar Sanggana”.
Melihat kedatangan keluarga dari Permaisuri Kerling Sukma, Prabu Dira segera benurunkan tensi amarahnya. Dia segera menengok kepada Permaisuri Nara.
“Permaisuri Negeri Jang dan Permaisuri Tangan Peri memohon keringanan hukuman untuk Permaisuri Mata Hijau. Kau sangat menyayangi muridmu, Permaisuri Guru. Tentunya kau akan memberikannya hukuman yang meringankan tanpa menganggap remeh kesalahannya,” kata Prabu Dira.
“Baik, Kakang Prabu,” ucap Pemaisuri Nara patuh.
Permaisuri Kerling Sukma memang adalah murid kesayangan Permaisuri Nara, meski pada akhirnya guru dan murid itu harus berbagi cinta. Jangan ditanya kenapa hubungan kontroversial itu bisa berlaku! “Cinta itu memang tidak mengenal batas.” Itu kata pelaku cinta membadak buta.
Prabu Dira lalu meninggalkan ratu dan para permaisurinya. Dia pergi menyongsong kedatangan mertua dan kakak iparnya. Prabu Dira datang dengan senyum, menutupi kemarahannya yang baru saja memuncak.
Prabu Dira segera didampingi oleh seorang wanita yang cantik jelita dengan penampilan layaknya seorang pendekar. Dia berperawakan besar. Wajahnya mirip dengan Permaisuri Sandaria. Hanya, jika Permaisuri Sandaria serba mungil, yang ini versi melek dan versi besarnya.
Dia adalah Riskaya, calon selir yang sudah dikawini oleh Prabu Dira tetapi belum dinikahi. Kematian Ratu Ani membuat Prabu Dira menunda rencana untuk meresmikan keseliran Riskaya. Tidak ada yang mempermasalahkan Riskaya ketika pergi mengiringi langkah Prabu Dira karena jabatannya adalah Kepala Pengawal Prabu.
Melihat justru Prabu Dira yang mendatangi, Gatri Yandana segera berhenti dan turun berlutut di lantai pelataran seraya menjura hormat. Tindakan Gatri tersebut membuat Jaga Manta dan Helai Sejengkal turut berhenti dan turun berlutut menghormat.
“Sembah hormat kami, Gusti Prabu,” ucap Gatri Yandana.
“Bangunlah, Ibu!” perintah Prabu Dira sambil cepat membungkuk menyentuh lengan kiri mertuanya agar wanita itu segera bangun.
Gatri Yandana yang masih memilih menjanda setelah kematian suaminya enam belas tahun yang lalu itu segera bangkit berdiri. Dia sangat bahagia karena disambut begitu hangat oleh menantunya.
“Bangunlah, Kakang Jaga Manta, Helai Sejengkal!” perintah Prabu Dira tanpa pakai acara sentuh lengan.
Maka, Jaga Manta dan istrinya pun segera bangkit berdiri.
“Apakah kunjungan Ibu untuk bertemu dengan Permaisuri Mata Hijau?” tanya Prabu Dira dengan wajah yang selalu tersenyum ramah, sangat kontras dengan cuaca wajahnya sejak tadi.
“Aku hanya rindu ingin bertemu dengan putriku, Gusti Prabu,” jawab Gatri Yandana seraya tersenyum pula.
“Baiklah, Ibu. Aku baru kembali dari Kerajaan Pasir Langit. Jadi aku mohon izin untuk beristirahat,” ujar Prabu Dira.
“Silakan, Gusti Prabu,” ucap Gatri Yandana.
Prabu Dira lalu pergi meninggalkan mertua dan kakak iparnya. Riskaya segera mengiringi menuju ke Istana.
Melihat suaminya meninggalkan Gatri Yandana, Ratu Tirana segera berjalan pergi menyusul yang diikuti oleh para dayang.
Permaisuri Sandaria yang merasa tidak memiliki masalah dengan suaminya, segera berjalan mengiringi Ratu Tirana, ikut menyusul sang prabu.
“Setelah urusan dengan ibumu, temui aku di Istana Mata Hati!” perintah Permaisuri Nara kepada Permaisuri Mata Hijau.
“Baik, Permaisuri Guru,” ucap Permaisuri Kerling Sukma patuh.
Setelah itu, Permaisuri Nara berbalik pergi meninggalkan tempat tersebut. Sepuluh dayangnya segera mengekor di belakangnya untuk kembali ke Istana Mata Hati.
Sekedar mengingatkan, di dalam lingkungan Istana Sanggana Kecil ada istana-istana kecil yang khusus diperuntukkan para permaisuri. Jadi satu istri, satu istana.
“Terima kasih atas pembelaan Kakak Permaisuri Negeri Jang dan Permaisuri Tangan Peri,” ucap Permaisuri Kerling Sukma seraya menjura hormat kepada kedua permaisuri yang secara usia memang lebih tua darinya.
“Tidak usah kau sungkankan pembelaan kami. Kaulah yang telah membalas sakit hati kami atas pengusiran tidak langsung Ratu Ani kepada kami. Jadi seharusnya kami yang berterima kasih kepadamu, Adik Sukma,” kata Permaisuri Yuo Kai.
Permaisuri Kerling Sukma hanya tersenyum, meski dia akan menghadapi hukuman dari gurunya sebentar lagi.
Ketiga permaisuri itu lalu beralih kepada kedatangan Gatri Yandana, Jaga Manta dan Helai Sejengkal.
Keluarga Permaisuri Kerling Sukma turun berlutut dan menjura hormat kepada ketiga permaisuri.
“Bangunlah, Ibu!” perintah Permaisuri Yuo Kai selaku permaisuri senior di antara mereka.
Setelah ibunya bangkit berdiri, Permaisuri Kerling Sukma lalu memeluk ibunya seraya tertawa rendah, menunjukkan kebahagiaannya karena telah dikunjungi oleh sang ibu.
“Silakan menikmati kebersamaan kalian. Kami ingin kembali ke Istana,” ujar Permaisuri Yuo Kai.
“Silakan, Gusti Permaisuri,” ucap Gatri Yandana seraya tersenyum.
Ketiga tamu itu lalu menjura hormat secukupnya kepada Permaisuri Yuo Kai dan Permaisuri Ginari.
“Mari, Ibu, Kakang, kita ke istanaku,” ajak Permaisuri Kerling Sukma.
Maka keluarga itu pergi menuju ke Istana Hijau milik Permaisuri Kerling Sukma. Istana Hijau memiliki warna yang didominasi hijau muda.
Tinggallah si burung raksasa Gimba yang parkir sendiri di tengah-tengah pelataran. Dia tidak pergi karena belum ada perintah. Mungkin saja Prabu Dira masih ingin terbang setelah mengurus istri-istrinya.
“Sepertinya telah terjadi sesuatu, Adik?” tanya Jaga Manta saat dalam perjalanan menuju ke Istana Hijau. Dia curiga dengan suasana yang tadi tercipta.
“Aku melakukan pembunuhan yang dianggap salah oleh Kakang Prabu,” jawab Permaisuri Kerling Sukma jujur.
“Kau membunuh siapa?” tanya Gatri Yandana cepat. Langkahnya sampai terhenti karena serius memandang putri jelitanya.
“Istri muda Kakang Prabu,” jawabnya sang permaisuri.
“Maksud Gusti Permaisuri, Ratu Ani Kerajaan Pasir Langit?” terka Helai Sejengkal yang terkejut bersama suami dan mertuanya.
“Iya.”
“Apa?!” pekik Gatri Yandana, Jaga Manta dan Helai Sejengkal bersamaan.
“Nanti aku ceritakan di Istana, Ibu,” kata Permaisuri Kerling Sukma. (RH)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Hawkeye
adapula gadis tapi bersuami. bah macam mana ini 🤣
2024-12-10
0
Hawkeye
helai sejengkal 🤣🤣🤣🤣
2024-12-10
0
Hawkeye
gimana gimana gimana 🤣
2024-12-10
0