Raab 14: Undangan Adipati

*Ratu Abadi (Raab)* 

Cempaka Air bukanlah jenis binatang atau ganggang yang hidup di air, tetapi itu nama seorang pendekar cantik yang juga dikenal sebagai pendekar muda berkesaktian tinggi. Dia memiliki garis nasab pendekar sakti. Baik ditarik dari garis ayah, atau garis ibu, semuanya orang sakti. Bahkan jika ditarik lewat garis tetangga pun, semuanya orang sakti.

Cempaka Air yang datang berkuda hitam itu mendatangi Dua Pendekar Sombong dan keenam murid Perguruan Jarum Gadis. Dia kembangkan senyum kepada Dua Pendekar Sombong yang tentu saja langsung tersenyum lebih lebar. Semakin angkuhlah mereka di depan Mila dkk karena mendapat senyum manis dari gadis cantik.

Sementara Mila Kemangi dan kelima adiknya hanya memandangi dengan tatapan dingin. Mereka kenal dengan Cempaka Air, tetapi orang-orang Perguruan Jarum Gadis tidak akrab dengan gadis cantik yang pembawaannya juga terkesan angkuh. Cocoklah Cempaka Air dengan Dua Pendekar Sombong, pikir mereka.

Namun, ketika jarak sudah dekat, tiba-tiba Cempaka Air menghentakkan sepasang lengannya kepada kedua lelaki berkuda itu.

Wuzz!

Dua lesatan sinar merah tipis yang bersifat tajam melesat dari tangan Cempaka Air.

“Buah!” pekik Aji dan Adi Ronggoloyo terkejut sambil cepat melompat tinggi mengudara tanpa mengikutsertakan kuda tunggangan mereka.

Dua sinar merah tipis itu lewat di bawah tubuh Dua Pendekar Sombong dan di atas kepala kuda.

Mila Kemangi segera mengajak adik-adiknya bergeser menjauh. Mereka tidak langsung pergi, tetapi memilih menonton.

Jleg! Jleg!

Aji dan Adi mendarat di tanah jalanan dengan wajah yang menunjukkan kemarahan.

Kejadian itu segera menarik perhatian warga sekitar dan beberapa pendekar yang sama-sama sengaja datang ke ibu kota kadipaten tersebut.

“Cempaka Air, kau ingin memenggal kami?!” tanya Aji marah. Jiwa guyonnya seketika raib termakan keterkejutan.

“Bercanda,” ucap Cempaka Air dengan mimik menggemaskan tapi menjengkelkan Aji dan Adi. Dia tersenyum kecil lalu membelokkan arah kudanya dan pergi.

Terbeliak bingung Aji dan Adi Ronggoloyo mendengar perkataan dan melihat tingkah Cempaka Air.

“Dia mengatakan bercanda? Serangan maut seperti itu dia katakan bercanda?” protes Adi Ronggoloyo emosi kepada kakaknya.

“Hihihi…!” Sementara itu Mila Kemangi dan adik-adiknya tertawa panjang melihat reaksi Dua Pendekar Sombong.

“Diam kalian!” hardik Aji Ronggoloyo sambil menunjuk kepada murid-murid Perguruan Jarum Gadis yang tidak patuh untuk berhenti tertawa. “Tidak ada yang lucu!”

“Kalian yang lucu,” sahut Ulis dengan mendelikkan matanya, bukan maksud menantang, tapi bermaksud meledek. Dia lalu berjalan pergi lebih dulu meninggalkan tempat itu.

Mila dan keempat gadis lainnya ikut pergi meninggalkan Dua Pendekar Sombong.

“Cempaka Air perlu diberi pelajaran,” kata Adi Ronggoloyo lalu segera naik ke punggung kudanya.

“Kau ingin mengejarnya?” tanya Aji sambil meraih kudanya dan melompat naik.

“Iya. Cara bercandanya keterlaluan. Heah heah!”

Adi Ronggoloyo menggebah kudanya untuk mengejar Cempaka Air. Aji pun segera menyusul. Mereka sudah abai terhadap keenam murid Perguruan Jarum Gadis.

Mengetahui sedang dikejar, Cempaka Air segera mempercepat lari kudanya. Bukan karena takut untuk bertarung melawan Dua Pendekar Sombong, tetapi untuk membuat mereka lebih kesal.

Kejar-kejaran pun terjadi. Sejumlah pendekar lain yang berkuda ataupun berjalan kaki mereka lewati. Para pendekar lain itu hanya memandangi pertunjukan yang melintas.

Hari ini memang banyak pendekar yang datang ke Kota Rempong, ibu kota Kadipaten Rempal. Mereka semua adalah pendekar yang berdomisili atau mainnya di wilayah se-Kadipaten Rempal. Beberapa hari sebelumnya undangan telah sampai ke tangan-tangan mereka.

“Tunjukkan bahwa kalian pendekar tersakti se-Kadipaten Rempal. Adipati Rempah Alot mau buang-buang hadiah sampai bangkrut. Hanya pendekar pecundang yang tidak hadir di malam legi jelang purnama. Bukan pendekar cantik atau tampan yang mau dilihat, tapi pendekar sakti. Ini kesempatan unjuk kesaktian dan borong hadiah melimpah selimpah air bah. Ayo, jangan sembunyi di kamar mandi saja. Jika mengaku pendekar, wajib hadir!”

Kira-kira seperti itulah surat undangan dari kantor Adipati Kadipaten Rempal yang dicap jempol kaki langsung oleh sang adipati yang memang terkenal kaya raya melimpah ruah.

Pendekar mana yang tidak gerah dadanya membaca undangan provokasi seperti itu. Pendekar mana saja yang tidak setor muka pada malam legi menjelang purnama nanti akan dicap “pendekar pecundang”. Kira-kira seperti itu jadinya jika tidak menghadiri undangan Adipati Rempah Alot. Jadi, sebagian pendekar datang ke Kota Rempong karena terpaksa. Mereka tidak mau tahu-tahu sudah mendapat gelar “Pendekar Pecundang” hanya gegara tidak memenuhi undangan Adipati yang menantang.

Mungkin hanya pendekar yang luput dari undangan yang tidak hadir pada hari ini. Entah akan disebut beruntung atau rugi pendekar yang tidak kebagian undangan. Bisa jadi memang terlewatkan atau juga karena undangan yang dicetak kuotanya terbatas.

Kembali kepada perseteruan antara Cempaka Air dan Dua Pendekar Sombong.

Drap drap drap…!

Cempaka Air akhirnya tiba di sebuah kediaman besar dan mewah yang diramaikan oleh banyak manusia berpakaian prajurit dan pendekar.

Sebelum kudanya berhenti berlari, Cempaka Air sudah melompat dan bersalto indah di udara lalu mendarat di sisi seorang pendekar lelaki. Sementara kudanya yang memelankan larinya disambut oleh prajurit yang memang bertugas menyambut kuda. Sepertinya dia lebih bahagia menyambut kuda daripada menyamut pemilik kudanya yang cantik.

Pendekar yang didekati oleh Cempaka Air adalah besar. Tinggi badannya sesuai dengan lebar dan ketebalannya. Besarnya bukan karena lemak, tetapi karena daging yang berotot seperti sekumpulan batu berlapis kulit. Tinggi Cempaka Air hanya sampai sebawah keteknya yang berambut lebat. Rambut ketiak itu terlihat karena dia tidak berbaju. Tidak perlu heboh, lelaki bernama Gaban Selangit itu masih bercelana, bahkan rangkap.

Gaban Selangit punya sejarah dan memori yang membuatnya trauma. Waktu masa kecil hingga remaja, dia punya kawan dan lawan yang suka penasaran lantaran badannya yang besar seperti cucu raksasa. Mereka penasaran sehingga suka menarik celana Gaban ke bawah. Tidak perlu diceritakan apa yang hendak mereka lihat, semua sudah paham.

Namun kini, Gaban telah menjadi seorang pendekar sakti. Bukan hanya orang takut terhadap kesaktiannya, tetapi orang juga ngeri melihat besar otot dan badannya yang seperti cucu raksasa.

Gaban Selangit adalah pendekar peliharaan Adipati Rempah Alot. Saat ini dia sedang berada di pintu masuk penerimaan tamu. Dia mengawasi kerja para prajurit, pegawai dan pelayan wanita dalam hal menyambut tamu.

“Gaban, Pendekar Sombong memuji-mujimu,” kata Cempaka Air setelah mencolek lengan keras orang besar itu.

Gaban langsung tersenyum tersipu karena tahu-tahu wajah cantik muncul dan mencolek-coleknya.

“Apa katanya, Cempaka?” tanya Gaban sembari senyum lembu.

“Hidungmu bocor,” jawab Cempaka Air.

Mendengar itu, seketika paras Gaban yang senang berubah marah dengan sepasang matanya mendelik. Hidung pendeknya yang seperti perosotan air mengembang kian lebar dua lubangnya.

“Kurang ajar!” maki Gaban.

“Itu mereka!” tunjuk Cempaka Air.

Gaban segera menengok ke arah tunjukan Cempaka Air.

Drap drap drap…!

Dua kuda yang ditunggangi oleh Dua Pendekar Sombong datang mendekati pintu masuk ke halaman kediaman Adipati Rempah Alot.

Setelah menunjuk, Cempaka Air pergi begitu saja ke meja registrasi.

Tamu yang datang harus registrasi agar mendapat sebesek makanan. Kalau zaman sekarang disebut nasi kotak. Setelah mendapat sebungkus besek, tamu diarahkan oleh pelayan wanita yang muda-muda lagi bening-bening ke tempat makan. Bagi tamu wanita, para pelayan wanita itu tidak menarik. Namun berbeda dengan tamu lelaki, pasalnya para pelayan itu bertelanjang bahu dan hanya berpinjung setengah dada.

Di sebagian halamannya yang luas berumput seperti karpet hijau, Adipati Rempah Alot membangun tenda besar beratap anyaman daun pandan. Di bawah tenda itu disediakan banyak meja pendek yang berjejer dan berbaris rapi.

Di tempat itu, sudah ada banyak pendekar lelaki dan wanita yang bermeja menikmati isi beseknya masing-masing. Masih banyak pula meja yang kosong. Itu karena luasnya tenda yang dibangun dan banyaknya meja yang digelar.

Sementara itu di luar halaman, Gaban Selangit menghadang laju kedua kuda Dua Pendekar Sombong sebelum mereka benar-benar sampai.

Mau tidak mau Aji dan Adi Ronggoloyo melakukan pengereman mendadak. (RH)

Terpopuler

Comments

Umar Muhdhar

Umar Muhdhar

2

2024-11-08

1

🫡Ran🫠off✈︎

🫡Ran🫠off✈︎

muncul semua orangnya ya?

2024-11-07

2

🫡Ran🫠off✈︎

🫡Ran🫠off✈︎

mau rujak kan pak? wkwkwkw
😂/Facepalm/

2024-11-07

2

lihat semua
Episodes
1 Raab 1: Penghuni Pulau Kesepian
2 Raab 2: Racun Mimpi Buruk
3 Raab 3: Kembali Sakti
4 Raab 4: Pulang Bersama Gimba
5 Raab 5: Ratu dan Permaisuri
6 Raab 6: Tuduhan Prabu Dira
7 Raab 7: Pembunuh Ratu Ani
8 Raab 8: Efek Mertua
9 Raab 9: Kebangkitan Ratu Ani
10 Raab 10: Hukuman Permaisuri Mata Hijau
11 Raab 11: Titah Prabu Dira
12 Raab 12: Permaisuri Pedang Hilang
13 Raab 13: Dua Pendekar Sombong
14 Raab 14: Undangan Adipati
15 Raab 15: Pendekar Berkumpul
16 Raab 16: Adipati Rempah Alot
17 Raab 17: Gadis Cantik Baju Ungu
18 Raab 18: Aninda Bertamu
19 Raab 19: Pertarungan Perdana Aninda
20 Raab 20: Adipati Menusuk Aninda
21 Raab 21: Sakti yang Takluk
22 Raab 22: Tugas untuk Adipati
23 Raab 23: Mendayung Malam
24 Raab 24: Pelampiasan Prabu Dira
25 Raab 25: Dagelan Jarum Gadis
26 Raab 26: Menang Bawa Petaka
27 Raab 27: Tipuan Cempaka Air
28 Raab 28: Pemenang Babak Kedua
29 Raab 29: Kelicikan Cempaka
30 Raab 30: Kesaktian Aji Ronggoloyo
31 Raab 31: Kemenangan Pendekar Sombong
32 Raab 32: Kenyot Sedot Otot
33 Raab 33: Enam Selendang Dewi
34 Raab 34: Kesaktian Akar
35 Raab 35: Abang Kintir
36 Raab 36: Kentang Kebo
37 Raab 37: Siksaan untuk Aji
38 Raab 38: Cantik Versus Gemuk
39 Raab 39: Duel Dua Kakek Sakti
40 Raab 40: Fans Fanatik
41 Raab 41: Serangan Tiba-Tiba
42 Raab 42: Mengejar Ati Urat
43 Raab 43: Mengeroyok Ati Urat
44 Raab 44: Ratu Yuo Kai
45 Raab 45: Tawaran Ratu Abadi
46 Terpalan 1: Kesepakatan Saudara Seperguruan
47 Terpalan 2: Petunjuk Menuju Abadi
48 Terpalan 3: Kematian di Dua Tempat
49 Terpalan 4: Abang Bertemu Joko
50 Terpalan 5: Hadangan di Atas Jembatan
51 Terpalan 6: Seteru Atas Jembatan
52 Terpalan 7: Dua Desa Pendekar
53 Terpalan 8: Bertemu Kakek Sakti
54 Terpalan 9: Misi Pembunuhan
55 Terpalan 10: Pasukan Buaya Samudera
56 Terpalan 11: Senyumi Awan
57 Terpalan 12: Kedatangan Ratu Alma
58 Terpalan 13: Dagelan Kebakaran
59 Terpalan 14: Menghajar Pasukan Kademangan
60 Terpalan 15: Mengkudeta Demang Awok
61 Terpalan 16: Kabar Kejutan Dari Ratu
62 Terpalan 17: Nenek Liang Kubur
63 Terpalan 18: Warung Pepes Jengkol
64 Terpalan 19: Melayani Kentang Kebo
65 Terpalan 20: Pasukan Kademangan Hancur
66 Terpalan 21: Dua Kepala Desa Dibunuh
67 Terpalan 22: Tiga Si Pedang Panjang
68 Terpalan 23: Membantai Warga Desa Punten
69 Terpalan 24: Izin Pemegang Izin
70 Terpalan 25: Paku Darah Perjaka Murni
71 Terpalan 26: Ratu Yuo Kai Terkejut
72 Terpalan 27: Teror di Pasir Langit
73 Terpalan 28: Mati Kedua, Bangkit Kedua
74 Terpalan 29: Begal Nol Aksi
75 Terpalan 30: Insiden di Kedai Sederhana
76 Terpalan 31: Langkah Seribu Tiga
77 Terpalan 32: Dihadang Tiga Putra Demang
78 Terpalan 33: Nyai Demang Rame Getah
79 Terpalan 34: Kelompok Pembunuh Datang
80 Terpalan 35: Kelompok Pembunuh Menghilang
81 9P 1: Buaya Samudera Masuk Istana
82 9P 2: Sembilan Pendekar
83 9P 3: Laporan Nyai Demang
84 9P 4: Kelompok Kutu Aksoro
85 9P 5: Anggota Kedua Belas
86 9P 6: Misi Gagal
87 9P 7: Menghentikan Lari Kutu
88 9P 8: Berakhir di Sungai
89 9P 9: Membakar Desa
90 9P 10: Serangan Rumah Api
91 9P 11: Tiga Lawan
92 9P 12: Una Rakang vs La Pontong
93 9P 13: Burung Terakhir
94 9P 14: Bayi Asap Ungu
95 9P 15: Pedang Panjang vs Pedang Tumpul
96 9P 16: Syarat Restu Permaisuri Serigala
97 9P 17: Pasukan Topeng Merah
98 9P 18: Kademangan Kumisanak
99 9P 19: Kelompok Wedang Ketek
100 9P 20: Ketek Jatuh Cinta
101 9P 21: Ungkapan Cinta Ketek
102 9P 22: Jebakan Jala Buaya
103 9P 23: Perjuangan Akhir Wedang Ketek
104 9P 24: Sempurna Ani Saraswani
105 Kabar Getir dari Om
106 Pengumuman: Pendekar Sanggana Lanjut
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Raab 1: Penghuni Pulau Kesepian
2
Raab 2: Racun Mimpi Buruk
3
Raab 3: Kembali Sakti
4
Raab 4: Pulang Bersama Gimba
5
Raab 5: Ratu dan Permaisuri
6
Raab 6: Tuduhan Prabu Dira
7
Raab 7: Pembunuh Ratu Ani
8
Raab 8: Efek Mertua
9
Raab 9: Kebangkitan Ratu Ani
10
Raab 10: Hukuman Permaisuri Mata Hijau
11
Raab 11: Titah Prabu Dira
12
Raab 12: Permaisuri Pedang Hilang
13
Raab 13: Dua Pendekar Sombong
14
Raab 14: Undangan Adipati
15
Raab 15: Pendekar Berkumpul
16
Raab 16: Adipati Rempah Alot
17
Raab 17: Gadis Cantik Baju Ungu
18
Raab 18: Aninda Bertamu
19
Raab 19: Pertarungan Perdana Aninda
20
Raab 20: Adipati Menusuk Aninda
21
Raab 21: Sakti yang Takluk
22
Raab 22: Tugas untuk Adipati
23
Raab 23: Mendayung Malam
24
Raab 24: Pelampiasan Prabu Dira
25
Raab 25: Dagelan Jarum Gadis
26
Raab 26: Menang Bawa Petaka
27
Raab 27: Tipuan Cempaka Air
28
Raab 28: Pemenang Babak Kedua
29
Raab 29: Kelicikan Cempaka
30
Raab 30: Kesaktian Aji Ronggoloyo
31
Raab 31: Kemenangan Pendekar Sombong
32
Raab 32: Kenyot Sedot Otot
33
Raab 33: Enam Selendang Dewi
34
Raab 34: Kesaktian Akar
35
Raab 35: Abang Kintir
36
Raab 36: Kentang Kebo
37
Raab 37: Siksaan untuk Aji
38
Raab 38: Cantik Versus Gemuk
39
Raab 39: Duel Dua Kakek Sakti
40
Raab 40: Fans Fanatik
41
Raab 41: Serangan Tiba-Tiba
42
Raab 42: Mengejar Ati Urat
43
Raab 43: Mengeroyok Ati Urat
44
Raab 44: Ratu Yuo Kai
45
Raab 45: Tawaran Ratu Abadi
46
Terpalan 1: Kesepakatan Saudara Seperguruan
47
Terpalan 2: Petunjuk Menuju Abadi
48
Terpalan 3: Kematian di Dua Tempat
49
Terpalan 4: Abang Bertemu Joko
50
Terpalan 5: Hadangan di Atas Jembatan
51
Terpalan 6: Seteru Atas Jembatan
52
Terpalan 7: Dua Desa Pendekar
53
Terpalan 8: Bertemu Kakek Sakti
54
Terpalan 9: Misi Pembunuhan
55
Terpalan 10: Pasukan Buaya Samudera
56
Terpalan 11: Senyumi Awan
57
Terpalan 12: Kedatangan Ratu Alma
58
Terpalan 13: Dagelan Kebakaran
59
Terpalan 14: Menghajar Pasukan Kademangan
60
Terpalan 15: Mengkudeta Demang Awok
61
Terpalan 16: Kabar Kejutan Dari Ratu
62
Terpalan 17: Nenek Liang Kubur
63
Terpalan 18: Warung Pepes Jengkol
64
Terpalan 19: Melayani Kentang Kebo
65
Terpalan 20: Pasukan Kademangan Hancur
66
Terpalan 21: Dua Kepala Desa Dibunuh
67
Terpalan 22: Tiga Si Pedang Panjang
68
Terpalan 23: Membantai Warga Desa Punten
69
Terpalan 24: Izin Pemegang Izin
70
Terpalan 25: Paku Darah Perjaka Murni
71
Terpalan 26: Ratu Yuo Kai Terkejut
72
Terpalan 27: Teror di Pasir Langit
73
Terpalan 28: Mati Kedua, Bangkit Kedua
74
Terpalan 29: Begal Nol Aksi
75
Terpalan 30: Insiden di Kedai Sederhana
76
Terpalan 31: Langkah Seribu Tiga
77
Terpalan 32: Dihadang Tiga Putra Demang
78
Terpalan 33: Nyai Demang Rame Getah
79
Terpalan 34: Kelompok Pembunuh Datang
80
Terpalan 35: Kelompok Pembunuh Menghilang
81
9P 1: Buaya Samudera Masuk Istana
82
9P 2: Sembilan Pendekar
83
9P 3: Laporan Nyai Demang
84
9P 4: Kelompok Kutu Aksoro
85
9P 5: Anggota Kedua Belas
86
9P 6: Misi Gagal
87
9P 7: Menghentikan Lari Kutu
88
9P 8: Berakhir di Sungai
89
9P 9: Membakar Desa
90
9P 10: Serangan Rumah Api
91
9P 11: Tiga Lawan
92
9P 12: Una Rakang vs La Pontong
93
9P 13: Burung Terakhir
94
9P 14: Bayi Asap Ungu
95
9P 15: Pedang Panjang vs Pedang Tumpul
96
9P 16: Syarat Restu Permaisuri Serigala
97
9P 17: Pasukan Topeng Merah
98
9P 18: Kademangan Kumisanak
99
9P 19: Kelompok Wedang Ketek
100
9P 20: Ketek Jatuh Cinta
101
9P 21: Ungkapan Cinta Ketek
102
9P 22: Jebakan Jala Buaya
103
9P 23: Perjuangan Akhir Wedang Ketek
104
9P 24: Sempurna Ani Saraswani
105
Kabar Getir dari Om
106
Pengumuman: Pendekar Sanggana Lanjut

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!