Raab 10: Hukuman Permaisuri Mata Hijau

*Ratu Abadi (Raab)*

Ratu Ani Saraswani sudah menghirup asap kayu tumok dan meminum ramuan racikan khusus untuk menormalkan kondisi fisiknya. Tahapan terakhir adalah donor darah.

Tidak tahu apakah golongan darahnya sama atau tidak, tetapi yang penting darah itu sama-sama merah warnanya, meski Ratu Ani dan ibunya sama-sama berdarah biru.

Cara donornya tentu tidak sama seperti jauh di masa depan. Permaisuri Titir Priya mengalirkan darahnya ke sebuah mangkuk kecil seperti cawan berbahan tanah liat. Darah itu dikucurkan dari tangan yang disayat. Apalah artinya sebuah sakit di kulit dibandingkan sakitnya kehilangan kuasa dan harta benda.

Darah yang sudah ditampung lalu diminumkan kepada Ratu Ani.

Bagaimana Ratu Ani bisa hidup lagi padahal jantungnya telah rusak ditusuk pedang? Secara teori, menurut Prabu Galang, Ajian Bangun Sukma dengan sendirinya memperbaiki jantung yang rusak dan membuatnya hidup kembali dalam proses yang cepat.

Secara teori pula, Prabu Galang menjelaskan, dengan Ratu Ani mengamalkan mantera dan ritual Ajian Bangun Sukma, jika Ratu Ani menderita kematian, sesungguhnya itu bukan mati, tetapi proses tidur yang tanpa napas. Jangan ditanya kenapa bisa demikian!

Setelah meminum darah sang ibu, Ratu Ani tinggal beristirahat. Proses penyembuhan dan kesehatan akan bekerja dengan sendirinya.

Keesokannya. Setelah beristirahat, Ratu Ani akhirnya sudah bangun dari dipan dan bergerak normal sebagai manusia hidup.

“Lalu apa yang akan kita lakukan, Ayahanda?” tanya Ratu Ani kepada ayahnya.

“Kita akan pergi ke Teluk Busung, bersembunyi untuk membangun kekuatan di sana,” jawab Prabu Galang.

“Bukankah Teluk Busung sekutu Kerajaan Sanggana Kecil? Berarti kita akan tinggal di wilayah musuh,” kata Ratu Ani.

“Jika mereka mengetahui siapa kita, maka kita akan dianggap musuh. Di sana ada guru Ayahanda. Tentunya kau tahu siapa guru Ayahanda. Kita akan meminta bantuannya untuk membalas Prabu Dira dan para permaisurinya,” kata Prabu Galang. “Guru pernah berkata, orang yang sudah pernah mengalami kematian dan bangkit kembali dengan Ajian Bangun Sukma, orang itu memiliki peluang untuk menjadi orang yang abadi karena sudah tidak akan merasakan sakit lagi.”

“Sepertinya aku meragukan hal itu,” kata Ratu Ani.

“Ayahanda akan buktikan,” kata Prabu Galang.

Prabu Galang lalu mengambil sebilah pisau tebal tapi tajam. Itu seperti pisau untuk berburu.

“Ulurkan tanganmu!” perintah Prabu Galang.

Ratu Ani mengulurkan tangan kirinya. Dia tahu apa yang ingin dilakukan oleh ayahnya.

Tsuk!

Prabu Galang menikam batang tangan kiri Ratu Ani. Ujung pisau itu menusuk dan merobek kulit beberapa inci saja. Darah pun mengalir keluar. Namun, wajah Ratu Ani datar-datar saja. Tidak ada jerit kesakitan atau wajah mengerenyit menahan sakit.

“Apa yang kau rasakan, Ani?” tanya Prabu Galang.

“Rasa seperti ditusuk, tapi tidak sakit sedikit pun,” jawab Ratu Ani jujur. Memang itu yang dia rasakan.

“Ajian Bangun Sukma sudah memusnahkan perasa sakitmu. Meskipun kau ditikam oleh seribu pedang, kau tidak akan merasakan sakit. Meski kulit dan dagingmu terkoyak parah, kau tidak akan merasakan sakit. Namun, tentunya kau tidak ingin membiarkan raga cantikmu rusak,” kata Prabu Galang.

“Apakah aku akan menjadi abadi meski leherku terpenggal?” tanya Ratu Ani.

“Entahlah. Namun guru Ayahanda mengatakan bisa menjadi orang yang abadi. Jika saja Prabu Dira tidak memusnahkan seluruh kesaktianku dan memilih membunuhku, mungkin aku akan menjadi abadi oleh Ajian Bangun Sukma yang aku miliki. Namun, kesaktian Prabu Dira telah memusnahkan semuanya,” kata Prabu Galang.

“Berarti Kakang Prabu bisa memusnakan kesaktianku juga,” kata Ratu Ani.

Dia kemudian memanggil satu pengawal perempuan yang berjaga. Sang ratu yang kini tanpa kekuasaan dan tahta itu mengulurkan tangan kirinya yang berdarah.

Tanpa kata perintah, pengawal yang datang sudah mengerti apa yang dimaksud Ratu Ani.

Ketika pengawal itu sedang membersihkan tangan dan luka Ratu Ani, dari luar gubuk masuk Surina. Wanita berusia matang itu segera mendatangi Prabu Galang dan menjura hormat.

“Kami sudah mendapat dua perahu, Gusti Prabu,” lapor Surina.

“Kita akan berlayar malam lewat laut ke pantai Teluk Busung. Persiapkan apa-apa yang belum siap!” perintah Prabu Galang.

“Baik, Gusti,” ucap Surina patuh.

Sementara itu di salah satu istana permaisuri di Istana Sanggana Kecil, tepatnya di Istana Mata Hati.

Permaisuri Kerling Sukma datang ke Istana Mata Hati, istana yang tidak memiliki pintu, apakah itu pintu masuik atau pintu keluar. Yang ada hanya jalan masuk dan jalan keluar. Jangan tanya apa bedanya pintu dan jalan!

Istana Mata Hati berwarna kuning emas tanpa pintu. Ada tiga pilar besar di bagian depan yang dijaga oleh prajurit. Mereka turun berlutut ketika Permaisuri Kerling Sukma datang dengan pengawalan sepuluh dayang.

Kesepuluh dayang berhenti seperti orang parkir. Itu jelas membuat senang para prajurit karena ada pemandangan indah di depan mereka. Tentunya para wanita yang dipilih menjadi dayang ratu atau permaisuri memiliki kualifikasi yang tidak asal atau remeh. Muda, cantik, cekatan dan pintar adalah di antara syarat yang wajib untuk diterima menjadi dayang.

Namun, rasa senang para prajurit jaga itu hanya dipendam di dalam hati. Mereka tidak mau terkena masalah karena ketahuan main mata di waktu sedang bertugas.

Sementara itu, Permaisuri Kerling Sukma terus berjalan hendak menabrakkan diri ke pilar yang tengah. Sang permaisuri bukan bermaksud bunuh diri, tetapi pilar itulah jalan masuk ke dalam Istana Mata Hati.

Memang, kadang orang sakti seleranya aneh-aneh, pakai acara membangun istana tanpa pintu.

Ketika Permaisuri Mata Hijau menabrak pilar istana itu, tubuhnya langsung tenggelam masuk ke dalam tiang tanpa merusak. Sang permaisuri lenyap masuk ke dalam pilar. Timbul munculnya di sebuah lorong megah warna kuning emas berhias lampion-lampion cantik. Jangan ditanya kenapa istana di Tanah Jawi kenal dengan lampion! Panjang ceritanya.

Akhirnya Permaisuri Kerling Sukma menemui gurunya yang saat itu sedang duduk bersemedi dengan mata yang terbuka.  Terbuka atau tertutup mata itu sama saja. Jadi lebih baik terbuka agar terlihat lebih cantik. Meski usia sudah lebih satu abad, Permaisuri Nara masih memerhatikan kecantikan wajah dan tubuhnya. Karena itu dia tidak suka makan cemilan Istana meski semua makanan Istana terjamin kelezatan, kegurihan dan keenakannya.

“Hormat sembahku, Permaisuri Guru,” ucap Permaisuri Kerling Sukma seraya turun berlutut dan menjura hormat.

“Permaisuri Mata Hijau, aku tidak akan menasihatimu atau menanyakan alasanmu lagi atas pembunuhanmu terhadap Ratu Ani. Aku pun tidak menginginkan bantahanmu atas hukuman yang aku berikan,” ujar Permaisuri Nara tanpa memerintahkan muridnya itu untuk bangun dari posisinya.

“Aku akan menerima hukuman tanpa menolak dan keberatan,” ucap Permaisuri Kerling Sukma.

“Aku memutuskan melarangmu menduduki tahta keratuan untuk satu putaran. Kau pun akan dilarang bertemu dengan Kakang Prabu selama dua tahun dengan mengasingkanmu ke Negeri Tanduk, tanpa membawa putrimu. Jika kau melanggar larangan tersebut, hukuman lebih berat akan dijatuhkan kepadamu. Apakah kau menerima hukumanmu, Permaisuri Mata Hijau?”

“Tapi, Permaisuri Guru…,” ucap Permaisuri Kerling Sukma bernada keberatan. Dia sampai mengangkat wajahnya memandang gurunya tersebut. “Menunggu giliran ranjangku saja aku sudah sangat rindu kepada Kakang Prabu, bagaimana jika selama….”

“Cepat sekali kau melanggar lidahmu sendiri!” kata Permaisuri Nara agak membentak, memotong kata-kata muridnya.

Permaisuri Kerling Sukma terdiam dan kembali menunduk.

“Laksanakan hukumanmu sebelum pagi tiba!” perintah Permaisuri Nara.

“Baik, Permaisuri Guru,” ucap Permaisuri Kerling Sukma akhirnya patuh. (RH)

Terpopuler

Comments

Hawkeye

Hawkeye

tolong bangkitkan kucing ku yg tahun lalu tidur tanpa nafas thor /Facepalm/

2024-12-10

0

Hawkeye

Hawkeye

tidur tanpa nafas, ya itulah mati namanya 🤣🤣🤣🤣🤣

2024-12-10

0

Hawkeye

Hawkeye

kebal bukan sembarang kebal ini 🤣

2024-12-10

0

lihat semua
Episodes
1 Raab 1: Penghuni Pulau Kesepian
2 Raab 2: Racun Mimpi Buruk
3 Raab 3: Kembali Sakti
4 Raab 4: Pulang Bersama Gimba
5 Raab 5: Ratu dan Permaisuri
6 Raab 6: Tuduhan Prabu Dira
7 Raab 7: Pembunuh Ratu Ani
8 Raab 8: Efek Mertua
9 Raab 9: Kebangkitan Ratu Ani
10 Raab 10: Hukuman Permaisuri Mata Hijau
11 Raab 11: Titah Prabu Dira
12 Raab 12: Permaisuri Pedang Hilang
13 Raab 13: Dua Pendekar Sombong
14 Raab 14: Undangan Adipati
15 Raab 15: Pendekar Berkumpul
16 Raab 16: Adipati Rempah Alot
17 Raab 17: Gadis Cantik Baju Ungu
18 Raab 18: Aninda Bertamu
19 Raab 19: Pertarungan Perdana Aninda
20 Raab 20: Adipati Menusuk Aninda
21 Raab 21: Sakti yang Takluk
22 Raab 22: Tugas untuk Adipati
23 Raab 23: Mendayung Malam
24 Raab 24: Pelampiasan Prabu Dira
25 Raab 25: Dagelan Jarum Gadis
26 Raab 26: Menang Bawa Petaka
27 Raab 27: Tipuan Cempaka Air
28 Raab 28: Pemenang Babak Kedua
29 Raab 29: Kelicikan Cempaka
30 Raab 30: Kesaktian Aji Ronggoloyo
31 Raab 31: Kemenangan Pendekar Sombong
32 Raab 32: Kenyot Sedot Otot
33 Raab 33: Enam Selendang Dewi
34 Raab 34: Kesaktian Akar
35 Raab 35: Abang Kintir
36 Raab 36: Kentang Kebo
37 Raab 37: Siksaan untuk Aji
38 Raab 38: Cantik Versus Gemuk
39 Raab 39: Duel Dua Kakek Sakti
40 Raab 40: Fans Fanatik
41 Raab 41: Serangan Tiba-Tiba
42 Raab 42: Mengejar Ati Urat
43 Raab 43: Mengeroyok Ati Urat
44 Raab 44: Ratu Yuo Kai
45 Raab 45: Tawaran Ratu Abadi
46 Terpalan 1: Kesepakatan Saudara Seperguruan
47 Terpalan 2: Petunjuk Menuju Abadi
48 Terpalan 3: Kematian di Dua Tempat
49 Terpalan 4: Abang Bertemu Joko
50 Terpalan 5: Hadangan di Atas Jembatan
51 Terpalan 6: Seteru Atas Jembatan
52 Terpalan 7: Dua Desa Pendekar
53 Terpalan 8: Bertemu Kakek Sakti
54 Terpalan 9: Misi Pembunuhan
55 Terpalan 10: Pasukan Buaya Samudera
56 Terpalan 11: Senyumi Awan
57 Terpalan 12: Kedatangan Ratu Alma
58 Terpalan 13: Dagelan Kebakaran
59 Terpalan 14: Menghajar Pasukan Kademangan
60 Terpalan 15: Mengkudeta Demang Awok
61 Terpalan 16: Kabar Kejutan Dari Ratu
62 Terpalan 17: Nenek Liang Kubur
63 Terpalan 18: Warung Pepes Jengkol
64 Terpalan 19: Melayani Kentang Kebo
65 Terpalan 20: Pasukan Kademangan Hancur
66 Terpalan 21: Dua Kepala Desa Dibunuh
67 Terpalan 22: Tiga Si Pedang Panjang
68 Terpalan 23: Membantai Warga Desa Punten
69 Terpalan 24: Izin Pemegang Izin
70 Terpalan 25: Paku Darah Perjaka Murni
71 Terpalan 26: Ratu Yuo Kai Terkejut
72 Terpalan 27: Teror di Pasir Langit
73 Terpalan 28: Mati Kedua, Bangkit Kedua
74 Terpalan 29: Begal Nol Aksi
75 Terpalan 30: Insiden di Kedai Sederhana
76 Terpalan 31: Langkah Seribu Tiga
77 Terpalan 32: Dihadang Tiga Putra Demang
78 Terpalan 33: Nyai Demang Rame Getah
79 Terpalan 34: Kelompok Pembunuh Datang
80 Terpalan 35: Kelompok Pembunuh Menghilang
81 9P 1: Buaya Samudera Masuk Istana
82 9P 2: Sembilan Pendekar
83 9P 3: Laporan Nyai Demang
84 9P 4: Kelompok Kutu Aksoro
85 9P 5: Anggota Kedua Belas
86 9P 6: Misi Gagal
87 9P 7: Menghentikan Lari Kutu
88 9P 8: Berakhir di Sungai
89 9P 9: Membakar Desa
90 9P 10: Serangan Rumah Api
91 9P 11: Tiga Lawan
92 9P 12: Una Rakang vs La Pontong
93 9P 13: Burung Terakhir
94 9P 14: Bayi Asap Ungu
95 9P 15: Pedang Panjang vs Pedang Tumpul
96 9P 16: Syarat Restu Permaisuri Serigala
97 9P 17: Pasukan Topeng Merah
98 9P 18: Kademangan Kumisanak
99 9P 19: Kelompok Wedang Ketek
100 9P 20: Ketek Jatuh Cinta
101 9P 21: Ungkapan Cinta Ketek
102 9P 22: Jebakan Jala Buaya
103 9P 23: Perjuangan Akhir Wedang Ketek
104 9P 24: Sempurna Ani Saraswani
105 Kabar Getir dari Om
106 Pengumuman: Pendekar Sanggana Lanjut
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Raab 1: Penghuni Pulau Kesepian
2
Raab 2: Racun Mimpi Buruk
3
Raab 3: Kembali Sakti
4
Raab 4: Pulang Bersama Gimba
5
Raab 5: Ratu dan Permaisuri
6
Raab 6: Tuduhan Prabu Dira
7
Raab 7: Pembunuh Ratu Ani
8
Raab 8: Efek Mertua
9
Raab 9: Kebangkitan Ratu Ani
10
Raab 10: Hukuman Permaisuri Mata Hijau
11
Raab 11: Titah Prabu Dira
12
Raab 12: Permaisuri Pedang Hilang
13
Raab 13: Dua Pendekar Sombong
14
Raab 14: Undangan Adipati
15
Raab 15: Pendekar Berkumpul
16
Raab 16: Adipati Rempah Alot
17
Raab 17: Gadis Cantik Baju Ungu
18
Raab 18: Aninda Bertamu
19
Raab 19: Pertarungan Perdana Aninda
20
Raab 20: Adipati Menusuk Aninda
21
Raab 21: Sakti yang Takluk
22
Raab 22: Tugas untuk Adipati
23
Raab 23: Mendayung Malam
24
Raab 24: Pelampiasan Prabu Dira
25
Raab 25: Dagelan Jarum Gadis
26
Raab 26: Menang Bawa Petaka
27
Raab 27: Tipuan Cempaka Air
28
Raab 28: Pemenang Babak Kedua
29
Raab 29: Kelicikan Cempaka
30
Raab 30: Kesaktian Aji Ronggoloyo
31
Raab 31: Kemenangan Pendekar Sombong
32
Raab 32: Kenyot Sedot Otot
33
Raab 33: Enam Selendang Dewi
34
Raab 34: Kesaktian Akar
35
Raab 35: Abang Kintir
36
Raab 36: Kentang Kebo
37
Raab 37: Siksaan untuk Aji
38
Raab 38: Cantik Versus Gemuk
39
Raab 39: Duel Dua Kakek Sakti
40
Raab 40: Fans Fanatik
41
Raab 41: Serangan Tiba-Tiba
42
Raab 42: Mengejar Ati Urat
43
Raab 43: Mengeroyok Ati Urat
44
Raab 44: Ratu Yuo Kai
45
Raab 45: Tawaran Ratu Abadi
46
Terpalan 1: Kesepakatan Saudara Seperguruan
47
Terpalan 2: Petunjuk Menuju Abadi
48
Terpalan 3: Kematian di Dua Tempat
49
Terpalan 4: Abang Bertemu Joko
50
Terpalan 5: Hadangan di Atas Jembatan
51
Terpalan 6: Seteru Atas Jembatan
52
Terpalan 7: Dua Desa Pendekar
53
Terpalan 8: Bertemu Kakek Sakti
54
Terpalan 9: Misi Pembunuhan
55
Terpalan 10: Pasukan Buaya Samudera
56
Terpalan 11: Senyumi Awan
57
Terpalan 12: Kedatangan Ratu Alma
58
Terpalan 13: Dagelan Kebakaran
59
Terpalan 14: Menghajar Pasukan Kademangan
60
Terpalan 15: Mengkudeta Demang Awok
61
Terpalan 16: Kabar Kejutan Dari Ratu
62
Terpalan 17: Nenek Liang Kubur
63
Terpalan 18: Warung Pepes Jengkol
64
Terpalan 19: Melayani Kentang Kebo
65
Terpalan 20: Pasukan Kademangan Hancur
66
Terpalan 21: Dua Kepala Desa Dibunuh
67
Terpalan 22: Tiga Si Pedang Panjang
68
Terpalan 23: Membantai Warga Desa Punten
69
Terpalan 24: Izin Pemegang Izin
70
Terpalan 25: Paku Darah Perjaka Murni
71
Terpalan 26: Ratu Yuo Kai Terkejut
72
Terpalan 27: Teror di Pasir Langit
73
Terpalan 28: Mati Kedua, Bangkit Kedua
74
Terpalan 29: Begal Nol Aksi
75
Terpalan 30: Insiden di Kedai Sederhana
76
Terpalan 31: Langkah Seribu Tiga
77
Terpalan 32: Dihadang Tiga Putra Demang
78
Terpalan 33: Nyai Demang Rame Getah
79
Terpalan 34: Kelompok Pembunuh Datang
80
Terpalan 35: Kelompok Pembunuh Menghilang
81
9P 1: Buaya Samudera Masuk Istana
82
9P 2: Sembilan Pendekar
83
9P 3: Laporan Nyai Demang
84
9P 4: Kelompok Kutu Aksoro
85
9P 5: Anggota Kedua Belas
86
9P 6: Misi Gagal
87
9P 7: Menghentikan Lari Kutu
88
9P 8: Berakhir di Sungai
89
9P 9: Membakar Desa
90
9P 10: Serangan Rumah Api
91
9P 11: Tiga Lawan
92
9P 12: Una Rakang vs La Pontong
93
9P 13: Burung Terakhir
94
9P 14: Bayi Asap Ungu
95
9P 15: Pedang Panjang vs Pedang Tumpul
96
9P 16: Syarat Restu Permaisuri Serigala
97
9P 17: Pasukan Topeng Merah
98
9P 18: Kademangan Kumisanak
99
9P 19: Kelompok Wedang Ketek
100
9P 20: Ketek Jatuh Cinta
101
9P 21: Ungkapan Cinta Ketek
102
9P 22: Jebakan Jala Buaya
103
9P 23: Perjuangan Akhir Wedang Ketek
104
9P 24: Sempurna Ani Saraswani
105
Kabar Getir dari Om
106
Pengumuman: Pendekar Sanggana Lanjut

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!