Raab 12: Permaisuri Pedang Hilang

*Ratu Abadi (Raab)*

“Hukuman ini sama saja menghukumku juga. Dua tahun itu adalah waktu yang terlalu lama. Tidak mungkin aku marah kepada Permaisuri Mata Hijau selama itu,” keluh Prabu Dira setelah mendengar laporan dayang utusan Permaisuri Mata Hati tentang hukuman yang diberikan kepada Permaisuri Mata Hijau.

“Aku siap menggantilkan jatah Permaisuri Mata Hijau,” kata Permaisuri Sandaria seraya tersenyum lebar, sampai-sampai banyak giginya yang tampak, persis iklan sabun mandi.

“Rasanya beda,” kata Prabu Dira yang membuat Permaisuri Sandaria seketika cemberut dengan mengerutkan batang hidung mungilnya.

Ingin tertawa Ratu Tirana dan Permaisuri Yuo Kai mendengar tanggapan suami mereka atas proposal Permaisuri Sandaria. Namun, mereka menahan tawa dan hanya tersenyum tanggung.

Prabu Dira lalu bangkit berdiri.

“Kakang Prabu mau ke mana? Bukankah Kakang Prabu sudah mempercayakannya kepada Permaisuri Guru?” tanya Ratu Tirana sambil ikut berdiri.

“Rapikan kembali ruangan ini. Aku mau pergi ke Istana Pedang,” kata Prabu Dira. Dia lalu melangkah pergi.

Kepala Pengawal Prabu yang sejak tadi hanya berdiri di dekat pintu kamar besar itu segera bergerak untuk mengawal. Riskaya segera mengiringi. Setelah itu, ada sepuluh prajurit lelaki berseragam hitam yang bersenjata pedang dan membawa perisai logam mengawal di belakang. Kesepuluh prajurit itu adalah Pengawal Prabu, anak buah Riskaya yang jarang terpakai karena biasanya Prabu Dira hanya ingin memakai Riskaya seorang.

“Gusti Prabu!” sebut Riskaya memanggil saat mereka dalam perjalanan menuju Istana Pedang.

“Apakah kau ingin menanyakan pengesahanmu sebagai selirku?” tanya Prabu Dira tanpa menghentikan langkahnya.

“Benar, Gusti,” jawab Riskaya.

“Maafkan aku, Riskaya. Aku minta kau sedikit bersabar. Tidak mungkin aku memilih bersenang-senang denganmu di saat aku sedang berduka atas kematian Ratu Ani,” kilah Prabu Dira.

“Baik, Gusti. Aku sudah menunggu selama sepuluh tahun, apalah susahnya untuk menunggu sepekan dua pekan, atau sepurnama dua purnama,” kata Riskaya.

“Maafkan aku, Riskaya,” ucap Prabu Dira.

“Tidak apa-apa, Gusti Prabu,” ucap Riskaya pula.

“Aku merasa ini adalah masa tersuram bagiku. Tidak mungkin aku menangisi Ratu Ani di depan kalian,” kata Prabu Dira bernada sedih.

“Aku memahami kondisi hati Gusti Prabu. Aku pun pernah merasakan kehilangan yang lebih banyak dari Gusti Prabu,” kata Riskaya.

Setelah itu, Prabu Dira memilih diam.

Dalam perjalanan menuju ke Istana Pedang, tidak banyak percakapan yang muncul antara Raja dan Riskaya, padahal pengawal cantik bertubuh indah itu berharap lebih.

Akhirnya mereka sampai di halaman Istana Pedang.

Istana Pedang tempat kediaman Permaisuri Pedang alias Permaisuri Kusuma Dewi adalah bangunan yang didominasi warna kuning keputih-putihan, tapi bukan keputihan, jauh dari kata warna emas ataupun kapas.

Di halamannya ada sebuah tugu batu yang dihiasi oleh sejumlah pedang sungguhan yang ditancapkan.

Para prajurit jaga segera turun berlutut ketika raja mereka tiba.

“Mohon ampun, Gusti Prabu,” ucap salah satu prajurit. “Gusti Permaisuri Pedang sedang tidak ada di dalam Istana.”

“Ke mana junjunganmu?” tanya Prabu Dira dengan tenang.

“Kami tidak tahu, Gusti. Gusti Permaisuri pergi bersama Pangeran Angling Kusuma menunggang kuda,” jawab prajurit tersebut.

Terbeliak Prabu Dira. Pikirannya langsung menghubungkan kepergian Permaisuri Kusuma Dewi dengan kejadian di pelataran tadi.

“Apakah Permaisuri Pedang pergi bersama Pasukan Pengawal Dewi Bunga?” tanya Prabu Dira.

“Jika dari sini, hamba tidak melihat adanya kebedaraan pendekar Pengawal Dewi Bunga,” jawab si prajurit.

“Riskaya, lihat keberadaan Pengawal Dewi Bunga. Jika ternyata mereka tidak mengawal, perintahkan untuk menyusul dan mengawal Permaisuri Pedang atas namaku!” perintah Prabu Dira.

“Baik, Gusti,” ucap Riskaya.

Setelah menghormat, Riskaya segera pergi untuk mengambil kuda yang selalu ada tersedia di sejumlah titik di lingkungan Istana Sanggana Kecil.

Markas Pasukan Pengawal Dewi Bunga ada di sisi selatan dan terhubung langsung dengan luar tembok Istana.

Permaisuri Kusuma Dewi bukan termasuk permaisuri yang bergelar Dewi Bunga, tetapi semua ratu dan permaisuri mendapat jatah sepuluh Pendekar Pengawal Bunga dari Pasukan Pengawal Dewi Bunga, termasuk Permaisuri Kusuma Dewi.

Meski dilaporkan bahwa Permaisuri Kusuma Dewi pergi berkuda bersama putranya yang bernama Angling Kusuma, tetapi pada saat Prabu Dira datang ke Istana Pedang mereka justru sedang naik perahu, bukan sedang berkuda. Sepertinya ada yang salah.

Maka, ketika sepuluh Pendekar Pengawal Dewi Bunga bertanya kepada prajurit penjaga gerbang benteng Istana tentang Permaisuri Kusuma Dewi, prajurit jaga menjawab “tidak tahu.”

“Ini perintah Gusti Prabu, Prajurit. Apakah kalian melihat Permaisuri Pedang melewati gerbang ini dengan berkuda?” kata pendekar gagah yang berjenis kelamin laki-laki. Nadanya agak meninggi setelah prajurit jaga menjawab “tidak tahu.”

Pendekar itu bernama Cambang Botak. Dia berperawakan kekar dengan baju merah ketat tanpa lengan. Baju model itu sangat jelas bertujuan pamer otot yang memang selain idaman para lelaki, juga idaman para wanita.

Cambang Botak usianya sudah separuh baya, tetapi fisik bagusnya membuatnya terlihat jauh lebih muda. Meski namanya Cambang Botak, tetapi cambangnya tidak botak. Dia pendekar yang bersenjatakan cambuk berwarna merah.

Cambang Botak adalah pemimpin dari kesembilan rekan pendekarnya yang saat itu sama-sama duduk di atas kuda. Bukan satu kuda diduduki ramai-ramai, tetapi satu orang satu kuda. Jangan salah paham!

Ketika Cambang Botak bertanya kepada prajurit penjaga gerbang, yang lain menunggu.

Cambang Botak agak terpancing emosinya mendengar jawaban prajurit jaga. Sebab, Kepala Pengawal Prabu tadi mengabarkan bahwa Permaisuri Pedang pergi berkuda bersama putranya yang berusia delapan tahun.

“Pendekar Cambang Botak jangan memaksa kami mengatakan yang tidak terjadi. Kami semua tidak melihat Permaisuri Pedang keluar benteng Istana menunggangi kuda, bahkan berjalan kaki pun tidak,” tandas prajurit yang mewakili belasan rekan-rekannya di pos itu.

Dengan ekspresi wajah yang menunjukkan kekesalan, Cambang Botak meninggalkan para prajurit itu dan mendatangi kelompoknya sesama Pendekar Pengawal Dewi Bunga.

“Gusti Permaisuri Pedang tidak lewat gerbang ini,” kata Cambang Botak kepada kesembilan rekannya yang terdiri dari enam pendekar lelaki dan tiga pendekar wanita. Lalu perintahnya, “Jalak Layang, pergilah ke gerbang barat benteng, mungkin Gusti Permaisuri pergi ke Kadipaten Hutan Malam Abadi.”

“Baik,” jawab pendekar lelaki paling muda di antara mereka, usianya dua puluh tahun. Namanya Jalak Layang.

Jika usia dua puluh tahun sudah masuk jajaran Pendekar Pengawal Bunga, itu artinya dia “sesuatu”.

Jalak Layang yang parasnya masih emut-emut seperti marmut, segera menggebah kudanya untuk pergi ke gerbang benteng sisi barat.

“Hahaha! Pengawal Dewi Bunga malah kehilangan Dewi Bunga. Hahaha!” celetuk pendekar berbadan gemuk gendut di sela-sela tawanya menertawakan keadaan mereka.

“Diam kau, Kembang Kulit!” hardik Cambang Botak.

“Jika Gusti Permaisuri tidak memanggil kita untuk mengawal, itu tandanya Gusti Permaisuri memang tidak mau dikawal,” kata pendekar gemuk berambut gondrong yang bernama Kembang Kulit.

“Betul kau, Kakang Kembang,” timpal gadis pendekar berwajah cantik tapi terkesan jutek, bawaan dari model matanya, bukan bawaan dari orok. Dia bernama Linting Lanjang. Ada sebuah gong kecil warna perak menggantung di pinggang kanannya.

“Kalian pasti belum mendengar bahwa Ratu Ani Kerajaan Pasir Langit mati dibunuh oleh Permaisuri Mata Hijau,” kata Kembang Kulit.

“Apa?!”

“Hah!”

Cambang Botak dan ketujuh pendekar lainnya terkejut dengan gaya ekspresinya masing-masing.

“Kau jangan sembarangan bicara, Kembang Kulit!” hardik Cambang Botak lagi.

“Aku mendapat kabar dari dayang selingkuhanku yang menyaksikan langsung Gusti Prabu menuduh Gusti Permaisuri Pedang sebagai pelakunya, padahal yang membunuh Ratu Ani adalah Gusti Permaisuri Mata Hijau,” cerita Kembang Kulit berair-air, sampai-sampai dia menyeka bibirnya yang basah setelah kalimatnya menemui titik.

“Waaah! Permaisuri Pedang pasti sangat hancur hatinya. Setahuku dari cerita yang aku dengar, Permaisuri Pedang adalah cinta pertama Gusti Prabu,” kata pendekar kurus kecil tapi bermulut elastis yang bernama Ajit Lilit.

“Berarti Gusti Permaisuri Pedang kabur,” kata Kembang Kulit.

“Hei! Jaga bicara kalian, jangan sampai ada yang terdengar oleh telik sandi dan sampai kepada Gusti Prabu!” kata Cambang Botak dengan tatapan yang tidak suka mendengar pergunjingan itu. (RH)

Terpopuler

Comments

Umar Muhdhar

Umar Muhdhar

5

2024-11-08

1

🫡Ran🫠off✈︎

🫡Ran🫠off✈︎

jadi disebut becak nggak tuh?
😂

2024-10-31

3

🫡Ran🫠off✈︎

🫡Ran🫠off✈︎

sedang memikirkan yang hal terjadi lagi?
😂

2024-10-31

3

lihat semua
Episodes
1 Raab 1: Penghuni Pulau Kesepian
2 Raab 2: Racun Mimpi Buruk
3 Raab 3: Kembali Sakti
4 Raab 4: Pulang Bersama Gimba
5 Raab 5: Ratu dan Permaisuri
6 Raab 6: Tuduhan Prabu Dira
7 Raab 7: Pembunuh Ratu Ani
8 Raab 8: Efek Mertua
9 Raab 9: Kebangkitan Ratu Ani
10 Raab 10: Hukuman Permaisuri Mata Hijau
11 Raab 11: Titah Prabu Dira
12 Raab 12: Permaisuri Pedang Hilang
13 Raab 13: Dua Pendekar Sombong
14 Raab 14: Undangan Adipati
15 Raab 15: Pendekar Berkumpul
16 Raab 16: Adipati Rempah Alot
17 Raab 17: Gadis Cantik Baju Ungu
18 Raab 18: Aninda Bertamu
19 Raab 19: Pertarungan Perdana Aninda
20 Raab 20: Adipati Menusuk Aninda
21 Raab 21: Sakti yang Takluk
22 Raab 22: Tugas untuk Adipati
23 Raab 23: Mendayung Malam
24 Raab 24: Pelampiasan Prabu Dira
25 Raab 25: Dagelan Jarum Gadis
26 Raab 26: Menang Bawa Petaka
27 Raab 27: Tipuan Cempaka Air
28 Raab 28: Pemenang Babak Kedua
29 Raab 29: Kelicikan Cempaka
30 Raab 30: Kesaktian Aji Ronggoloyo
31 Raab 31: Kemenangan Pendekar Sombong
32 Raab 32: Kenyot Sedot Otot
33 Raab 33: Enam Selendang Dewi
34 Raab 34: Kesaktian Akar
35 Raab 35: Abang Kintir
36 Raab 36: Kentang Kebo
37 Raab 37: Siksaan untuk Aji
38 Raab 38: Cantik Versus Gemuk
39 Raab 39: Duel Dua Kakek Sakti
40 Raab 40: Fans Fanatik
41 Raab 41: Serangan Tiba-Tiba
42 Raab 42: Mengejar Ati Urat
43 Raab 43: Mengeroyok Ati Urat
44 Raab 44: Ratu Yuo Kai
45 Raab 45: Tawaran Ratu Abadi
46 Terpalan 1: Kesepakatan Saudara Seperguruan
47 Terpalan 2: Petunjuk Menuju Abadi
48 Terpalan 3: Kematian di Dua Tempat
49 Terpalan 4: Abang Bertemu Joko
50 Terpalan 5: Hadangan di Atas Jembatan
51 Terpalan 6: Seteru Atas Jembatan
52 Terpalan 7: Dua Desa Pendekar
53 Terpalan 8: Bertemu Kakek Sakti
54 Terpalan 9: Misi Pembunuhan
55 Terpalan 10: Pasukan Buaya Samudera
56 Terpalan 11: Senyumi Awan
57 Terpalan 12: Kedatangan Ratu Alma
58 Terpalan 13: Dagelan Kebakaran
59 Terpalan 14: Menghajar Pasukan Kademangan
60 Terpalan 15: Mengkudeta Demang Awok
61 Terpalan 16: Kabar Kejutan Dari Ratu
62 Terpalan 17: Nenek Liang Kubur
63 Terpalan 18: Warung Pepes Jengkol
64 Terpalan 19: Melayani Kentang Kebo
65 Terpalan 20: Pasukan Kademangan Hancur
66 Terpalan 21: Dua Kepala Desa Dibunuh
67 Terpalan 22: Tiga Si Pedang Panjang
68 Terpalan 23: Membantai Warga Desa Punten
69 Terpalan 24: Izin Pemegang Izin
70 Terpalan 25: Paku Darah Perjaka Murni
71 Terpalan 26: Ratu Yuo Kai Terkejut
72 Terpalan 27: Teror di Pasir Langit
73 Terpalan 28: Mati Kedua, Bangkit Kedua
74 Terpalan 29: Begal Nol Aksi
75 Terpalan 30: Insiden di Kedai Sederhana
76 Terpalan 31: Langkah Seribu Tiga
77 Terpalan 32: Dihadang Tiga Putra Demang
78 Terpalan 33: Nyai Demang Rame Getah
79 Terpalan 34: Kelompok Pembunuh Datang
80 Terpalan 35: Kelompok Pembunuh Menghilang
81 9P 1: Buaya Samudera Masuk Istana
82 9P 2: Sembilan Pendekar
83 9P 3: Laporan Nyai Demang
84 9P 4: Kelompok Kutu Aksoro
85 9P 5: Anggota Kedua Belas
86 9P 6: Misi Gagal
87 9P 7: Menghentikan Lari Kutu
88 9P 8: Berakhir di Sungai
89 9P 9: Membakar Desa
90 9P 10: Serangan Rumah Api
91 9P 11: Tiga Lawan
92 9P 12: Una Rakang vs La Pontong
93 9P 13: Burung Terakhir
94 9P 14: Bayi Asap Ungu
95 9P 15: Pedang Panjang vs Pedang Tumpul
96 9P 16: Syarat Restu Permaisuri Serigala
97 9P 17: Pasukan Topeng Merah
98 9P 18: Kademangan Kumisanak
99 9P 19: Kelompok Wedang Ketek
100 9P 20: Ketek Jatuh Cinta
101 9P 21: Ungkapan Cinta Ketek
102 9P 22: Jebakan Jala Buaya
103 9P 23: Perjuangan Akhir Wedang Ketek
104 9P 24: Sempurna Ani Saraswani
105 Kabar Getir dari Om
106 Pengumuman: Pendekar Sanggana Lanjut
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Raab 1: Penghuni Pulau Kesepian
2
Raab 2: Racun Mimpi Buruk
3
Raab 3: Kembali Sakti
4
Raab 4: Pulang Bersama Gimba
5
Raab 5: Ratu dan Permaisuri
6
Raab 6: Tuduhan Prabu Dira
7
Raab 7: Pembunuh Ratu Ani
8
Raab 8: Efek Mertua
9
Raab 9: Kebangkitan Ratu Ani
10
Raab 10: Hukuman Permaisuri Mata Hijau
11
Raab 11: Titah Prabu Dira
12
Raab 12: Permaisuri Pedang Hilang
13
Raab 13: Dua Pendekar Sombong
14
Raab 14: Undangan Adipati
15
Raab 15: Pendekar Berkumpul
16
Raab 16: Adipati Rempah Alot
17
Raab 17: Gadis Cantik Baju Ungu
18
Raab 18: Aninda Bertamu
19
Raab 19: Pertarungan Perdana Aninda
20
Raab 20: Adipati Menusuk Aninda
21
Raab 21: Sakti yang Takluk
22
Raab 22: Tugas untuk Adipati
23
Raab 23: Mendayung Malam
24
Raab 24: Pelampiasan Prabu Dira
25
Raab 25: Dagelan Jarum Gadis
26
Raab 26: Menang Bawa Petaka
27
Raab 27: Tipuan Cempaka Air
28
Raab 28: Pemenang Babak Kedua
29
Raab 29: Kelicikan Cempaka
30
Raab 30: Kesaktian Aji Ronggoloyo
31
Raab 31: Kemenangan Pendekar Sombong
32
Raab 32: Kenyot Sedot Otot
33
Raab 33: Enam Selendang Dewi
34
Raab 34: Kesaktian Akar
35
Raab 35: Abang Kintir
36
Raab 36: Kentang Kebo
37
Raab 37: Siksaan untuk Aji
38
Raab 38: Cantik Versus Gemuk
39
Raab 39: Duel Dua Kakek Sakti
40
Raab 40: Fans Fanatik
41
Raab 41: Serangan Tiba-Tiba
42
Raab 42: Mengejar Ati Urat
43
Raab 43: Mengeroyok Ati Urat
44
Raab 44: Ratu Yuo Kai
45
Raab 45: Tawaran Ratu Abadi
46
Terpalan 1: Kesepakatan Saudara Seperguruan
47
Terpalan 2: Petunjuk Menuju Abadi
48
Terpalan 3: Kematian di Dua Tempat
49
Terpalan 4: Abang Bertemu Joko
50
Terpalan 5: Hadangan di Atas Jembatan
51
Terpalan 6: Seteru Atas Jembatan
52
Terpalan 7: Dua Desa Pendekar
53
Terpalan 8: Bertemu Kakek Sakti
54
Terpalan 9: Misi Pembunuhan
55
Terpalan 10: Pasukan Buaya Samudera
56
Terpalan 11: Senyumi Awan
57
Terpalan 12: Kedatangan Ratu Alma
58
Terpalan 13: Dagelan Kebakaran
59
Terpalan 14: Menghajar Pasukan Kademangan
60
Terpalan 15: Mengkudeta Demang Awok
61
Terpalan 16: Kabar Kejutan Dari Ratu
62
Terpalan 17: Nenek Liang Kubur
63
Terpalan 18: Warung Pepes Jengkol
64
Terpalan 19: Melayani Kentang Kebo
65
Terpalan 20: Pasukan Kademangan Hancur
66
Terpalan 21: Dua Kepala Desa Dibunuh
67
Terpalan 22: Tiga Si Pedang Panjang
68
Terpalan 23: Membantai Warga Desa Punten
69
Terpalan 24: Izin Pemegang Izin
70
Terpalan 25: Paku Darah Perjaka Murni
71
Terpalan 26: Ratu Yuo Kai Terkejut
72
Terpalan 27: Teror di Pasir Langit
73
Terpalan 28: Mati Kedua, Bangkit Kedua
74
Terpalan 29: Begal Nol Aksi
75
Terpalan 30: Insiden di Kedai Sederhana
76
Terpalan 31: Langkah Seribu Tiga
77
Terpalan 32: Dihadang Tiga Putra Demang
78
Terpalan 33: Nyai Demang Rame Getah
79
Terpalan 34: Kelompok Pembunuh Datang
80
Terpalan 35: Kelompok Pembunuh Menghilang
81
9P 1: Buaya Samudera Masuk Istana
82
9P 2: Sembilan Pendekar
83
9P 3: Laporan Nyai Demang
84
9P 4: Kelompok Kutu Aksoro
85
9P 5: Anggota Kedua Belas
86
9P 6: Misi Gagal
87
9P 7: Menghentikan Lari Kutu
88
9P 8: Berakhir di Sungai
89
9P 9: Membakar Desa
90
9P 10: Serangan Rumah Api
91
9P 11: Tiga Lawan
92
9P 12: Una Rakang vs La Pontong
93
9P 13: Burung Terakhir
94
9P 14: Bayi Asap Ungu
95
9P 15: Pedang Panjang vs Pedang Tumpul
96
9P 16: Syarat Restu Permaisuri Serigala
97
9P 17: Pasukan Topeng Merah
98
9P 18: Kademangan Kumisanak
99
9P 19: Kelompok Wedang Ketek
100
9P 20: Ketek Jatuh Cinta
101
9P 21: Ungkapan Cinta Ketek
102
9P 22: Jebakan Jala Buaya
103
9P 23: Perjuangan Akhir Wedang Ketek
104
9P 24: Sempurna Ani Saraswani
105
Kabar Getir dari Om
106
Pengumuman: Pendekar Sanggana Lanjut

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!