*Ratu Abadi (Raab)*
Di saat Komandan Benik Injek jatuh di dalam pegangan tangan-tangan prajurit anak buahnya, sebagian besar prajurit berpedang dan bertombak itu menyerang Aninda Serunai, tanpa peduli bahwa yang mereka serang adalah seorang gadis cantik jelita.
Pset pset!
“Akk! Akh! Akk…!” jerit para prajurit itu dengan tubuh berpentalan ke belakang.
Bukan hanya tameng kayu keras mereka yang terbelah oleh energi tenaga dalam yang dilepaskan oleh Aninda, tetapi pedang mereka juga patah dan terpental. Saat yang sama, ada luka sayatan nan tajam di tangan dan badan depan mereka.
Dari semua prajurit yang menyerang itu, tidak ada seorang pun yang luput dari luka parah tebasan tenaga dalam Aninda. Ada yang langsung mati dan ada pula yang harus merasakan sakitnya luka terlebih dulu.
Beberapa prajurit yang belum ikut menyerang terkejut melihat rekan-rekan mereka bertumbangan dalam sekali gebrak saja. Melihat kondisi itu, mereka pun cepat sadar bahwa yang mereka hadapi adalah pendekar wanita berkesaktian tinggi.
Seeet!
Tiba-tiba ada suara lesatan benda yang menggesek udara malam. Benda yang adalah sebatang tombak itu melesat sangat cepat menyerang Aninda. Karena melesat di dalam kegelapan, kedatangan tombak itu agak mengejutkan Aninda, sehingga si gadis harus melompat kayang ke belakang demi menghindari tombak yang kemudian melintas di atas lengkungan perutnya.
Seeet! Truks!
Namun, ketika Aninda kembali bangun tegak, satu tombak lagi datang melesat dan muncul dari dalam kegelapan. Namun kali ini, Aninda Serunai menahan mata tombak itu dengan telapak tangan kirinya.
Tombak itu tidak hanya seperti menabrak dinding baja, tetapi sampai hancur tanpa harga diri lagi. Telapak tangan kiri Aninda tidak terluka sedikit pun.
Bleat!
Namun setelah itu, di dalam kegelapan yang sama muncul gerakan makhluk besar, yang ketika sampai di gerbang halaman, terlihat itu adalah sesosok tubuh besar. Sosok itu langsung menyerang Aninda Serunai dengan tendangan sangat keras.
Dags!
Aninda menangkis tendangan kaki besar itu dengan batang tangan kanannya yang pastinya bertenaga dalam.
Ternyata tendangan itu sangat kuat, sampai-sampai Aninda terjajar empat tindak, tapi tidak sampai jatuh.
Kini di hadapan Aninda telah berdiri sosok lelaki besar dan tinggi. Otot-otot besarnya terlihat mengerikan bagi wanita kebanyakan, tetapi Aninda adalah wanita kedikitan.
Sosok lelaki seperti cucu raksasa itu tidak lain adalah Gaban Selangit, pendekar pengawal Adipati Rempah Alot.
Hasil yang didapat oleh Aninda membuatnya kian marah. Karena itu, dia cepat membalas Gaban Selangit dengan tinju bertenaga dalam tinggi.
Gaban Selangit yang bukan pendekar kaleng-kaleng dengan bersemangat mangadu tinjunya dengan tinju Aninda yang bertangan kecil.
Dass!
“Hukr!” keluh Gaban Selangit yang terpental ke belakang setelah tinjunya beradu dengan tinju Aninda Serunai.
Brakr!
Tubuh besar itu menabrak sisi gerbang halaman hingga hancur. Bukan Gaban yang hancur, tetapi kusen gerbang. Semoga tidak salah paham. Sementara itu, Aninda kokoh di atas kuda-kudanya.
Meski sudah menghantam kusen gerbang, sepertinya Gaban Selangit tidak apa-apa. Meski dia sempat mengeluh karena merasakan kerasnya hantaman tinju lawan, dia buru-buru bangkit lagi dengan ekspresi yang marah.
Gaban Selangit kembali memasang kuda-kudanya. Jelas dia tidak mau kalah hanya dengan seorang gadis cantik.
“Aaargg!”
Berteriak seperti orang kesurupan, Gaban Selangit maju dengan gerak serang yang cepat. Meski tangannya besar-besar, tetapi terlihat sangat ringan digerakkan dalam menyerang.
Namun, Aninda memiliki gerakan yang lebih cepat. Gaban Selangit sampai sulit untuk mengikuti pergerakan tangan Aninda. Maka itu, tidak butuh waktu lama bagi Aninda untuk menghajar cucu raksasa itu lagi.
Bug bug bug!
“Hahaha!”
Tiga tinju beruntun tanpa jarak jeda karena terlalu cepatnya, menghantam dada Gaban Selangit.
Namun, orang besar itu justru tertawa, meski tubuhnya terhentak tiga kali seperti orang tremor. Gaban Selangit menertawakan Aninda Serunai karena tinju keras wanita itu tidak membuatnya jatuh atau kesakitan.
Pak! Zerzzz!
“Aaakkk…!” jerit Gaban Selangit ketika Aninda menghantam perut kotak-kotaknya dengan hantaman telapak tangan usai ketiga tinju lawannya tidak berguna.
Hantaman telapak tangan itu ternyata memunculkan jalar garis-garis sinar hijau ke seluruh badan Gaban Selangit. Dia pun menjerit keras dengan tubuh berdiri mengejang.
Blass!
Ketika Aninda Serunai menarik lepas telapak tangannya dari perut lawannya, terjadi ledakan energi yang mementalkan tubuh besar Gaban Selangit. Meski terpentalnya tidak jauh, tetapi membuat Gaban jatuh terjengkang.
Meski demikian, ilmu Tapak Jalar Petir tidak mampu melukai kulit perut Gaban. Namun, Gaban sudah merasakan sakit. Itu terlihat dari wajahnya yang mengerenyit saat dia bergerak bangkit dengan gerakan yang lemah. Sengatan Tapak Jalar Petir cukup membuat Gaban menjadi lemah.
Sruasss! Blass!
Tiba-tiba Gaban melempar sebola sinar biru kepada Aninda Serunai. Namun, sinar biru sebesar mangga dewasa dari ilmu Menimpuk Monyet itu hancur beberapa jengkal dari tubuh Aninda. Itu terjadi karena Aninda Serunai memasang ilmu perisainya yang tidak berwujud.
Terkejut Gaban melihat itu. Namun, keterkejutannya tidak tuntas karena si gadis sudah maju kepadanya dengan sangat cepat.
Tsuk! Bom!
“Aakk!”
Brakr!
Aninda Serunai menusuk perut Gaban dengan dua jari yang merapat. Lalu terjadilah ledakan sinar merah. Ledakan itu mementalkan tubuh besar Gaban seiring jerit kesakitannya.
Saking kerasnya daya dorong dari ilmu Jari Ledak Murka warisan Pendekar Tanpa Nyawa, tubuh Gaban menghancurkan bagian pagar yang ditabraknya.
Meski Gaban sudah kesakitan dan sulit bangkit, tetapi perutnya terlihat tidak apa-apa, tidak ada luka fisik yang terlihat. Mungkin karena malam dan cahaya obor minim menerangi, jadi luka memarnya yang lebar tidak terlihat jelas.
“Aku … belum kalah!” teriak Gaban yang tidak mau maruahnya jatuh gegara kekalahannya.
Dia pun berusaha bangkit dengan menahan rasa sakit dan lemah. Setelah berdiri dengan goyah, dia kembali memasang kuda-kudanya. Kedua tangan dia gerakkan.
Srass!
Pada kedua tangan itu kemudian muncul sinar putih kusam, sehingga tidak terlalu menerangi area sekitar. Gaban siap melepaskan ajian tertingginya yang bernama Kentut Matahari. Entah siapa gurunya sehingga menamai ilmu hebat seunik itu?
Srass!
Setelah muncul di kedua tangannya, sinar putih serupa juga muncul di wajah Gaban. Cahaya putih itu tidak membuat tampang Gaban kian ganteng, tapi justru sebaliknya.
“Heaaat…!” teriak Gaban sambil mendorong perlahan kedua tangannya yang bersinar putih kusam, seolah-olah dia sedang mendorong truk mogok.
Sroass!
Pada akhir teriakan Gaban, sinar yang bercokol pada kedua tangan dan satu wajahnya melesat dalam bentuk bola berekor. Jangan ditanya bola apa!
Blar blar blar!
Tiga ledakan keras terjadi beberapa jengkal di depan tubuh Aninda Serunai yang memilih tidak menghindar, tetapi mengandalkan ilmu perisainya yang bernama Lindung Tanpa Wujud.
Meski terlindungi oleh ilmu perisainya yang tidak terlihat, ternyata tetap saja tubuh Aninda terpental keras jauh ke belakang dan lenyap di dalam kegelapan.
West! Bluar!
Dua kejap setelah hilangnya visual Aninda tertelan kegelapan, tiba-tiba satu bayangan muncul melesat sangat cepat dari dalam kegelapan itu juga.
Bayangan itu menghantam tubuh Gaban dan dihiasi ledakan sinar ungu yang sekejap menyilaukan mata.
Tanpa jeritan lagi, tubuh besar Gaban terpental jauh dan jatuh keras di tengah-tengah halaman kediaman Adipati Rempah Alot.
“Hentikan!” seru satu suara lelaki tiba-tiba dari kejauhan di dalam kediaman sang adipati. (RH)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Umar Muhdhar
6
2024-11-09
1
•§͜¢•❤️⃟Wᵃf로스미아✰͜͡v᭄ℜ𝔬𝔰ˢ⍣⃟ₛ
coba adipati datang lebih awal dan mau bertemu kan anak buahnya ngga bakal mati
2024-10-21
1
•§͜¢•❤️⃟Wᵃf로스미아✰͜͡v᭄ℜ𝔬𝔰ˢ⍣⃟ₛ
emang tombak punya harga diri juga ya om😅
2024-10-21
1