Raab 4: Pulang Bersama Gimba

*Ratu Abadi (Raab)* 

“Kaaak!”

Prabu Dira Pratakarsa Diwana berkoak sangat kencang di atas tangga Istana. Suara koakannya membuat para prajurit di sekitar mengerenyit karena merasakan sakit pada gendang telinganya.

Warga Ibu Kota juga dibuat terkejut meski yang mereka dengar tidak sekencang jika berada di lingkungan Istana. Warga laksana ayam yang terdiam karena sedang mendengar siksa kubur.

Prabu Dira Pratakarsa Diwana adalah sosok Joko Tenang yang memiliki bibir merah terang alami.

Tidak seperti yang pernah muncul di dalam kenangan Aninda Serunai, Joko Tenang yang ini memiliki wajah yang tampannya lebih dewasa. Penampilannya lebih megah dengan pakaian merah. Prabu Dira memiliki kulit terang yang putih bersih. Wajahnya yang berbibir merah memiliki kulit sehalus wanita, sangat minim kerutan, seolah-olah dia ber-make up. Rambut sepunggungnya tergerai lurus. Jika dilihat dari belakang, pasti orang akan menyangkanya dia seorang wanita. Karismanya terlihat kuat dengan atribut keprabuannya.

Memang, Prabu Dira memiliki nama pendekar Joko Tenang.

Saat itu Prabu Dira membawa sebuah pedang bagus berwarna ungu. Itu adalah senjata yang bernama Pedang Malam Ungu.

Lebih ke belakang, ada sekelompok pejabat Kerajaan Pasir Langit yang semuanya mengenakan pakaian seragam warna putih-putih. Itu bukan seragam dari jabatan mereka, tetapi itu pakaian duka.

Kerajaan Pasir Langit baru saja dirundung duka besar karena Ratu Ani Saraswani mati dibunuh oleh orang yang masih misterius.

Perlu diketahui, meski Prabu Dira adalah suami dari Ratu Ani Saraswani, tetapi dia bukanlah penguasa tertinggi Kerajaan Pasir Langit, tetapi Ratu Ani yang merupakan istri keduabelasnya.

Namun, Prabu Dira memiliki kuota yang sangat besar untuk membuat kebijakan karena dialah penakluk raja dan kerajaan tersebut.

Prabu Dira adalah orang yang paling berduka atas kematian istri mudanya yang pernikahan mereka baru beberapa hari yang lalu. Namun, dia tidak berpakaian duka karena dia akan pergi pulang ke Kerajaan Sanggana Kecil, kerajaan besar yang dipimpinnya.

Seperginya Prabu Dira, kepemimpinan Kerajaan Pasir Langit untuk sementara diserahkan kepada Mahapatih Badaragi. Orang yang menjadi kepercayaan Prabu Dira itu ada berdiri di tengah-tengah pejabat lainnya.

Kaaak!

Tiba-tiba terdengar koakan keras seekor burung di angkasa, di langit atas kerajaan. Semua orang yang ada di lingkungan Istana dan ibu kota Digdaya segera melihat ke langit. Mereka yang ada di dalam ruangan segera keluar. Suami yang sedang menggarap istrinya di kala siang pun buru-buru “keluar” dan sambar sarung untuk keluar rumah.

Mereka semua melihat seekor burung raksasa berwarna emas sedang terbang dari kejauhan menuju ke langit dekat. Sangat besar. Semua lelaki tidak ada yang memiliki burung sebesar itu.

Kaaak!

Koakan burung dari alam lain itu terdengar sangat keras saat dia sudah terbang berputar dekat di atas wilayah Istana dan pemukiman. Warna emasnya yang terkesan bercahaya adalah biasan sinar matahari dari bulu-bulunya yang berwarna cokelat dan kuning kekuning-kuningan.

Burung raksasa yang lebih besar dari ukuran dua rumah itu lalu terbang rendah dan turun lembut di pelataran Istana. Debu dan barang ringan seketika beterbangan oleh angin dari gerakang sayap si burung yang bernama Gimba, salah satu hewan dari tempat yang bernama Alam Kahyangan.

Debu pelataran tidak menerpa Prabu Dira karena ada dinding energi tenaga dalam yang menahannya. Berbeda bagi para pejabat dan prajurit. Mungkin karena itulah Prabu Dira termasuk orang yang bebas dari radikal bebas sehingga aman dari jerawat, tidak perlu skincare.

Gimba telah turun merapatkan perutnya di lantai pelataran.

Prabu Dira yang tidak bermahkota itu segera turun ke pelataran dan menghampiri Gimba yang menyambut dengan tundukan kepala. Prabu Dira lalu memeluk leher burung tunggangannya itu dan mengecup pipi si burung. Tidak ada senyum di wajah lelaki tampan itu, tidak seperti biasanya. Biasanya dia selalu tertawa saat menyambut kedatangan Gimba. Ekspresi dingin itupun tidak membuat Gimba tersenyum.

“Ratu Ani sudah mati, Gimba,” ucap Prabu Dira lirih kepada Gimba, menunjukkan bahwa dia masih bersedih.

“Eee!” Gimba pun bersuara lirih, seolah menyampaikan rasa empatinya kepada sang sahabat.

Prabu Dira lalu menepak pelan leher Gimba dua kali. Setelah itu, dia melompat naik ke pangkal leher Gimba.

“Kita pulang ke Sanggana Kecil, Gimba!” seru Prabu Dira.

Kaaak!

Gimba memekik pelan sebagai jawaban patuhnya. Dia pun menolakkan kedua cekernya. Binatang Alam Kahyangan itu seketika melesat naik mengudara.

Kaaak!

Di atas dia kembali berkoak kencang, memancing perhatian warga Ibu Kota yang bisa melihatnya lagi. Warga hanya terpana takjub.

“Itu pasti burungnya Prabu Dira. Sejak Prabu Dira menikahi Gusti Ratu Ani, burung itu sering datang dan pergi,” kata seorang warga ibu kota Digdaya yang sedang berduaan dengan teman prianya.

“Burung Prabu Dira memang sangat besar,” kata rekannya.

“Pantas banyak istrinya.”

“Apa hubungannya dengan banyak istri?”

“Coba saja kau pelihara baik-baik burungmu. Setelah besar, kau pamerkan keliling Ibu Kota, aku yakin akan banyak wanita yang tergila-gila kepadamu.”

“Bagus untuk aku coba. Tapi kalau kau dusta, hubungan persahabatan kita akan tinggal kenangan.”

“Loh, jangan seperti itu, Doyok. Jika kita putus, lalu aku akan tidur dengan siapa?”

“Ya dengan istrimu, Parto. Memang aku istrimu?” sentak Doyok.

“Maksudku tidur di saat tugas jaga kolam Ikan Perut Emas mendiang Gusti Ratu Ani,” ralat Parto.

“Ajak saja istrimu jaga, jadi aku juga bisa ikut tidur bersama,” kata Doyok.

“Kau diam-diam suka dengan istriku rupanya!” tukas Parto.

“Jangan menuduh sembarangan!” bentak Doyok jadi marah.

“Kurang ajar! Tidak aku sangka kau sahabat sambal yang makan gigi!” maki Parto lalu bergerak hendak memukul Doyok menggunakan kayu yang dipungutnya.

“Apa yang kau lakukan, Parto?” teriak Doyok sambil buru-buru lari menyelamatkan diri.

Sementara itu, Prabu Dira memerintahkan Gimba terbang dengan kecepatan maksimal menuju Kerajaan Sanggana Kecil. Tidak memakan waktu satu hari untuk sampai, hanya memakan waktu tujuh kali durasi gadis mandi di sungai.

Kaaak!

Ketika Gimba sudah berada di langit Kerajaan Sanggana Kecil dan ibu kotanya, burung itu berkoak kencang. Suara koakannya terdengar oleh seluruh penghuni Istana.

Di Istana Sanggana Kecil ada satu ratu dan enam permaisuri. Jangan ditanya kenapa komposisinya bisa seperti itu! Bahkan ada satu calon selir.

Kesembilan wanita yang semua cantik jelita itu seketika berwajah gembira, kecuali dua yang berwajah dingin.

Ratu Tirana yang memiliki kecantikan nan menyejukkan mata bergegas meninggalkan istananya. Saat itu dia mengenakan pakaian indah nan mewah berwarna merah hati, salah satu warna kesukaannya. Permaisuri yang tahun ini menjadi ratu untuk setahun itu diiringi oleh sepuluh dayang. Semua dayang berseragam serba putih.

Mereka keluar menuju ke pelataran Istana. Setiap prajurit jaga yang mereka lalu segera turun berlutut seraya menjura hormat.

Di dalam perjalanan menuju pelataran, Ratu Tirana bertemu dengan Permaisuri Yuo Kai, istri Prabu Dira yang berasal dari Negeri Jang, negeri yang jauh di seberang samudera.

Permaisuri Yuo Kai yang berkulit putih terang dan bermata sipit, mengenakan pakaian hijau tua dengan model yang berbeda dari pakaian wanita di negeri itu. Model sanggulan rambutnya pun sangat berbeda dengan banyak hiasan emas permatanya. Namun, permaisuri itu sangat cantik. Dia lebih tua dari Ratu Tirana.

Permaisuri Yuo Kai dikawal oleh seoarang wanita yang penampilannya seperti lelaki. Meski demikian, dia tetap punya dua tonjolan kewanitaan. Dia berpakaian warna biru gelap dan membawa pedang di tangan kirinya. Dia adalah pengawal pribadi sang permaisuri yang dibawa khusus dari Negeri Jang. Namanya Bo Fei. Kesetiaannya sebagai pengawal membuatnya masih memilih tidak memiliki kekasih apalagi seorang suami.

Permaisuri diiringi pula oleh sepuluh dayang berseragam putih. Dua di antaranya memiliki model wajah yang seetnis dengan sang putri dan Bo Fei.

“Hormatku, Gusti Ratu,” ucap Permaisuri Yuo Kai seraya sedikit merendahkan tubuhnya tanda menghormat.

Sementara Bo Fei dan kesepuluh dayang turun berlutut menghormat kepada sang ratu.

“Bangunlah, Kakak Permaisuri Negeri Jang!” perintah Ratu Tirana dengan menyebut gelar Permaisuri Yuo Kai.

Ratu Tirana sendiri memiliki gelar Permaisuri Penjaga. Jangan ditanya kenapa gelarnya bisa itu! Panjang sekali cerita asal usul gelar itu. (RH)

Terpopuler

Comments

ˢ⍣⃟ₛ 𝙺͢𝚊𝚗𝚊𝚢𝚊͎͛ʸʳ♑︎

ˢ⍣⃟ₛ 𝙺͢𝚊𝚗𝚊𝚢𝚊͎͛ʸʳ♑︎

serem2 piee ya

2024-11-07

1

🔵𒈒⃟ʟʙᴄ𝐙⃝🦜🅼ιяα🅷㊍㊍🔰π

🔵𒈒⃟ʟʙᴄ𝐙⃝🦜🅼ιяα🅷㊍㊍🔰π

Jangan bilang kamu naksir Nin, Joko Tenang beda sama yang diliat di mimpimi

2024-10-27

1

ˢ⍣⃟ₛ 𝙺͢𝚊𝚗𝚊𝚢𝚊͎͛ʸʳ♑︎

ˢ⍣⃟ₛ 𝙺͢𝚊𝚗𝚊𝚢𝚊͎͛ʸʳ♑︎

langsunjj knp langsung oppa le min hoo yg dipala🙈

2024-10-22

1

lihat semua
Episodes
1 Raab 1: Penghuni Pulau Kesepian
2 Raab 2: Racun Mimpi Buruk
3 Raab 3: Kembali Sakti
4 Raab 4: Pulang Bersama Gimba
5 Raab 5: Ratu dan Permaisuri
6 Raab 6: Tuduhan Prabu Dira
7 Raab 7: Pembunuh Ratu Ani
8 Raab 8: Efek Mertua
9 Raab 9: Kebangkitan Ratu Ani
10 Raab 10: Hukuman Permaisuri Mata Hijau
11 Raab 11: Titah Prabu Dira
12 Raab 12: Permaisuri Pedang Hilang
13 Raab 13: Dua Pendekar Sombong
14 Raab 14: Undangan Adipati
15 Raab 15: Pendekar Berkumpul
16 Raab 16: Adipati Rempah Alot
17 Raab 17: Gadis Cantik Baju Ungu
18 Raab 18: Aninda Bertamu
19 Raab 19: Pertarungan Perdana Aninda
20 Raab 20: Adipati Menusuk Aninda
21 Raab 21: Sakti yang Takluk
22 Raab 22: Tugas untuk Adipati
23 Raab 23: Mendayung Malam
24 Raab 24: Pelampiasan Prabu Dira
25 Raab 25: Dagelan Jarum Gadis
26 Raab 26: Menang Bawa Petaka
27 Raab 27: Tipuan Cempaka Air
28 Raab 28: Pemenang Babak Kedua
29 Raab 29: Kelicikan Cempaka
30 Raab 30: Kesaktian Aji Ronggoloyo
31 Raab 31: Kemenangan Pendekar Sombong
32 Raab 32: Kenyot Sedot Otot
33 Raab 33: Enam Selendang Dewi
34 Raab 34: Kesaktian Akar
35 Raab 35: Abang Kintir
36 Raab 36: Kentang Kebo
37 Raab 37: Siksaan untuk Aji
38 Raab 38: Cantik Versus Gemuk
39 Raab 39: Duel Dua Kakek Sakti
40 Raab 40: Fans Fanatik
41 Raab 41: Serangan Tiba-Tiba
42 Raab 42: Mengejar Ati Urat
43 Raab 43: Mengeroyok Ati Urat
44 Raab 44: Ratu Yuo Kai
45 Raab 45: Tawaran Ratu Abadi
46 Terpalan 1: Kesepakatan Saudara Seperguruan
47 Terpalan 2: Petunjuk Menuju Abadi
48 Terpalan 3: Kematian di Dua Tempat
49 Terpalan 4: Abang Bertemu Joko
50 Terpalan 5: Hadangan di Atas Jembatan
51 Terpalan 6: Seteru Atas Jembatan
52 Terpalan 7: Dua Desa Pendekar
53 Terpalan 8: Bertemu Kakek Sakti
54 Terpalan 9: Misi Pembunuhan
55 Terpalan 10: Pasukan Buaya Samudera
56 Terpalan 11: Senyumi Awan
57 Terpalan 12: Kedatangan Ratu Alma
58 Terpalan 13: Dagelan Kebakaran
59 Terpalan 14: Menghajar Pasukan Kademangan
60 Terpalan 15: Mengkudeta Demang Awok
61 Terpalan 16: Kabar Kejutan Dari Ratu
62 Terpalan 17: Nenek Liang Kubur
63 Terpalan 18: Warung Pepes Jengkol
64 Terpalan 19: Melayani Kentang Kebo
65 Terpalan 20: Pasukan Kademangan Hancur
66 Terpalan 21: Dua Kepala Desa Dibunuh
67 Terpalan 22: Tiga Si Pedang Panjang
68 Terpalan 23: Membantai Warga Desa Punten
69 Terpalan 24: Izin Pemegang Izin
70 Terpalan 25: Paku Darah Perjaka Murni
71 Terpalan 26: Ratu Yuo Kai Terkejut
72 Terpalan 27: Teror di Pasir Langit
73 Terpalan 28: Mati Kedua, Bangkit Kedua
74 Terpalan 29: Begal Nol Aksi
75 Terpalan 30: Insiden di Kedai Sederhana
76 Terpalan 31: Langkah Seribu Tiga
77 Terpalan 32: Dihadang Tiga Putra Demang
78 Terpalan 33: Nyai Demang Rame Getah
79 Terpalan 34: Kelompok Pembunuh Datang
80 Terpalan 35: Kelompok Pembunuh Menghilang
81 9P 1: Buaya Samudera Masuk Istana
82 9P 2: Sembilan Pendekar
83 9P 3: Laporan Nyai Demang
84 9P 4: Kelompok Kutu Aksoro
85 9P 5: Anggota Kedua Belas
86 9P 6: Misi Gagal
87 9P 7: Menghentikan Lari Kutu
88 9P 8: Berakhir di Sungai
89 9P 9: Membakar Desa
90 9P 10: Serangan Rumah Api
91 9P 11: Tiga Lawan
92 9P 12: Una Rakang vs La Pontong
93 9P 13: Burung Terakhir
94 9P 14: Bayi Asap Ungu
95 9P 15: Pedang Panjang vs Pedang Tumpul
96 9P 16: Syarat Restu Permaisuri Serigala
97 9P 17: Pasukan Topeng Merah
98 9P 18: Kademangan Kumisanak
99 9P 19: Kelompok Wedang Ketek
100 9P 20: Ketek Jatuh Cinta
101 9P 21: Ungkapan Cinta Ketek
102 9P 22: Jebakan Jala Buaya
103 9P 23: Perjuangan Akhir Wedang Ketek
104 9P 24: Sempurna Ani Saraswani
105 Kabar Getir dari Om
106 Pengumuman: Pendekar Sanggana Lanjut
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Raab 1: Penghuni Pulau Kesepian
2
Raab 2: Racun Mimpi Buruk
3
Raab 3: Kembali Sakti
4
Raab 4: Pulang Bersama Gimba
5
Raab 5: Ratu dan Permaisuri
6
Raab 6: Tuduhan Prabu Dira
7
Raab 7: Pembunuh Ratu Ani
8
Raab 8: Efek Mertua
9
Raab 9: Kebangkitan Ratu Ani
10
Raab 10: Hukuman Permaisuri Mata Hijau
11
Raab 11: Titah Prabu Dira
12
Raab 12: Permaisuri Pedang Hilang
13
Raab 13: Dua Pendekar Sombong
14
Raab 14: Undangan Adipati
15
Raab 15: Pendekar Berkumpul
16
Raab 16: Adipati Rempah Alot
17
Raab 17: Gadis Cantik Baju Ungu
18
Raab 18: Aninda Bertamu
19
Raab 19: Pertarungan Perdana Aninda
20
Raab 20: Adipati Menusuk Aninda
21
Raab 21: Sakti yang Takluk
22
Raab 22: Tugas untuk Adipati
23
Raab 23: Mendayung Malam
24
Raab 24: Pelampiasan Prabu Dira
25
Raab 25: Dagelan Jarum Gadis
26
Raab 26: Menang Bawa Petaka
27
Raab 27: Tipuan Cempaka Air
28
Raab 28: Pemenang Babak Kedua
29
Raab 29: Kelicikan Cempaka
30
Raab 30: Kesaktian Aji Ronggoloyo
31
Raab 31: Kemenangan Pendekar Sombong
32
Raab 32: Kenyot Sedot Otot
33
Raab 33: Enam Selendang Dewi
34
Raab 34: Kesaktian Akar
35
Raab 35: Abang Kintir
36
Raab 36: Kentang Kebo
37
Raab 37: Siksaan untuk Aji
38
Raab 38: Cantik Versus Gemuk
39
Raab 39: Duel Dua Kakek Sakti
40
Raab 40: Fans Fanatik
41
Raab 41: Serangan Tiba-Tiba
42
Raab 42: Mengejar Ati Urat
43
Raab 43: Mengeroyok Ati Urat
44
Raab 44: Ratu Yuo Kai
45
Raab 45: Tawaran Ratu Abadi
46
Terpalan 1: Kesepakatan Saudara Seperguruan
47
Terpalan 2: Petunjuk Menuju Abadi
48
Terpalan 3: Kematian di Dua Tempat
49
Terpalan 4: Abang Bertemu Joko
50
Terpalan 5: Hadangan di Atas Jembatan
51
Terpalan 6: Seteru Atas Jembatan
52
Terpalan 7: Dua Desa Pendekar
53
Terpalan 8: Bertemu Kakek Sakti
54
Terpalan 9: Misi Pembunuhan
55
Terpalan 10: Pasukan Buaya Samudera
56
Terpalan 11: Senyumi Awan
57
Terpalan 12: Kedatangan Ratu Alma
58
Terpalan 13: Dagelan Kebakaran
59
Terpalan 14: Menghajar Pasukan Kademangan
60
Terpalan 15: Mengkudeta Demang Awok
61
Terpalan 16: Kabar Kejutan Dari Ratu
62
Terpalan 17: Nenek Liang Kubur
63
Terpalan 18: Warung Pepes Jengkol
64
Terpalan 19: Melayani Kentang Kebo
65
Terpalan 20: Pasukan Kademangan Hancur
66
Terpalan 21: Dua Kepala Desa Dibunuh
67
Terpalan 22: Tiga Si Pedang Panjang
68
Terpalan 23: Membantai Warga Desa Punten
69
Terpalan 24: Izin Pemegang Izin
70
Terpalan 25: Paku Darah Perjaka Murni
71
Terpalan 26: Ratu Yuo Kai Terkejut
72
Terpalan 27: Teror di Pasir Langit
73
Terpalan 28: Mati Kedua, Bangkit Kedua
74
Terpalan 29: Begal Nol Aksi
75
Terpalan 30: Insiden di Kedai Sederhana
76
Terpalan 31: Langkah Seribu Tiga
77
Terpalan 32: Dihadang Tiga Putra Demang
78
Terpalan 33: Nyai Demang Rame Getah
79
Terpalan 34: Kelompok Pembunuh Datang
80
Terpalan 35: Kelompok Pembunuh Menghilang
81
9P 1: Buaya Samudera Masuk Istana
82
9P 2: Sembilan Pendekar
83
9P 3: Laporan Nyai Demang
84
9P 4: Kelompok Kutu Aksoro
85
9P 5: Anggota Kedua Belas
86
9P 6: Misi Gagal
87
9P 7: Menghentikan Lari Kutu
88
9P 8: Berakhir di Sungai
89
9P 9: Membakar Desa
90
9P 10: Serangan Rumah Api
91
9P 11: Tiga Lawan
92
9P 12: Una Rakang vs La Pontong
93
9P 13: Burung Terakhir
94
9P 14: Bayi Asap Ungu
95
9P 15: Pedang Panjang vs Pedang Tumpul
96
9P 16: Syarat Restu Permaisuri Serigala
97
9P 17: Pasukan Topeng Merah
98
9P 18: Kademangan Kumisanak
99
9P 19: Kelompok Wedang Ketek
100
9P 20: Ketek Jatuh Cinta
101
9P 21: Ungkapan Cinta Ketek
102
9P 22: Jebakan Jala Buaya
103
9P 23: Perjuangan Akhir Wedang Ketek
104
9P 24: Sempurna Ani Saraswani
105
Kabar Getir dari Om
106
Pengumuman: Pendekar Sanggana Lanjut

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!