*Ratu Abadi (Raab)*
Ratu Ani Saraswani sudah menghirup asap kayu tumok dan meminum ramuan racikan khusus untuk menormalkan kondisi fisiknya. Tahapan terakhir adalah donor darah.
Tidak tahu apakah golongan darahnya sama atau tidak, tetapi yang penting darah itu sama-sama merah warnanya, meski Ratu Ani dan ibunya sama-sama berdarah biru.
Cara donornya tentu tidak sama seperti jauh di masa depan. Permaisuri Titir Priya mengalirkan darahnya ke sebuah mangkuk kecil seperti cawan berbahan tanah liat. Darah itu dikucurkan dari tangan yang disayat. Apalah artinya sebuah sakit di kulit dibandingkan sakitnya kehilangan kuasa dan harta benda.
Darah yang sudah ditampung lalu diminumkan kepada Ratu Ani.
Bagaimana Ratu Ani bisa hidup lagi padahal jantungnya telah rusak ditusuk pedang? Secara teori, menurut Prabu Galang, Ajian Bangun Sukma dengan sendirinya memperbaiki jantung yang rusak dan membuatnya hidup kembali dalam proses yang cepat.
Secara teori pula, Prabu Galang menjelaskan, dengan Ratu Ani mengamalkan mantera dan ritual Ajian Bangun Sukma, jika Ratu Ani menderita kematian, sesungguhnya itu bukan mati, tetapi proses tidur yang tanpa napas. Jangan ditanya kenapa bisa demikian!
Setelah meminum darah sang ibu, Ratu Ani tinggal beristirahat. Proses penyembuhan dan kesehatan akan bekerja dengan sendirinya.
Keesokannya. Setelah beristirahat, Ratu Ani akhirnya sudah bangun dari dipan dan bergerak normal sebagai manusia hidup.
“Lalu apa yang akan kita lakukan, Ayahanda?” tanya Ratu Ani kepada ayahnya.
“Kita akan pergi ke Teluk Busung, bersembunyi untuk membangun kekuatan di sana,” jawab Prabu Galang.
“Bukankah Teluk Busung sekutu Kerajaan Sanggana Kecil? Berarti kita akan tinggal di wilayah musuh,” kata Ratu Ani.
“Jika mereka mengetahui siapa kita, maka kita akan dianggap musuh. Di sana ada guru Ayahanda. Tentunya kau tahu siapa guru Ayahanda. Kita akan meminta bantuannya untuk membalas Prabu Dira dan para permaisurinya,” kata Prabu Galang. “Guru pernah berkata, orang yang sudah pernah mengalami kematian dan bangkit kembali dengan Ajian Bangun Sukma, orang itu memiliki peluang untuk menjadi orang yang abadi karena sudah tidak akan merasakan sakit lagi.”
“Sepertinya aku meragukan hal itu,” kata Ratu Ani.
“Ayahanda akan buktikan,” kata Prabu Galang.
Prabu Galang lalu mengambil sebilah pisau tebal tapi tajam. Itu seperti pisau untuk berburu.
“Ulurkan tanganmu!” perintah Prabu Galang.
Ratu Ani mengulurkan tangan kirinya. Dia tahu apa yang ingin dilakukan oleh ayahnya.
Tsuk!
Prabu Galang menikam batang tangan kiri Ratu Ani. Ujung pisau itu menusuk dan merobek kulit beberapa inci saja. Darah pun mengalir keluar. Namun, wajah Ratu Ani datar-datar saja. Tidak ada jerit kesakitan atau wajah mengerenyit menahan sakit.
“Apa yang kau rasakan, Ani?” tanya Prabu Galang.
“Rasa seperti ditusuk, tapi tidak sakit sedikit pun,” jawab Ratu Ani jujur. Memang itu yang dia rasakan.
“Ajian Bangun Sukma sudah memusnahkan perasa sakitmu. Meskipun kau ditikam oleh seribu pedang, kau tidak akan merasakan sakit. Meski kulit dan dagingmu terkoyak parah, kau tidak akan merasakan sakit. Namun, tentunya kau tidak ingin membiarkan raga cantikmu rusak,” kata Prabu Galang.
“Apakah aku akan menjadi abadi meski leherku terpenggal?” tanya Ratu Ani.
“Entahlah. Namun guru Ayahanda mengatakan bisa menjadi orang yang abadi. Jika saja Prabu Dira tidak memusnahkan seluruh kesaktianku dan memilih membunuhku, mungkin aku akan menjadi abadi oleh Ajian Bangun Sukma yang aku miliki. Namun, kesaktian Prabu Dira telah memusnahkan semuanya,” kata Prabu Galang.
“Berarti Kakang Prabu bisa memusnakan kesaktianku juga,” kata Ratu Ani.
Dia kemudian memanggil satu pengawal perempuan yang berjaga. Sang ratu yang kini tanpa kekuasaan dan tahta itu mengulurkan tangan kirinya yang berdarah.
Tanpa kata perintah, pengawal yang datang sudah mengerti apa yang dimaksud Ratu Ani.
Ketika pengawal itu sedang membersihkan tangan dan luka Ratu Ani, dari luar gubuk masuk Surina. Wanita berusia matang itu segera mendatangi Prabu Galang dan menjura hormat.
“Kami sudah mendapat dua perahu, Gusti Prabu,” lapor Surina.
“Kita akan berlayar malam lewat laut ke pantai Teluk Busung. Persiapkan apa-apa yang belum siap!” perintah Prabu Galang.
“Baik, Gusti,” ucap Surina patuh.
Sementara itu di salah satu istana permaisuri di Istana Sanggana Kecil, tepatnya di Istana Mata Hati.
Permaisuri Kerling Sukma datang ke Istana Mata Hati, istana yang tidak memiliki pintu, apakah itu pintu masuik atau pintu keluar. Yang ada hanya jalan masuk dan jalan keluar. Jangan tanya apa bedanya pintu dan jalan!
Istana Mata Hati berwarna kuning emas tanpa pintu. Ada tiga pilar besar di bagian depan yang dijaga oleh prajurit. Mereka turun berlutut ketika Permaisuri Kerling Sukma datang dengan pengawalan sepuluh dayang.
Kesepuluh dayang berhenti seperti orang parkir. Itu jelas membuat senang para prajurit karena ada pemandangan indah di depan mereka. Tentunya para wanita yang dipilih menjadi dayang ratu atau permaisuri memiliki kualifikasi yang tidak asal atau remeh. Muda, cantik, cekatan dan pintar adalah di antara syarat yang wajib untuk diterima menjadi dayang.
Namun, rasa senang para prajurit jaga itu hanya dipendam di dalam hati. Mereka tidak mau terkena masalah karena ketahuan main mata di waktu sedang bertugas.
Sementara itu, Permaisuri Kerling Sukma terus berjalan hendak menabrakkan diri ke pilar yang tengah. Sang permaisuri bukan bermaksud bunuh diri, tetapi pilar itulah jalan masuk ke dalam Istana Mata Hati.
Memang, kadang orang sakti seleranya aneh-aneh, pakai acara membangun istana tanpa pintu.
Ketika Permaisuri Mata Hijau menabrak pilar istana itu, tubuhnya langsung tenggelam masuk ke dalam tiang tanpa merusak. Sang permaisuri lenyap masuk ke dalam pilar. Timbul munculnya di sebuah lorong megah warna kuning emas berhias lampion-lampion cantik. Jangan ditanya kenapa istana di Tanah Jawi kenal dengan lampion! Panjang ceritanya.
Akhirnya Permaisuri Kerling Sukma menemui gurunya yang saat itu sedang duduk bersemedi dengan mata yang terbuka. Terbuka atau tertutup mata itu sama saja. Jadi lebih baik terbuka agar terlihat lebih cantik. Meski usia sudah lebih satu abad, Permaisuri Nara masih memerhatikan kecantikan wajah dan tubuhnya. Karena itu dia tidak suka makan cemilan Istana meski semua makanan Istana terjamin kelezatan, kegurihan dan keenakannya.
“Hormat sembahku, Permaisuri Guru,” ucap Permaisuri Kerling Sukma seraya turun berlutut dan menjura hormat.
“Permaisuri Mata Hijau, aku tidak akan menasihatimu atau menanyakan alasanmu lagi atas pembunuhanmu terhadap Ratu Ani. Aku pun tidak menginginkan bantahanmu atas hukuman yang aku berikan,” ujar Permaisuri Nara tanpa memerintahkan muridnya itu untuk bangun dari posisinya.
“Aku akan menerima hukuman tanpa menolak dan keberatan,” ucap Permaisuri Kerling Sukma.
“Aku memutuskan melarangmu menduduki tahta keratuan untuk satu putaran. Kau pun akan dilarang bertemu dengan Kakang Prabu selama dua tahun dengan mengasingkanmu ke Negeri Tanduk, tanpa membawa putrimu. Jika kau melanggar larangan tersebut, hukuman lebih berat akan dijatuhkan kepadamu. Apakah kau menerima hukumanmu, Permaisuri Mata Hijau?”
“Tapi, Permaisuri Guru…,” ucap Permaisuri Kerling Sukma bernada keberatan. Dia sampai mengangkat wajahnya memandang gurunya tersebut. “Menunggu giliran ranjangku saja aku sudah sangat rindu kepada Kakang Prabu, bagaimana jika selama….”
“Cepat sekali kau melanggar lidahmu sendiri!” kata Permaisuri Nara agak membentak, memotong kata-kata muridnya.
Permaisuri Kerling Sukma terdiam dan kembali menunduk.
“Laksanakan hukumanmu sebelum pagi tiba!” perintah Permaisuri Nara.
“Baik, Permaisuri Guru,” ucap Permaisuri Kerling Sukma akhirnya patuh. (RH)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Hawkeye
tolong bangkitkan kucing ku yg tahun lalu tidur tanpa nafas thor /Facepalm/
2024-12-10
0
Hawkeye
tidur tanpa nafas, ya itulah mati namanya 🤣🤣🤣🤣🤣
2024-12-10
0
Hawkeye
kebal bukan sembarang kebal ini 🤣
2024-12-10
0