Raab 15: Pendekar Berkumpul

*Ratu Abadi (Raab)* 

Aroma pandan yang kental seperti kue talam pandan memenuhi area tenda yang memang beratapkan anyaman daun pandan. Dibutuhkan ribuan helai daun pandan untuk menganyam atap tenda yang luas. Namun, tidak perlu mencari tahu siapa perajin handal yang membuatnya.

Di saat Bagan Selangit bersitegang dengan Dua Pendekar Sombong di depan gerbang penerimaan tamu, Cempaka Air membuka beseknya. Aroma kelezatan dari rempah-rempah bumbu masakan dari lauk dan nasinya segera say hello kepada penciuman si gadis. Juru masak kediaman Adipati Rempah Alot memang tahu selera makan para pendekar yang notabene doyan daging-dagingan. Karena begitu lezatnya makanan di dalam besek sampai-sampai sulit digambarkan dengan tulisan apa saja menunya.

Cempaka Air pun mulai makan dengan tangan. Tuan rumah tidak menyediakan sendok ataupun garpu. Namun, segera datang pelayan wanita yang membawakan minuman. Jangan sampai gegara seret saat makan, pendekar tersebut mengamuk.

“Apa yang kau lakukan, Gaban?” tanya Aji Ronggoloyo agak membentak.

“Kau mau jadi kecil gara-gara ditambrak kuda kami?” tanya Adi Ronggoloyo pula.

“Kurang ajar kalian! Beraninya kalian menyebut hidungku bocor!” hardik Gaban Selangit.

Ingin tertawa para prajurit kadipaten yang mendengar kemarahan Gaban Selangit.

Dua Pendekar Sombong agak beda. Mereka berdua saling pandang dulu karena tidak mengerti atas tuduhan lelaki besar itu. Namun, mereka kemudian tertawa terbahak-bahak.

“Hahahak…!” tawa Aji dan Adi.

Semakin naik pitamlah Gaban Selangit, seolah-olah ada asap lokomotip yang keluar dari kedua lubang hidungnya.

“Tenang dulu, Gaban. Jika kau marah kepada kami, nanti orang-orang menuduhmu yang tidak bukan,” kata Aji segera menenangkan sang lelaki besar.

“Menuduh apa?” tanya Gaban setengah membentak.

“Menuduh kau iri terhadap ketampanan kami,” jawab Aji Ronggoloyo enteng.

Terdiamlah Gaban mendengar itu. Sepertinya dia mengakui bahwa wajahnya tidak lebih tampan dari Dua Pendekar Sombong.

“Sudahlah. Mana bisa kau menyambut tamu dengan otot gantengmu itu, kau nanti bisa kena hukum oleh Gusti Adipati,” kata Aji lagi.

Dipuji dengan istilah “otot ganteng”, seketika Gaban Selangit diterpa kebanggaan. Ketegangan dan kesangaran wajahnya melunak setengah porsi.

“Kami ini adalah pendekar yang ternama di Kadipaten Rempal. Tentunya Gusti Adipati sangat mengharapkan kehadiran kami dalam acara malam ini,” kata Adi Ronggoloyo.

“Lagipula, jika hidungmu tidak bocor atau berlubang, hidung kami tidak bocor atau berlubang, kita tidak akan bisa bernapas,” kata Aji Ronggoloyo.

Terdiam Gaban Selangit mendengar kata-kata Aji Ronggoloyo yang bisa diterima oleh akalnya yang hanya setinggi pohon kelapa. Setelah ototnya dipuji dan juga ternyata sebutan “hidung bocor” tidak salah, pendekar Adipati itupun akhirnya melunak full.

“Aku izinkan kalian masuk, tapi jangan genit di dalam,” kata Gaban Selangit. Peringatan itu muncul karena dia tahu karakter dua orang ganteng itu.

“Tenang saja. Justru kami yang suka digeniti oleh wanita. Hahaha!” kata Adi Ronggoloyo lalu tertawa bersama kakaknya yang masih sama-sama melajang. Bisa dikenali dari gaya tawanya bahwa mereka masih lajang, meski sudah tidak perjaka.

Akhirnya Dua Pendekar Sombong dipersilakan masuk ke meja registrasi agar terdata. Mungkin saja dengan mengisi daftar hadir, selain dapat besek, mereka juga nanti akan mendapat amplop ketika pulang.

Setelah mendapat besek, mereka sejenak mencari-cari keberadaan Cempaka Air. Ternyata gadis cantik itu sudah tidak ada di tempatnya. Meja yang tadi dipakai makan oleh Cempaka Air sudah kosong. Padahal rentang waktu hingga Dua Pendekar Sombong masuk hanya sebentar. Sepertinya Cempaka Air makan dengan tekhnik kilat, atau memang dia makannya lahap.

“Ke mana Cempaka Air?” ucap Adi Ronggoloyo.

“Sepertinya dia sembunyi,” kata Aji. “Sudahlah, ayo kita makan. Aroma makanannya selezat kita.”

Kakak adik itupun pergi ke satu meja kosong. Mereka duduk berseberangan meja. Seperti orang yang sedang pergi rekreasi di akhir bulan, keduanya membuka bungkusan besek. Harumnya yang manis dan aroma rempah yang tajam seketika menyapa penciuman dan menggoda selera.

“Hahaha!” tawa seseorang tiba-tiba.

Aji dan Adi yang belum sempat menyuap segera menengok ke meja kedua di sisi mereka. Mereka melihat, sejumlah pendekar juga ikut melihat, seorang lelaki berperawakan gembel dan berambut kusut sedang makan seperti anak kecil. Pasalnya, mulutnya yang dikurung oleh kumis dan jenggot liar dihiasi butiran-butiran nasi.

Mereka semua mengenal orang itu dengan nama Anak Pengemis. Namun, dia bukan anak-anak lagi, tetapi sudah berusia enam puluh tahun kurang satu tahun. Dia juga makan makanan yang sama.

Anak Pengemis berbeda dengan pengemis pada umumnya yang suka bawa tongkat atau batok kelapa. Dia membawa sapu lidi yang punya gagang panjang sepanjang ala kadarnya.

“Kau dan aku makan makanan yang sama. Berarti kau sama rendahnya dengan pengemis sepertiku dan aku sama kayanya dengan orang kaya sepertimu. Hahaha!” kata Anak Pengemis lalu tertawa lagi.

“Hahaha!” tawa rendah para pendekar yang lain.

“Akan kami tunjukkan bahwa kami tetap menjadi yang lebih tinggi derajatnya dari para pendekar pasaran seperti kalian semua!” seru Aji Ronggoloyo.

Dia lalu merogoh balik pakaiannnya. Maksudnya di balik bajunya, bukan celananya. Setelah itu, dia mengeluarkan dua benda berwarna emas.

Aji memamerkan dua benda serupa yang ada di tangannya kepada pandangan para pendekar yang ada di bawah tenda daun pandan itu. Sebagian pendekar hanya memandang dengan bibir mencebik melihat benda yang dikeluarkan oleh Aji Ronggoloyo.

“Hahaha…!” Tertawa keraslah Dua Pendekar Sombong melihat wajah-wajah para pendekar lelaki dan perempuan serta tua dan muda itu.

Benda yang Aji keluarkan adalah dua cawan kecil yang terbuat dari logam berwarna emas. Entah itu emas asli atau imitasi.

“Selama alat minum ini masih kami miliki, tidak ada yang bisa mengalahkan derajat Dua Pendekar Sombong dalam perkara makan minum. Gusti Adipati saja, minggiiir. Hahaha!” kata Adi Ronggoloyo pula.

Mereka semakin jumawa ketika datang dua pelayan wanita muda dan berkulit bening lagi bersih membawa dua kendi minuman, plus gelas tanah litanya.

“Gelasnya bawa pulang saja,” kata Adi kepada kedua pelayan itu. Lalu katanya, “Pelayan Gusti Adipati rupanya cantik-cantik.”

“Ingat, Adi. Jangan genit,” kata Aji mengingatkan.

Kedua pelayan itu hanya senyum-senyum tersipu lalu pergi.

“Aku tidak menggoda, hanya memuji,” kilah Adi.

Aji lalu menuang air kendi ke cawan emas mereka layaknya gadis pingitan sedang menuang air susu. Sambil menuang seperti itu, dia sempat lirak lirik kepada para pendekar. Namun, dia harus kecewa, ternyata pendekar yang lain tidak ada yang memerhatikan tingkahnya. Para pendekar lebih fokus memerhatikan apa yang tergelar di atas panggung yang ada di depan tenda. Panggung kayu lebar berbentuk segi tiga itu menjadi panggung bagi penari yang diiringi oleh musik gamelan.

Memang, selain disuguhkan makanan praktis yang enak, para tamu juga dipersembahkan pertunjukan tari yang memikat mata tanpa ikatan. Hal itu yang kemudian membua Aji pindah posisi ke sisi adiknya, jadi sama-sama menghadap ke arah panggung.

Setelah tarian yang mengedepankan hentakan-hentakan pinggul-pinggul besar para penari itu usai, dan para penari turun panggung, suasana seketika berubah. Pasalnya dari arah rumah utama datang satu rombongan orang-orang berpakaian bagus layaknya bangsawan dan pejabat.

Para pendekar tamu undangan segera memusatkan perhatiannya ke arah rombongan itu.

Yang paling menonjol dari rombongan itu adalah Gaban Selangit yang seperti cucunya raksasa. Dialah yang paling besar badan, otot dan segala perabotnya. Tidak ada lawan. (RH)

Terpopuler

Comments

🫡Ran🫠off✈︎

🫡Ran🫠off✈︎

hm aku penasaran dengan huruf (RH) itu apa ya?
😅😂😂

2024-11-11

1

🫡Ran🫠off✈︎

🫡Ran🫠off✈︎

genit sekali gpp
😂

2024-11-11

1

🫡Ran🫠off✈︎

🫡Ran🫠off✈︎

namanya mirip kembar seperti adik kakak
/Facepalm/

2024-11-11

1

lihat semua
Episodes
1 Raab 1: Penghuni Pulau Kesepian
2 Raab 2: Racun Mimpi Buruk
3 Raab 3: Kembali Sakti
4 Raab 4: Pulang Bersama Gimba
5 Raab 5: Ratu dan Permaisuri
6 Raab 6: Tuduhan Prabu Dira
7 Raab 7: Pembunuh Ratu Ani
8 Raab 8: Efek Mertua
9 Raab 9: Kebangkitan Ratu Ani
10 Raab 10: Hukuman Permaisuri Mata Hijau
11 Raab 11: Titah Prabu Dira
12 Raab 12: Permaisuri Pedang Hilang
13 Raab 13: Dua Pendekar Sombong
14 Raab 14: Undangan Adipati
15 Raab 15: Pendekar Berkumpul
16 Raab 16: Adipati Rempah Alot
17 Raab 17: Gadis Cantik Baju Ungu
18 Raab 18: Aninda Bertamu
19 Raab 19: Pertarungan Perdana Aninda
20 Raab 20: Adipati Menusuk Aninda
21 Raab 21: Sakti yang Takluk
22 Raab 22: Tugas untuk Adipati
23 Raab 23: Mendayung Malam
24 Raab 24: Pelampiasan Prabu Dira
25 Raab 25: Dagelan Jarum Gadis
26 Raab 26: Menang Bawa Petaka
27 Raab 27: Tipuan Cempaka Air
28 Raab 28: Pemenang Babak Kedua
29 Raab 29: Kelicikan Cempaka
30 Raab 30: Kesaktian Aji Ronggoloyo
31 Raab 31: Kemenangan Pendekar Sombong
32 Raab 32: Kenyot Sedot Otot
33 Raab 33: Enam Selendang Dewi
34 Raab 34: Kesaktian Akar
35 Raab 35: Abang Kintir
36 Raab 36: Kentang Kebo
37 Raab 37: Siksaan untuk Aji
38 Raab 38: Cantik Versus Gemuk
39 Raab 39: Duel Dua Kakek Sakti
40 Raab 40: Fans Fanatik
41 Raab 41: Serangan Tiba-Tiba
42 Raab 42: Mengejar Ati Urat
43 Raab 43: Mengeroyok Ati Urat
44 Raab 44: Ratu Yuo Kai
45 Raab 45: Tawaran Ratu Abadi
46 Terpalan 1: Kesepakatan Saudara Seperguruan
47 Terpalan 2: Petunjuk Menuju Abadi
48 Terpalan 3: Kematian di Dua Tempat
49 Terpalan 4: Abang Bertemu Joko
50 Terpalan 5: Hadangan di Atas Jembatan
51 Terpalan 6: Seteru Atas Jembatan
52 Terpalan 7: Dua Desa Pendekar
53 Terpalan 8: Bertemu Kakek Sakti
54 Terpalan 9: Misi Pembunuhan
55 Terpalan 10: Pasukan Buaya Samudera
56 Terpalan 11: Senyumi Awan
57 Terpalan 12: Kedatangan Ratu Alma
58 Terpalan 13: Dagelan Kebakaran
59 Terpalan 14: Menghajar Pasukan Kademangan
60 Terpalan 15: Mengkudeta Demang Awok
61 Terpalan 16: Kabar Kejutan Dari Ratu
62 Terpalan 17: Nenek Liang Kubur
63 Terpalan 18: Warung Pepes Jengkol
64 Terpalan 19: Melayani Kentang Kebo
65 Terpalan 20: Pasukan Kademangan Hancur
66 Terpalan 21: Dua Kepala Desa Dibunuh
67 Terpalan 22: Tiga Si Pedang Panjang
68 Terpalan 23: Membantai Warga Desa Punten
69 Terpalan 24: Izin Pemegang Izin
70 Terpalan 25: Paku Darah Perjaka Murni
71 Terpalan 26: Ratu Yuo Kai Terkejut
72 Terpalan 27: Teror di Pasir Langit
73 Terpalan 28: Mati Kedua, Bangkit Kedua
74 Terpalan 29: Begal Nol Aksi
75 Terpalan 30: Insiden di Kedai Sederhana
76 Terpalan 31: Langkah Seribu Tiga
77 Terpalan 32: Dihadang Tiga Putra Demang
78 Terpalan 33: Nyai Demang Rame Getah
79 Terpalan 34: Kelompok Pembunuh Datang
80 Terpalan 35: Kelompok Pembunuh Menghilang
81 9P 1: Buaya Samudera Masuk Istana
82 9P 2: Sembilan Pendekar
83 9P 3: Laporan Nyai Demang
84 9P 4: Kelompok Kutu Aksoro
85 9P 5: Anggota Kedua Belas
86 9P 6: Misi Gagal
87 9P 7: Menghentikan Lari Kutu
88 9P 8: Berakhir di Sungai
89 9P 9: Membakar Desa
90 9P 10: Serangan Rumah Api
91 9P 11: Tiga Lawan
92 9P 12: Una Rakang vs La Pontong
93 9P 13: Burung Terakhir
94 9P 14: Bayi Asap Ungu
95 9P 15: Pedang Panjang vs Pedang Tumpul
96 9P 16: Syarat Restu Permaisuri Serigala
97 9P 17: Pasukan Topeng Merah
98 9P 18: Kademangan Kumisanak
99 9P 19: Kelompok Wedang Ketek
100 9P 20: Ketek Jatuh Cinta
101 9P 21: Ungkapan Cinta Ketek
102 9P 22: Jebakan Jala Buaya
103 9P 23: Perjuangan Akhir Wedang Ketek
104 9P 24: Sempurna Ani Saraswani
105 Kabar Getir dari Om
106 Pengumuman: Pendekar Sanggana Lanjut
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Raab 1: Penghuni Pulau Kesepian
2
Raab 2: Racun Mimpi Buruk
3
Raab 3: Kembali Sakti
4
Raab 4: Pulang Bersama Gimba
5
Raab 5: Ratu dan Permaisuri
6
Raab 6: Tuduhan Prabu Dira
7
Raab 7: Pembunuh Ratu Ani
8
Raab 8: Efek Mertua
9
Raab 9: Kebangkitan Ratu Ani
10
Raab 10: Hukuman Permaisuri Mata Hijau
11
Raab 11: Titah Prabu Dira
12
Raab 12: Permaisuri Pedang Hilang
13
Raab 13: Dua Pendekar Sombong
14
Raab 14: Undangan Adipati
15
Raab 15: Pendekar Berkumpul
16
Raab 16: Adipati Rempah Alot
17
Raab 17: Gadis Cantik Baju Ungu
18
Raab 18: Aninda Bertamu
19
Raab 19: Pertarungan Perdana Aninda
20
Raab 20: Adipati Menusuk Aninda
21
Raab 21: Sakti yang Takluk
22
Raab 22: Tugas untuk Adipati
23
Raab 23: Mendayung Malam
24
Raab 24: Pelampiasan Prabu Dira
25
Raab 25: Dagelan Jarum Gadis
26
Raab 26: Menang Bawa Petaka
27
Raab 27: Tipuan Cempaka Air
28
Raab 28: Pemenang Babak Kedua
29
Raab 29: Kelicikan Cempaka
30
Raab 30: Kesaktian Aji Ronggoloyo
31
Raab 31: Kemenangan Pendekar Sombong
32
Raab 32: Kenyot Sedot Otot
33
Raab 33: Enam Selendang Dewi
34
Raab 34: Kesaktian Akar
35
Raab 35: Abang Kintir
36
Raab 36: Kentang Kebo
37
Raab 37: Siksaan untuk Aji
38
Raab 38: Cantik Versus Gemuk
39
Raab 39: Duel Dua Kakek Sakti
40
Raab 40: Fans Fanatik
41
Raab 41: Serangan Tiba-Tiba
42
Raab 42: Mengejar Ati Urat
43
Raab 43: Mengeroyok Ati Urat
44
Raab 44: Ratu Yuo Kai
45
Raab 45: Tawaran Ratu Abadi
46
Terpalan 1: Kesepakatan Saudara Seperguruan
47
Terpalan 2: Petunjuk Menuju Abadi
48
Terpalan 3: Kematian di Dua Tempat
49
Terpalan 4: Abang Bertemu Joko
50
Terpalan 5: Hadangan di Atas Jembatan
51
Terpalan 6: Seteru Atas Jembatan
52
Terpalan 7: Dua Desa Pendekar
53
Terpalan 8: Bertemu Kakek Sakti
54
Terpalan 9: Misi Pembunuhan
55
Terpalan 10: Pasukan Buaya Samudera
56
Terpalan 11: Senyumi Awan
57
Terpalan 12: Kedatangan Ratu Alma
58
Terpalan 13: Dagelan Kebakaran
59
Terpalan 14: Menghajar Pasukan Kademangan
60
Terpalan 15: Mengkudeta Demang Awok
61
Terpalan 16: Kabar Kejutan Dari Ratu
62
Terpalan 17: Nenek Liang Kubur
63
Terpalan 18: Warung Pepes Jengkol
64
Terpalan 19: Melayani Kentang Kebo
65
Terpalan 20: Pasukan Kademangan Hancur
66
Terpalan 21: Dua Kepala Desa Dibunuh
67
Terpalan 22: Tiga Si Pedang Panjang
68
Terpalan 23: Membantai Warga Desa Punten
69
Terpalan 24: Izin Pemegang Izin
70
Terpalan 25: Paku Darah Perjaka Murni
71
Terpalan 26: Ratu Yuo Kai Terkejut
72
Terpalan 27: Teror di Pasir Langit
73
Terpalan 28: Mati Kedua, Bangkit Kedua
74
Terpalan 29: Begal Nol Aksi
75
Terpalan 30: Insiden di Kedai Sederhana
76
Terpalan 31: Langkah Seribu Tiga
77
Terpalan 32: Dihadang Tiga Putra Demang
78
Terpalan 33: Nyai Demang Rame Getah
79
Terpalan 34: Kelompok Pembunuh Datang
80
Terpalan 35: Kelompok Pembunuh Menghilang
81
9P 1: Buaya Samudera Masuk Istana
82
9P 2: Sembilan Pendekar
83
9P 3: Laporan Nyai Demang
84
9P 4: Kelompok Kutu Aksoro
85
9P 5: Anggota Kedua Belas
86
9P 6: Misi Gagal
87
9P 7: Menghentikan Lari Kutu
88
9P 8: Berakhir di Sungai
89
9P 9: Membakar Desa
90
9P 10: Serangan Rumah Api
91
9P 11: Tiga Lawan
92
9P 12: Una Rakang vs La Pontong
93
9P 13: Burung Terakhir
94
9P 14: Bayi Asap Ungu
95
9P 15: Pedang Panjang vs Pedang Tumpul
96
9P 16: Syarat Restu Permaisuri Serigala
97
9P 17: Pasukan Topeng Merah
98
9P 18: Kademangan Kumisanak
99
9P 19: Kelompok Wedang Ketek
100
9P 20: Ketek Jatuh Cinta
101
9P 21: Ungkapan Cinta Ketek
102
9P 22: Jebakan Jala Buaya
103
9P 23: Perjuangan Akhir Wedang Ketek
104
9P 24: Sempurna Ani Saraswani
105
Kabar Getir dari Om
106
Pengumuman: Pendekar Sanggana Lanjut

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!