Raab 17: Gadis Cantik Baju Ungu

*Ratu Abadi (Raab)* 

Dengan banyaknya obor yang ditempatkan di berbagai sudut di luar ruangan di kediaman Adipati Rempah Alot, membuat malam tidak memiliki harga diri.

Terkhusus di halaman yang kini menjadi tempat berkumpulnya puluhan pendekar, ada puluhan obor bambu yang dipasang, baik di sekeliling panggung maupun di sekitar para pendekar duduk-duduk.

Sudah tidak ada tenda beratapkan anyaman daun pandan. Sudah dibongkar karena menganggap matahari tidak akan muncul di kala malam. Yang muncul malam ini adalah bulan terang yang nyaris bulat sempurna menjelang purnamanya.

Saat ini panggung kosong dari manusia. Tidak ada penari dan tidak ada pemain gamelan. Adipati Rempah Alot sendiri belum muncul, tapi di sisi kanan panggung ada deretan kursi bagus yang pasang. Kursi itu dijaga oleh sejumlah prajurit. Sepertinya yang punya hajat akan duduk di kursi itu bersama pejabat lain yang tadi terlihat datang sore-sore.

Jadi, aturan kompetisi adu sakti malam ini adalah para pendekar yang ingin ikut pertandingan dibagi menjadi dua kelompok besar. Masing-masing kelompok dinamai Kelompok Ayam dan Kelompok Bebek. Entah siapa yang punya ide memberi nama seperti itu? Sungguh tidak ada gagah-gagahnya sedikit pun. Namun anehnya lagi, tidak ada pendekar yang protes.

Pendekar di masing-masing kelompok akan bertarung sesama rekan satu kelompoknya, hingga muncul seorang juara kelompok.

Puncaknya atau babak finalnya mempertemukan juara Kelompok Ayam dan juara Kelompok Bebek.

Siapa menantang siapa, tidak diundi dalam toples, tetapi pendaftar awal diberi keistimewaan untuk memilih lawannya. Jika yang ditantang tidak keberatan menjadi lawan, makan sah menjadi pasangan tarung.

“Aku mau melawan Aji Sontoloyo,” ujar Kidulang Tuo kepada prajurit petugas pendata peserta turnamen.

“Maaf, Tetua. Aji Ronggoloyo sudah ditantang oleh tiga murid Perguruan Jarum Gadis,” kata si prajurit.

“Aku menantang Adi Ronggoloyo,” kata Nini Kuolot pula.

“Maaf, Tetua. Adi Ronggoloyo sudah ditantang oleh tiga murid Perguruan Jarum Gadis lainnya,” kata prajurit itu lagi. “Silakan tetua memilih lawan yang belum mendaftar.”

Akhirnya sepasang pendekar tua yang mendendam kepada Dua Pendekar Sombong itu memilih lawan lain yang belum mendaftar.

Bukan hanya Kidulang Tuo dan Nini Kuolot yang ingin sekali menantang Dua Pendekar Sombong, tetapi ada beberapa pendekar tua yang penasaran ingin langsung menghajar Aji dan Adi di babak awal pertandingan.

Sementara itu, Dua Pendekar Sombong yang ditantang lebih dulu oleh murid-murid Perguruan Jarum Gadis sangat tidak menolak. Dengan senang mereka menerima tantangan itu. Mereka paling suka bertarung dengan wanita, tidak mengapa meski dikeroyok pun.

Bagi pendekar yang datang berkelompok seperti murid-murid Perguruan Jarum Gadis, Perguruan Sembilan Langkah dan perguruan lainnya, mereka diperkenankan bertarung keroyokan, tetapi maksimal hanya tiga orang.

Mila Kemangi dan kelima adik seperguruannya membagi dua kelompok. Sementara kelima murid Perguruan Sembilan Langkah membagi diri menjadi tiga, yaitu 2-2-1. Sebagai murid tertua, Pucuk Kerak merasa aib jika harus bertarung keroyokan. Jadi dia memilih bertarung seorang diri, sementara adik seperguruannya dua-dua.

Gong! Gong!

Setelah semua pendekar telah siap untuk bertarung, terdengarlah suara gong yang dipukul dua kali sampai benjol besar. Gong itu dipukul oleh seorang prajurit saat Adipati Rempah Alot muncul bersama rombongannya.

Meski dalam rombongan itu tetap ada Gaban Selangit yang mendominasi pemandangan, tetapi komposisi rombongan kali ini sangat berbeda dari sebelumnya.

“Pangeran Ulur Langit!” sebut sejumlah pendekar agak terkejut saat mereka mengenali seseorang dalam rombongan.

Orang yang mereka sebut sebagai Pangeran Ulur Langit adalah lelaki separuh baya nan tampan dengan kebersihan kulit cerahnya. Meski lebih muda dari sang adipati, tetapi wibawanya menyeruak lebih memesona dengan pakaian warna putih seputih kapas. Emas permata menghiasi kepalanya, lebih mewah dari asesoris sang adipati. Dia membawa pedang, tapi dibawakan oleh pengawalnya yang berjalan di belakang, tepatnya di sisi Gaban Selangit.

Pangeran Ulur Langit berjalan di depan dan tengah. Di sisi kirinya berjalan Adipati Rempah Alot.

Meski di dalam rombongan itu ada Pangeran Ulur Langit, tetapi pusat perhatian para pendekar, terutama pendekar batangan, lebih terfokus kepada sosok yang berjalan anggun di sisi kanan sang pangeran.

Sosok yang terus ditatap oleh para pendekar itu adalah seorang gadis cantik jelita berpakaian serba ungu keungu-unguan. Bibir merah terangnya seolah-olah menjadi buah cabai yang sangat menantang untuk digigit. Keanggunan langkahnya sebagai wanita di antara para bangsawan terlihat begitu tenang dengan dagu yang sedikit tinggi. Cara memandangnya yang luas menunjukkan bahwa dia bukanlah gadis biasa yang suka bermalu-malu Bersama kucing, tapi cenderung gadis yang berani.

Sosok gadis muda itu tidak lain adalah Aninda Serunai yang telah menyandang gelar Ratu Abadi. Untuk memastikan bahwa dia adalah Aninda Serunai, cukup dengan melihatnya dari dekat, maka akan terlihat bahwa dia memelihara kumis halus yang menggoda iman dan Iwan.

Para pendekar lelaki, bahkan selevel Kidulang Tuo, terpana melihat kejelitaan Aninda Serunai yang laksana rembulan purnama jatuh di malam itu. Anak Pengemis sampai menyeka bibirnya yang mendadak basah. Untung masih bibirnya yang basah, bukan yang lain.

Selain Pangeran Ulur Langit dan wanita cantik jelita berpakaian ungu, ada pula beberapa pejabat penting kadipaten, termasuk dua putra Adipati, yaitu Wadi Mukso dan adiknya Kandar Wulat. Si Kandar Wulat itulah yang lebih populer dengan ketampanan dan kesaktiannya dibanding kakaknya, termasuk lebih muda karena usianya masih tiga puluh tahun.

“Cantik sekali, Adi,” ucap Aji Ronggoloyo terpana tanpa memandang adiknya.

“Aku kira hanya aku yang terpukau oleh kecantikannya, ternyata Kakang juga jatuh hati,” sahut Adi Ronggoloyo.

“Kenapa baru kali ini kita melihatnya, di saat kita sudah kebanyakan jatuh hati?” tanya Aji tanpa mengalihkan pandangannya dari sosok Aninda Serunai.

“Dia melirikku, Kakang! Hahaha!” teriak Adi Ronggoloyo tiba-tiba sambil menepak keras lengan kakaknya, lalu tertawa kencang. Padahal Aninda tidak meliriknya.

Tawa kencang Adi Ronggoloyo membuat para pejabat bangsawan itu memandang kepada Dua Pendekar Sombong yang berdiri di antara pendekar yang lain, termasuk Aninda Serunai jadi melirik sebentar.

“Dia memandangku secara penuh, Adi! Hahaha!” pekik Aji Ronggoloyo pula. Lalu tertawa keras pula sambil menyikut lambung adiknya. Hatinya berkembang-kembang laksana motif kain batik.

Kegeeran Dua Pendekar Sombong jadi merusak suasana. Pasalnya, para pendekar yang tadi fokus memandangi Aninda Serunai jadi beralih memandangi dua pemuda tampan yang memuakkan itu.

Tuk!

Terkejut Aji dan Adi saat merasakan bokong mereka ditusuk oleh sesuatu yang tumpul. Sontak tawa mereka berdua terhenti dan mereka cepat menengok untuk melihat siapa yang jahil menusuk bokongnya.

Mereka berdua mendapati sosok wanita gemuk usia emak-emak berdiri di belakang. Sangat dekat di belakang mereka.

“Buah!” pekik Aji dan Adi kompak terkejut. Sampai-sampai mereka terlompat maju sambil berbalik menghadap kepada wanita bermuka bulat yang tersenyum lebar.

Wanita berpakaian hitam itu bukan hanya mengejutkan dengan senyuman genitnya, tetapi dia juga mengejutkan dengan adanya seekor ular besar warna hijau muda yang melingkar di leher dan pinggangnya.

“Kau melecehkan kami, Pandan Duri!” tuding Aji Ronggoloyo.

“Jangan galak-galak kepada wanita sepertiku, Aji Loyo. Ularku ini masih gadis, dia juga suka dengan lelaki,” kata wanita gemuk yang bernama Pandan Duri itu sambil menjulurkan kepala ularnya kepada kedua pemuda tampan itu.

Dua Pendear Sombong refleks mundur selangkah dengan gestur takut-takut geli terhadap si ular yang setebal pergelangan tangan.

Pandan Duri dikenal dengan julukan Siluman Ular Hijau, meski dia bukan siluman dan ularnya pun bukan kerabat siluman.

“Hiiih!” pekik Aji Ronggoloyo sembari tergidik seperti menahan mencret. Dia segera menarik tangan adiknya untuk pindah posisi menjauhi Pandan Duri.

“Hahaha!” Pecah tawa para pendekar melihat tingkah Dua Pendekar Sombong.

Sementara itu, Pangeran Ulur Langit, Aninda Serunai, Adipati Rempah Alot, putranya dan pejabat yang lain telah duduk di deretan kursi bagus di sisi kanan dari panggung.

Dilihat dari formasi duduknya di kursi, sangat jelas bahwa Pangeran Ulur Langit dan Aninda Serunai adalah orang yang paling utama.

“Siapa wanita muda itu? Aku tidak pernah melihatnya,” kata Kidulang Tuo.

“Kau jatuh hati kepadanya?” tanya Nini Kuolot bernada cemburu.

“Aku tahu ukuran,” ketus Kidulang Tuo sedikit tersinggung karena dituding naksir kepada daun muda. “Perhatikan gerak-gerik Pangeran Ulur Langit ketika bicara kepada gadis itu.”

Memang, ketika Pangeran Ulur Langit sesekali berbicara kepada Aninda Serunai, terlihat gesturnya menunjukkan penghormatan kepada si gadis yang sesekali mengangguk kecil.

Gestur penghormatan terlihat lebih jelas lagi ditunjukkan oleh Adipati Rempah Alot. Pemandangan itu membuat para pendekar jadi sangat penasaran. Mereka ingin tahu siapa sebenarnya Aninda Serunai dan apa kedudukannya di antara para pejabat tersebut. (RH)

Terpopuler

Comments

Umar Muhdhar

Umar Muhdhar

4

2024-11-08

1

•§͜¢•❤️⃟Wᵃf로스미아✰͜͡v᭄ℜ𝔬𝔰ˢ⍣⃟ₛ

•§͜¢•❤️⃟Wᵃf로스미아✰͜͡v᭄ℜ𝔬𝔰ˢ⍣⃟ₛ

terlalu pede weh.. siapa juga yg melirikmu

2024-10-19

1

☠️⃝⃟𝑽𝑨𝙊𝙚૨αɳ𝙜𝕻𝖓𝖉𝓐𝔂⃝❥

☠️⃝⃟𝑽𝑨𝙊𝙚૨αɳ𝙜𝕻𝖓𝖉𝓐𝔂⃝❥

berarti dia bermalu2 nya bersama singa makanya berani....ckckck, mata pendekar batangan harus dirukyah tuh sebelum dicolok ma jari lentik sang putri ungu ke ungu2an😂😂😂

2024-09-03

2

lihat semua
Episodes
1 Raab 1: Penghuni Pulau Kesepian
2 Raab 2: Racun Mimpi Buruk
3 Raab 3: Kembali Sakti
4 Raab 4: Pulang Bersama Gimba
5 Raab 5: Ratu dan Permaisuri
6 Raab 6: Tuduhan Prabu Dira
7 Raab 7: Pembunuh Ratu Ani
8 Raab 8: Efek Mertua
9 Raab 9: Kebangkitan Ratu Ani
10 Raab 10: Hukuman Permaisuri Mata Hijau
11 Raab 11: Titah Prabu Dira
12 Raab 12: Permaisuri Pedang Hilang
13 Raab 13: Dua Pendekar Sombong
14 Raab 14: Undangan Adipati
15 Raab 15: Pendekar Berkumpul
16 Raab 16: Adipati Rempah Alot
17 Raab 17: Gadis Cantik Baju Ungu
18 Raab 18: Aninda Bertamu
19 Raab 19: Pertarungan Perdana Aninda
20 Raab 20: Adipati Menusuk Aninda
21 Raab 21: Sakti yang Takluk
22 Raab 22: Tugas untuk Adipati
23 Raab 23: Mendayung Malam
24 Raab 24: Pelampiasan Prabu Dira
25 Raab 25: Dagelan Jarum Gadis
26 Raab 26: Menang Bawa Petaka
27 Raab 27: Tipuan Cempaka Air
28 Raab 28: Pemenang Babak Kedua
29 Raab 29: Kelicikan Cempaka
30 Raab 30: Kesaktian Aji Ronggoloyo
31 Raab 31: Kemenangan Pendekar Sombong
32 Raab 32: Kenyot Sedot Otot
33 Raab 33: Enam Selendang Dewi
34 Raab 34: Kesaktian Akar
35 Raab 35: Abang Kintir
36 Raab 36: Kentang Kebo
37 Raab 37: Siksaan untuk Aji
38 Raab 38: Cantik Versus Gemuk
39 Raab 39: Duel Dua Kakek Sakti
40 Raab 40: Fans Fanatik
41 Raab 41: Serangan Tiba-Tiba
42 Raab 42: Mengejar Ati Urat
43 Raab 43: Mengeroyok Ati Urat
44 Raab 44: Ratu Yuo Kai
45 Raab 45: Tawaran Ratu Abadi
46 Terpalan 1: Kesepakatan Saudara Seperguruan
47 Terpalan 2: Petunjuk Menuju Abadi
48 Terpalan 3: Kematian di Dua Tempat
49 Terpalan 4: Abang Bertemu Joko
50 Terpalan 5: Hadangan di Atas Jembatan
51 Terpalan 6: Seteru Atas Jembatan
52 Terpalan 7: Dua Desa Pendekar
53 Terpalan 8: Bertemu Kakek Sakti
54 Terpalan 9: Misi Pembunuhan
55 Terpalan 10: Pasukan Buaya Samudera
56 Terpalan 11: Senyumi Awan
57 Terpalan 12: Kedatangan Ratu Alma
58 Terpalan 13: Dagelan Kebakaran
59 Terpalan 14: Menghajar Pasukan Kademangan
60 Terpalan 15: Mengkudeta Demang Awok
61 Terpalan 16: Kabar Kejutan Dari Ratu
62 Terpalan 17: Nenek Liang Kubur
63 Terpalan 18: Warung Pepes Jengkol
64 Terpalan 19: Melayani Kentang Kebo
65 Terpalan 20: Pasukan Kademangan Hancur
66 Terpalan 21: Dua Kepala Desa Dibunuh
67 Terpalan 22: Tiga Si Pedang Panjang
68 Terpalan 23: Membantai Warga Desa Punten
69 Terpalan 24: Izin Pemegang Izin
70 Terpalan 25: Paku Darah Perjaka Murni
71 Terpalan 26: Ratu Yuo Kai Terkejut
72 Terpalan 27: Teror di Pasir Langit
73 Terpalan 28: Mati Kedua, Bangkit Kedua
74 Terpalan 29: Begal Nol Aksi
75 Terpalan 30: Insiden di Kedai Sederhana
76 Terpalan 31: Langkah Seribu Tiga
77 Terpalan 32: Dihadang Tiga Putra Demang
78 Terpalan 33: Nyai Demang Rame Getah
79 Terpalan 34: Kelompok Pembunuh Datang
80 Terpalan 35: Kelompok Pembunuh Menghilang
81 9P 1: Buaya Samudera Masuk Istana
82 9P 2: Sembilan Pendekar
83 9P 3: Laporan Nyai Demang
84 9P 4: Kelompok Kutu Aksoro
85 9P 5: Anggota Kedua Belas
86 9P 6: Misi Gagal
87 9P 7: Menghentikan Lari Kutu
88 9P 8: Berakhir di Sungai
89 9P 9: Membakar Desa
90 9P 10: Serangan Rumah Api
91 9P 11: Tiga Lawan
92 9P 12: Una Rakang vs La Pontong
93 9P 13: Burung Terakhir
94 9P 14: Bayi Asap Ungu
95 9P 15: Pedang Panjang vs Pedang Tumpul
96 9P 16: Syarat Restu Permaisuri Serigala
97 9P 17: Pasukan Topeng Merah
98 9P 18: Kademangan Kumisanak
99 9P 19: Kelompok Wedang Ketek
100 9P 20: Ketek Jatuh Cinta
101 9P 21: Ungkapan Cinta Ketek
102 9P 22: Jebakan Jala Buaya
103 9P 23: Perjuangan Akhir Wedang Ketek
104 9P 24: Sempurna Ani Saraswani
105 Kabar Getir dari Om
106 Pengumuman: Pendekar Sanggana Lanjut
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Raab 1: Penghuni Pulau Kesepian
2
Raab 2: Racun Mimpi Buruk
3
Raab 3: Kembali Sakti
4
Raab 4: Pulang Bersama Gimba
5
Raab 5: Ratu dan Permaisuri
6
Raab 6: Tuduhan Prabu Dira
7
Raab 7: Pembunuh Ratu Ani
8
Raab 8: Efek Mertua
9
Raab 9: Kebangkitan Ratu Ani
10
Raab 10: Hukuman Permaisuri Mata Hijau
11
Raab 11: Titah Prabu Dira
12
Raab 12: Permaisuri Pedang Hilang
13
Raab 13: Dua Pendekar Sombong
14
Raab 14: Undangan Adipati
15
Raab 15: Pendekar Berkumpul
16
Raab 16: Adipati Rempah Alot
17
Raab 17: Gadis Cantik Baju Ungu
18
Raab 18: Aninda Bertamu
19
Raab 19: Pertarungan Perdana Aninda
20
Raab 20: Adipati Menusuk Aninda
21
Raab 21: Sakti yang Takluk
22
Raab 22: Tugas untuk Adipati
23
Raab 23: Mendayung Malam
24
Raab 24: Pelampiasan Prabu Dira
25
Raab 25: Dagelan Jarum Gadis
26
Raab 26: Menang Bawa Petaka
27
Raab 27: Tipuan Cempaka Air
28
Raab 28: Pemenang Babak Kedua
29
Raab 29: Kelicikan Cempaka
30
Raab 30: Kesaktian Aji Ronggoloyo
31
Raab 31: Kemenangan Pendekar Sombong
32
Raab 32: Kenyot Sedot Otot
33
Raab 33: Enam Selendang Dewi
34
Raab 34: Kesaktian Akar
35
Raab 35: Abang Kintir
36
Raab 36: Kentang Kebo
37
Raab 37: Siksaan untuk Aji
38
Raab 38: Cantik Versus Gemuk
39
Raab 39: Duel Dua Kakek Sakti
40
Raab 40: Fans Fanatik
41
Raab 41: Serangan Tiba-Tiba
42
Raab 42: Mengejar Ati Urat
43
Raab 43: Mengeroyok Ati Urat
44
Raab 44: Ratu Yuo Kai
45
Raab 45: Tawaran Ratu Abadi
46
Terpalan 1: Kesepakatan Saudara Seperguruan
47
Terpalan 2: Petunjuk Menuju Abadi
48
Terpalan 3: Kematian di Dua Tempat
49
Terpalan 4: Abang Bertemu Joko
50
Terpalan 5: Hadangan di Atas Jembatan
51
Terpalan 6: Seteru Atas Jembatan
52
Terpalan 7: Dua Desa Pendekar
53
Terpalan 8: Bertemu Kakek Sakti
54
Terpalan 9: Misi Pembunuhan
55
Terpalan 10: Pasukan Buaya Samudera
56
Terpalan 11: Senyumi Awan
57
Terpalan 12: Kedatangan Ratu Alma
58
Terpalan 13: Dagelan Kebakaran
59
Terpalan 14: Menghajar Pasukan Kademangan
60
Terpalan 15: Mengkudeta Demang Awok
61
Terpalan 16: Kabar Kejutan Dari Ratu
62
Terpalan 17: Nenek Liang Kubur
63
Terpalan 18: Warung Pepes Jengkol
64
Terpalan 19: Melayani Kentang Kebo
65
Terpalan 20: Pasukan Kademangan Hancur
66
Terpalan 21: Dua Kepala Desa Dibunuh
67
Terpalan 22: Tiga Si Pedang Panjang
68
Terpalan 23: Membantai Warga Desa Punten
69
Terpalan 24: Izin Pemegang Izin
70
Terpalan 25: Paku Darah Perjaka Murni
71
Terpalan 26: Ratu Yuo Kai Terkejut
72
Terpalan 27: Teror di Pasir Langit
73
Terpalan 28: Mati Kedua, Bangkit Kedua
74
Terpalan 29: Begal Nol Aksi
75
Terpalan 30: Insiden di Kedai Sederhana
76
Terpalan 31: Langkah Seribu Tiga
77
Terpalan 32: Dihadang Tiga Putra Demang
78
Terpalan 33: Nyai Demang Rame Getah
79
Terpalan 34: Kelompok Pembunuh Datang
80
Terpalan 35: Kelompok Pembunuh Menghilang
81
9P 1: Buaya Samudera Masuk Istana
82
9P 2: Sembilan Pendekar
83
9P 3: Laporan Nyai Demang
84
9P 4: Kelompok Kutu Aksoro
85
9P 5: Anggota Kedua Belas
86
9P 6: Misi Gagal
87
9P 7: Menghentikan Lari Kutu
88
9P 8: Berakhir di Sungai
89
9P 9: Membakar Desa
90
9P 10: Serangan Rumah Api
91
9P 11: Tiga Lawan
92
9P 12: Una Rakang vs La Pontong
93
9P 13: Burung Terakhir
94
9P 14: Bayi Asap Ungu
95
9P 15: Pedang Panjang vs Pedang Tumpul
96
9P 16: Syarat Restu Permaisuri Serigala
97
9P 17: Pasukan Topeng Merah
98
9P 18: Kademangan Kumisanak
99
9P 19: Kelompok Wedang Ketek
100
9P 20: Ketek Jatuh Cinta
101
9P 21: Ungkapan Cinta Ketek
102
9P 22: Jebakan Jala Buaya
103
9P 23: Perjuangan Akhir Wedang Ketek
104
9P 24: Sempurna Ani Saraswani
105
Kabar Getir dari Om
106
Pengumuman: Pendekar Sanggana Lanjut

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!