Raab 9: Kebangkitan Ratu Ani

*Ratu Abadi (Raab)*

 

Surina terus mencangkul. Gaya cangkulnya mirip seorang lelaki. Dia terus mencangku tanpa bernyanyi “cangkul cangkul yang dalam”. Selama mencangkul, asap biru terus keluar.

Tidak berapa lama, setelah cangkulan itu sudah cukup dalam, Surina berhenti dan menggantinya dengan mengorek tanah, karena kedalamannya hampir mencapai posisi jasad yang dikubur.

Duk!

Akhirnya cangkul mengenai papan penahan tanah. Ketika tatanan papan-papan terbuka celahnya, bias sinar biru seketika keluar seperti cahaya lampu.

“Cepat buka papannya!” perintah Prabu Galang Digdaya cukup tegang. Dia tegang karena merasa belum tenang jika belum melihat mayat putrinya hidup kembali. Permaisuri Titir Priya juga tegang.

Setelah menyingkirkan tanah dan membuat pembatas papan terlihat lebar, Surina mulai membuka bilah-bilah papan yang kotor.

Ketika satu papan dibuka, cahaya biru lebih besar keluar. Karena yang Surina buka adalah papan penutup di sisi kepala, jadi dia sudah bisa langsung melihat kepala mayit.

“Gusti Prabu, mata Gusti Ratu terbuka,” kata Surina tegang.

“Cepat, cepat bongkar semuanya!” perintah Prabu Galang Digdaya.

Surina pun segera membongkar semua papan pembatas itu. Semakin terlihat jasad Ratu Ani Saraswani yang mengeluarkan cahaya dan asap biru. Sepasang matanya terbuka dan bersinar biru, tetapi tidak terang seperti lampu. Tanda bahwa Ratu Ani telah hidup kembali adalah adanya gerakan napas pada dada yang dibungkus kain putih, tapi tidak seperti pocong.

“Ayahanda,” ucap Ratu Ani Saraswani pelan setelah melihat keberadaan ayahnya di atas liang lahat.

Maka mereka segera bekerja sama mengeluarkan tubuh Ratu Ani dari liang lahat. Meski Prabu Dira sudah kehilangan seluruh kesaktiannya, tetapi dia masih sanggup mengangkat tubuh putrinya yang lebih kecil dari tubuhnya.

Seiring itu cahaya dan asap biru yang muncul dari dalam tubuh Ratu Ani meredup dan akhirnya lenyap sama sekali.

Setelah berhasil mengangkat keluar raga Ratu Ani dari liang lahat, mereka segera pergi dari makam itu dengan langkah yang tergesa-gesa. Beberapa pendekar wanita berseragam merah gelap, sama seperti Surina, segera meninggalkan posisinya yang mengamankan area sekitar pemakaman dari kehadiran orang selain kelompok mereka.

Mereka melalui jalan yang bukan jalan setelah meninggalkan area pemakaman. Itu semata-mata untuk menghindari pantauan prajurit Kerajaan Pasir Langit yang sedang berpatroli.

Meski tadi sempat menyebut ayahnya, tapi selama perjalanan meninggalkan pemakaman Ratu Ani tidak berkata-kata lagi. Ratu Ani tidak mati lagi setelah susah payah dihidupkan, tetapi memang sedang tidak punya gairah untuk bicara karena kondisinya sangat lemah setelah melalui masa kematian.

Setelah cukup lama berjalan, akhirnya mereka sampai di sebuah gubuk yang tersembunyi di balik pepohonan. Lokasinya tidak jauh dari Muara Jerit, tapi tidak di pinggir sungai.

“Siapkan kemenyan kayu tumok empat!” perintah Prabu Galang. Entah kepada siapa?

Namun, Permaisuri Titir Priya yang segera ke dapur untuk mengambil kemenyan dan wadahnya yang sudah disiapkan sebelumnya.

Surina membantu Prabu Galang meletakkan tubuh Ratu Ani di dipan papan yang sudah kurang baik kondisinya. Seorang wanita lain mengikuti Permaisuri Titir di dapur.

“Bakar, lalu letakkan di sekitar dipan!” perintah Ratu Titir sembari memberikan wadah tungku mini kepada pendekar wanita yang merupakan pengawal sang permaisuri.

Tungku mini itu berisikan potongan kayu kecil berwarna merah gelap. Itu adalah kayu tumok, jenis kayu yang memiliki aroma khas dan tajam ketika dibakar. Keharumannya yang khas ketika dibakar membuat kayu tumok menjadi kemenyan alternatif.

Permaisuri Titir kemudian menyiapkan hal yang lain di dapur. Semua apa yang dia kerjakan sebelumnya telah dipersiapkan dalam rangka untuk membangkitkan kembali putrinya.

“Apa yang terjadi, Ayahanda?” tanya Ratu Ani lemah.

“Apakah kau ingat? Kau telah dibunuh, Putriku,” jawab Prabu Galang.

Terdiam Ratu Ani yang wajah cantik jelitanya masih terlihat pucat. Dia sepertinya sedang mencoba mengingat-ingat. Setelah teringat, wajah Ratu Ani mengerenyit.

Terbayang kembali rasa sakit yang tercipta ketika tusukan pedang Permaisuri Kerling Sukma menghujam dada kirinya.

Dengan gerakan lemah, Ratu Ani meraba dada kirinya yang tertutup balutan kain putih. Ia tekan-tekan dada kirinya, bukan maksud apa-apa, tetapi bermaksud merasakan kondisi lukanya. Ternyata tekanan jarinya tidak membuat luka pada dadanya sakit.

Melihat itu, sang ayah pun berkata, “Kematian telah membuatmu tidak akan merasakan sakit lagi, tapi kau masih bisa merasakan rasa yang lain layaknya manusia yang belum pernah mati. Itulah keistimewaan Ajian Bangun Sukma.”

Pengawal wanita muncul dari dapur dengan membawa tungku mini yang sudah berasap. Dia lalu meletakkan tungku-tungku kemenyan tumok itu di keempat kaki dipan.

Aroma kayu tumok segera menyeruak seiring asap halusnya terus mengalir dari empat tungku mini.

Dak dak dak…!

Terdengar pula suara kerja Permaisuri Titir di dalam dapur.

“Permaisuri Sanggana telah membunuhku,” ucap Ratu Ani. Sorot matanya kosong ke arah langit-langit bersawang gubuk kecil tersebut.

“Apa?!” pekik Prabu Galang mendengar itu.

Surina dan beberapa pengawal pendekar wanita lainnya juga terkejut mendengar perkataan Ratu Ani yang umur keratuannya hanya sepekan, boleh lebih tidak boleh kurang.

Prabu Galang, Permaisuri Titir dan para pengawalnya memang hanya tahu bahwa Ratu Ani telah dibunuh. Mereka tidak mendapat informasi sedikit pun tentang siapa pembunuh itu.

“Permaisuri Sanggana yang mana?” tanya Prabu Galang cepat.

“Aku tidak kenal. Aku hanya mengenal dua permaisuri yang pernah datang ke Pasir Langit. Permaisuri itu memiliki mata yang hijau,” jawab Ratu Ani.

“Prabu Dira keparat!” maki Prabu Galang gusar. Wajahnya menyiratkan dendam dan permusuhan yang tinggi kepada Prabu Dira. “Pasti Prabu Dira yang mengatur semua serangan licik ini untuk menyingkirkanmu, agar permaisurinya yang menjadi ratu untuk menggantikanmu.”

Terdiam Ratu Ani mendengar tudingan ayahnya. Dia tidak bisa membantah karena dia pun kini mendendam. Ratu Ani merasa tidak memiliki salah yang bisa dijadikan alasan bagi Permaisuri Sanggana untuk membunuhnya. Jadi, mungkin saja dugaan ayahnya memang benar. Di balik kependekaran, cinta, kemesraan dan kelembutan Prabu Dira ada niatan licik yang tersembunyi.

“Apakah benar aku dikhianati?” tanya Ratu Ani lemah.

“Aku tidak pernah akan mengkhianati putri kesayanganku, karena aku sudah merasakan betapa pedihnya dikhianati,” kata Prabu Galang.

Terhenyak hati Ratu Ani mendengar kata-kata ayahnya. Meski tidak menyebut siapa yang mengkhianati ayahnya, tetapi kata-kata itu sangat jelas bahwa dirinyalah yang dimaksud. Ratu Ani merasa bahwa pengkhianatan yang dialaminya adalah karma atas pengkhianatannya terhadap ayahnya sendiri.

“Maafkan aku, Ayahanda,” ucap Ratu Ani lirih. Dia kini merasa sedih, meski tidak ada air mata yang keluar.

Sementara itu, suara di dapur sudah berhenti terdengar.

“Jika kau sepakat dengan ayahandamu ini, kita harus mengambil kembali kerajaan milik kita. Lupakan pertikaian kita di masa lalu. Pasir Langit adalah kerajaan kita, milik keluarga kita. Kita harus merebutnya kembali, meski ketika kita berhasil memilikinya kerajaan sudah menjadi arang dan debu,” kata Prabu Galang.

“Aku akan menuruti kata-kata Ayahanda, asalkan Permaisuri Sanggana yang membunuhku membayar dosanya dengan kematiannya,” ucap Ratu Ani.

“Bagus. Ayahanda berjanji, Ayahanda tidak rela mati sebelum Kerajaan Pasir Langit dan seluruh wilayahnya kembali tergenggam di tanganmu, Ani,” kata Prabu Galang.

Ratu Ani mengangguk samar dalam keterbaringannya.

Permaisuri Titir Priya datang dengan membawa semangkuk kecil air ramuan. Dia duduk di sisi dipan.

“Aroma kayu tumok dan ramuan ini akan mengembalikan tenagamu. Setelah kau pulih, untuk sementara kita akan meninggalkan wilayah Pasir Langit,” kata Prabu Galang. (RH)

Terpopuler

Comments

𝒯ℳ

𝒯ℳ

Tongkat bang sal kocil apa bisa nyangkul ?

2024-06-27

8

Umar Muhdhar

Umar Muhdhar

2

2024-11-08

1

🍒⃞⃟•§¢•🎀CantikaSaviraᴳᴿ🐅

🍒⃞⃟•§¢•🎀CantikaSaviraᴳᴿ🐅

akhirnya ratu Ani bangkit kembali untuk membalas dendam

2024-10-27

1

lihat semua
Episodes
1 Raab 1: Penghuni Pulau Kesepian
2 Raab 2: Racun Mimpi Buruk
3 Raab 3: Kembali Sakti
4 Raab 4: Pulang Bersama Gimba
5 Raab 5: Ratu dan Permaisuri
6 Raab 6: Tuduhan Prabu Dira
7 Raab 7: Pembunuh Ratu Ani
8 Raab 8: Efek Mertua
9 Raab 9: Kebangkitan Ratu Ani
10 Raab 10: Hukuman Permaisuri Mata Hijau
11 Raab 11: Titah Prabu Dira
12 Raab 12: Permaisuri Pedang Hilang
13 Raab 13: Dua Pendekar Sombong
14 Raab 14: Undangan Adipati
15 Raab 15: Pendekar Berkumpul
16 Raab 16: Adipati Rempah Alot
17 Raab 17: Gadis Cantik Baju Ungu
18 Raab 18: Aninda Bertamu
19 Raab 19: Pertarungan Perdana Aninda
20 Raab 20: Adipati Menusuk Aninda
21 Raab 21: Sakti yang Takluk
22 Raab 22: Tugas untuk Adipati
23 Raab 23: Mendayung Malam
24 Raab 24: Pelampiasan Prabu Dira
25 Raab 25: Dagelan Jarum Gadis
26 Raab 26: Menang Bawa Petaka
27 Raab 27: Tipuan Cempaka Air
28 Raab 28: Pemenang Babak Kedua
29 Raab 29: Kelicikan Cempaka
30 Raab 30: Kesaktian Aji Ronggoloyo
31 Raab 31: Kemenangan Pendekar Sombong
32 Raab 32: Kenyot Sedot Otot
33 Raab 33: Enam Selendang Dewi
34 Raab 34: Kesaktian Akar
35 Raab 35: Abang Kintir
36 Raab 36: Kentang Kebo
37 Raab 37: Siksaan untuk Aji
38 Raab 38: Cantik Versus Gemuk
39 Raab 39: Duel Dua Kakek Sakti
40 Raab 40: Fans Fanatik
41 Raab 41: Serangan Tiba-Tiba
42 Raab 42: Mengejar Ati Urat
43 Raab 43: Mengeroyok Ati Urat
44 Raab 44: Ratu Yuo Kai
45 Raab 45: Tawaran Ratu Abadi
46 Terpalan 1: Kesepakatan Saudara Seperguruan
47 Terpalan 2: Petunjuk Menuju Abadi
48 Terpalan 3: Kematian di Dua Tempat
49 Terpalan 4: Abang Bertemu Joko
50 Terpalan 5: Hadangan di Atas Jembatan
51 Terpalan 6: Seteru Atas Jembatan
52 Terpalan 7: Dua Desa Pendekar
53 Terpalan 8: Bertemu Kakek Sakti
54 Terpalan 9: Misi Pembunuhan
55 Terpalan 10: Pasukan Buaya Samudera
56 Terpalan 11: Senyumi Awan
57 Terpalan 12: Kedatangan Ratu Alma
58 Terpalan 13: Dagelan Kebakaran
59 Terpalan 14: Menghajar Pasukan Kademangan
60 Terpalan 15: Mengkudeta Demang Awok
61 Terpalan 16: Kabar Kejutan Dari Ratu
62 Terpalan 17: Nenek Liang Kubur
63 Terpalan 18: Warung Pepes Jengkol
64 Terpalan 19: Melayani Kentang Kebo
65 Terpalan 20: Pasukan Kademangan Hancur
66 Terpalan 21: Dua Kepala Desa Dibunuh
67 Terpalan 22: Tiga Si Pedang Panjang
68 Terpalan 23: Membantai Warga Desa Punten
69 Terpalan 24: Izin Pemegang Izin
70 Terpalan 25: Paku Darah Perjaka Murni
71 Terpalan 26: Ratu Yuo Kai Terkejut
72 Terpalan 27: Teror di Pasir Langit
73 Terpalan 28: Mati Kedua, Bangkit Kedua
74 Terpalan 29: Begal Nol Aksi
75 Terpalan 30: Insiden di Kedai Sederhana
76 Terpalan 31: Langkah Seribu Tiga
77 Terpalan 32: Dihadang Tiga Putra Demang
78 Terpalan 33: Nyai Demang Rame Getah
79 Terpalan 34: Kelompok Pembunuh Datang
80 Terpalan 35: Kelompok Pembunuh Menghilang
81 9P 1: Buaya Samudera Masuk Istana
82 9P 2: Sembilan Pendekar
83 9P 3: Laporan Nyai Demang
84 9P 4: Kelompok Kutu Aksoro
85 9P 5: Anggota Kedua Belas
86 9P 6: Misi Gagal
87 9P 7: Menghentikan Lari Kutu
88 9P 8: Berakhir di Sungai
89 9P 9: Membakar Desa
90 9P 10: Serangan Rumah Api
91 9P 11: Tiga Lawan
92 9P 12: Una Rakang vs La Pontong
93 9P 13: Burung Terakhir
94 9P 14: Bayi Asap Ungu
95 9P 15: Pedang Panjang vs Pedang Tumpul
96 9P 16: Syarat Restu Permaisuri Serigala
97 9P 17: Pasukan Topeng Merah
98 9P 18: Kademangan Kumisanak
99 9P 19: Kelompok Wedang Ketek
100 9P 20: Ketek Jatuh Cinta
101 9P 21: Ungkapan Cinta Ketek
102 9P 22: Jebakan Jala Buaya
103 9P 23: Perjuangan Akhir Wedang Ketek
104 9P 24: Sempurna Ani Saraswani
105 Kabar Getir dari Om
106 Pengumuman: Pendekar Sanggana Lanjut
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Raab 1: Penghuni Pulau Kesepian
2
Raab 2: Racun Mimpi Buruk
3
Raab 3: Kembali Sakti
4
Raab 4: Pulang Bersama Gimba
5
Raab 5: Ratu dan Permaisuri
6
Raab 6: Tuduhan Prabu Dira
7
Raab 7: Pembunuh Ratu Ani
8
Raab 8: Efek Mertua
9
Raab 9: Kebangkitan Ratu Ani
10
Raab 10: Hukuman Permaisuri Mata Hijau
11
Raab 11: Titah Prabu Dira
12
Raab 12: Permaisuri Pedang Hilang
13
Raab 13: Dua Pendekar Sombong
14
Raab 14: Undangan Adipati
15
Raab 15: Pendekar Berkumpul
16
Raab 16: Adipati Rempah Alot
17
Raab 17: Gadis Cantik Baju Ungu
18
Raab 18: Aninda Bertamu
19
Raab 19: Pertarungan Perdana Aninda
20
Raab 20: Adipati Menusuk Aninda
21
Raab 21: Sakti yang Takluk
22
Raab 22: Tugas untuk Adipati
23
Raab 23: Mendayung Malam
24
Raab 24: Pelampiasan Prabu Dira
25
Raab 25: Dagelan Jarum Gadis
26
Raab 26: Menang Bawa Petaka
27
Raab 27: Tipuan Cempaka Air
28
Raab 28: Pemenang Babak Kedua
29
Raab 29: Kelicikan Cempaka
30
Raab 30: Kesaktian Aji Ronggoloyo
31
Raab 31: Kemenangan Pendekar Sombong
32
Raab 32: Kenyot Sedot Otot
33
Raab 33: Enam Selendang Dewi
34
Raab 34: Kesaktian Akar
35
Raab 35: Abang Kintir
36
Raab 36: Kentang Kebo
37
Raab 37: Siksaan untuk Aji
38
Raab 38: Cantik Versus Gemuk
39
Raab 39: Duel Dua Kakek Sakti
40
Raab 40: Fans Fanatik
41
Raab 41: Serangan Tiba-Tiba
42
Raab 42: Mengejar Ati Urat
43
Raab 43: Mengeroyok Ati Urat
44
Raab 44: Ratu Yuo Kai
45
Raab 45: Tawaran Ratu Abadi
46
Terpalan 1: Kesepakatan Saudara Seperguruan
47
Terpalan 2: Petunjuk Menuju Abadi
48
Terpalan 3: Kematian di Dua Tempat
49
Terpalan 4: Abang Bertemu Joko
50
Terpalan 5: Hadangan di Atas Jembatan
51
Terpalan 6: Seteru Atas Jembatan
52
Terpalan 7: Dua Desa Pendekar
53
Terpalan 8: Bertemu Kakek Sakti
54
Terpalan 9: Misi Pembunuhan
55
Terpalan 10: Pasukan Buaya Samudera
56
Terpalan 11: Senyumi Awan
57
Terpalan 12: Kedatangan Ratu Alma
58
Terpalan 13: Dagelan Kebakaran
59
Terpalan 14: Menghajar Pasukan Kademangan
60
Terpalan 15: Mengkudeta Demang Awok
61
Terpalan 16: Kabar Kejutan Dari Ratu
62
Terpalan 17: Nenek Liang Kubur
63
Terpalan 18: Warung Pepes Jengkol
64
Terpalan 19: Melayani Kentang Kebo
65
Terpalan 20: Pasukan Kademangan Hancur
66
Terpalan 21: Dua Kepala Desa Dibunuh
67
Terpalan 22: Tiga Si Pedang Panjang
68
Terpalan 23: Membantai Warga Desa Punten
69
Terpalan 24: Izin Pemegang Izin
70
Terpalan 25: Paku Darah Perjaka Murni
71
Terpalan 26: Ratu Yuo Kai Terkejut
72
Terpalan 27: Teror di Pasir Langit
73
Terpalan 28: Mati Kedua, Bangkit Kedua
74
Terpalan 29: Begal Nol Aksi
75
Terpalan 30: Insiden di Kedai Sederhana
76
Terpalan 31: Langkah Seribu Tiga
77
Terpalan 32: Dihadang Tiga Putra Demang
78
Terpalan 33: Nyai Demang Rame Getah
79
Terpalan 34: Kelompok Pembunuh Datang
80
Terpalan 35: Kelompok Pembunuh Menghilang
81
9P 1: Buaya Samudera Masuk Istana
82
9P 2: Sembilan Pendekar
83
9P 3: Laporan Nyai Demang
84
9P 4: Kelompok Kutu Aksoro
85
9P 5: Anggota Kedua Belas
86
9P 6: Misi Gagal
87
9P 7: Menghentikan Lari Kutu
88
9P 8: Berakhir di Sungai
89
9P 9: Membakar Desa
90
9P 10: Serangan Rumah Api
91
9P 11: Tiga Lawan
92
9P 12: Una Rakang vs La Pontong
93
9P 13: Burung Terakhir
94
9P 14: Bayi Asap Ungu
95
9P 15: Pedang Panjang vs Pedang Tumpul
96
9P 16: Syarat Restu Permaisuri Serigala
97
9P 17: Pasukan Topeng Merah
98
9P 18: Kademangan Kumisanak
99
9P 19: Kelompok Wedang Ketek
100
9P 20: Ketek Jatuh Cinta
101
9P 21: Ungkapan Cinta Ketek
102
9P 22: Jebakan Jala Buaya
103
9P 23: Perjuangan Akhir Wedang Ketek
104
9P 24: Sempurna Ani Saraswani
105
Kabar Getir dari Om
106
Pengumuman: Pendekar Sanggana Lanjut

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!