*Ratu Abadi (Raab)*
Tiga hari yang lalu di dalam ruang pemandian Ratu Ani Saraswani di Istana Pasir Langit. Ratu Ani sedang bertarung melawan seorang Permaisuri Sanggana yang tahu-tahu menyusup masuk ke dalam pemandiannya.
Permaisuri Sanggana yang identitasnya dirahasiakan itu sudah membunuh pengawal pribadi Ratu Ani yang bernama Rincing Kila.
“Aku tidak akan membiarkan diriku mati tanpa adanya perlawanan sedikit pun!” desis Ratu Ani Saraswani yang kini mendendam atas kematian Rincing Kila.
Sess sess sess…!
Ratu Ani lalu mengerahkan seluruh energi kesaktiannya yang kemudian diwujudkan dalam lesatan-lesatan sinar putih berbentuk kipas. Tidak tanggung-tanggung, sepuluh Kipas Cahaya dilesatkan oleh Ratu Ani menyerbu Permaisuri Sanggana.
Permaisuri Sanggana melakukan lompatan mundur dengan tubuh berputar indah di udara, menghindari serbuan kipas sinar putih. Gerakan hindar itu membuat Permaisuri Sanggana kian menjauhi Ratu Ani.
Beberapa kipas sinar putih lewat tipis di sekItar tubuh Permaisuri Sanggana di udara.
Sess!
Satu kipas sinar bahkan berhasil memusnahkan satu ujung jubah hijau Permaisuri Sanggana yang menjuntai saat gerakan berputar di udara tersebut.
Jleg! Wess!
Permaisuri Sanggana mendarat di lantai seperti gaya hewan, dengan dua kaki dan satu tangan kiri. Kejap berikutnya, tiba-tiba tubuh langsing itu melesat sangat cepat, bahkan tidak terlihat oleh Ratu Ani yang hanya mendelik ketika tubuh depannya ditabrak.
Ratu Ani Saraswani melesat mundur tanpa ia kehendaki, ketika dirinya tahu-tahu ditabrak.
Srekr!
“Hekrrr!” erang Ratu Ani dengan mulut menganga sedikit, tetapi mengeluarkan darah. Sepasang matanya mendelik merah dan menangis karena merasakan rasa sakit yang teramat sangat.
Kini, punggung Ratu Ani rapat di dinding ruang pemandian. Di depannya berdiri merapat sosok Permaisuri Sanggana yang menghadap ke tembok. Dalam kondisi seperti itu, Ratu Ani masih sempat mencium aroma harum tubuh Permaisuri Sanggana.
Tangan kanan Permaisuri Sanggana yang menggenggam gagang pedang ungu menempel di dada kiri sang ratu, tepat di titik di mana posisi jantung berada.
Permaisuri Sanggana telah menusukkan pedang pada dada Ratu Ani, tepat menghujam jantung. Pangkal pedang menekan kuat. Setelah itu, Permaisuri Sanggana melepas gagang pedangnya, membiarkannya menancap pada dada Ratu Ani.
Tubuh Ratu Ani menempel pada dinding karena bagian ujung hingga lebih dari separuh pedang menancap di dinding batu ruang pemandian. Kondisi itu membuat tubuh Ratu Ani yang telah banjir darah tidak bisa lepas dari dinding. Tubuh indah itu telah dipaku menggunakan pedang. Sementara itu, darah terus keluar dari celah bibirnya.
Bibir dan wajah Ratu Ani bergetar. Sepasang matanya mulai sayu seiring pandangannya yang menggelap.
Sebelum Ratu Ani menutup rasa, Permaisuri Sanggana berkata kepadanya.
“Aku akan meninggalkan pedang ini sebagai bukti. Jadi, ketika suami kita melihatnya, dia akan tahu siapa Permaisuri Sanggana yang telah membunuhmu. Semoga harimu menyenangkan di alam kematian.”
Meski sudah tidak bisa memandang wajah Permaisuri Sanggana dengan jelas, Ratu Ani masih bisa mendengar perkataan tersebut. Namun, tetap saja Ratu Ani tidak bisa mengadukan apa yang didengarnya, karena setelah itu dia mengembuskan napas terakhirnya dengan wajah yang terkulai ke depan.
Kembali ke masa kini di pelataran Istana Sanggana Kecil, saat Prabu Dira disambut oleh ratu dan para permaisurinya.
“Hihihik!” tawa Permaisuri Sandaria setelah dia tiba-tiba mencium bibir suaminya, padahal yang lain dan sang ratu saja hanya mendapat kecupan di kening.
Awalnya Prabu Dira hendak mencium kening Permaisuri Sandaria sama seperti lainnya. Namun, meski buta, permaisuri mungil sekal itu pandai mencuri bonus.
Prabu Dira bersikap biasa saja atas kecurangan Permaisuri Sandaria, tidak tersenyum atau bereaksi senang. Pada dasarnya, sang prabu masih memendam kemarahan.
Setelah itu, Prabu Dira beralih kepada Permaisuri Kusuma Dewi. Namun, Prabu Dira tidak menunjukkan gestur bahwa dia akan mengecup dahi istrinya yang satu itu.
“Apakah kau sengaja meninggalkan Pedang Malam Ungu di Istana Pasir Langit, Permaisuri Pedang?” tanya Prabu Dira dengan tatapan tajam kepada Permaisuri Kusuma Dewi.
Mendengar pertanyaan yang menuduh itu membuat Permaisuri Kusuma Dewi kian kerutkan kening kepada suaminya. Dia bahkan berani beradu tatap sejenak dengan suaminya yang berwibawa tinggi.
Sementara itu, Ratu Tirana dan permaisuri yang lain memfokuskan perhatiannya kepada suami dan madu mereka.
Akhirnya Permaisuri Kusuma Dewi menundukkan pandangannya dan merendahkan dirinya seraya menjura hormat. Itu dia lakukan agar tidak terjadi pertengkaran keras dengan sang prabu karena dia tahu suaminya itu sedang marah.
“Mohon maafkan hamba, Kakang Prabu. Pedangku ini telah hilang beberapa hari yang lalu,” jawab Permaisuri Kusuma Dewi.
“Jika bukan kau yang membunuh Ratu Ani, lalu siapa?” tanya Prabu Dira.
Terkejut Ratu Tirana dan semua permaisuri, termasuk Permaisuri Nara dan Permaisuri Kusuma Dewi yang merasa dituduh. Mereka sebelumnya tidak tahu bahwa Ratu Ani Saraswani telah tewas dibunuh.
Permaisuri Kusuma Dewi kembali mengangkat wajahnya dan berani menatap tajam suaminya.
“Aku tidak menyangka Kakang Prabu akan sejauh itu menuduhku!” kata Permaisuri Kusuma Dewi. Dia tidak sedih dituduh, tetapi marah dituduh.
“Senjatamu adalah barang bukti yang sangat kuat. Jika alasanmu kau kehilangan pedang sehebat Pedang Malam Ungu, itu sulit untuk langsung diterima oleh akal. Kau seorang permaisuri Sanggana yang berkesaktian tinggi, sulit dipercaya jika kau bisa kehilangan pedangmu,” debat Prabu Dira untuk memperkuat tuduhannya.
“Banyak orang yang lebih sakti dariku di Sanggana Kecil ini yang bisa dengan mudah mengambil pedangku,” sanggah Permaisuri Kusuma Dewi.
Perkataan Permaisuri Pedang itu menyenggol perasaan Ratu Tirana dan para permaisuri yang merasa lebih sakti dari Permaisuri Pedang.
Sebelum Kerajaan Sanggana Kecil terbangun sepuluh tahun yang lalu, Kusuma Dewi termasuk wanita yang bergabung belakangan, setelah Joko Tenang sudah memiliki beberapa istri dan calon istri yang kesaktiannya jauh di atas Kusuma. Meski kini dia sudah mendapat beberapa warisan ilmu dari Permaisuri Nara, tetap saja kesaktian Ratu Tirana dan para permaisuri utama jauh lebih tinggi.
Permaisuri Kusuma Dewi sangat sadar dengan tingkat kesaktiannya. Namun, perkataannya barusan tidak dimaklumi oleh semua permaisuri. Karena itulah Permaisuri Ginari langsung bereaksi.
“Ucapanmu sama saja menuduh Gusti Ratu dan para Permaisuri Dewi Bunga!” kata Permaisuri Ginari keras menyela perdebatan Prabu Dira dengan cinta pertamanya.
Perlu diketahui agar lebih tahu, dalam formasi keprabuan Prabu Dira ada yang namanya Delapan Dewi Bunga, yaitu para permaisuri pewaris ilmu Delapan Dewi Bunga. Salah satunya setiap tahun akan menduduki kursi keratuan secara bergilir.
Delapan Dewi Bunga Sanggana di antaranya Permaisuri Yuo Kai, Permaisuri Tirana, Permaisuri Getara Cinta, Permaisuri Kerling Sukma, Permaisuri Nara, Permaisuri Sandaria, Permaisuri Sri Rahayu dan Permaisuri Dewi Ara. Namun, tiga permaisuri Dewi Bunga sedang tidak ada di Kerajaan Sanggana Kecil.
Tahun ini giliran Permaisuri Tirana yang menduduki kursi keratuan. Untuk menjadi salah satu Dewi Bunga syaratnya harus memiliki tingkat tenaga dalam yang sangat tinggi.
Permaisuri Ginari sendiri bukan termasuk dalam Delapan Dewi Bunga.
Permaisuri Ginari sendiri bukan termasuk dalam Delapan Dewi Bunga.
“Aku tidak menuduh, tetapi aku yang dituduh oleh Kakang Prabu. Aku hanya melakukan pembelaan atas kejujuranku!” sanggah Permaisuri Kusuma Dewi dengan nada tinggi pula. Jika berdebat dengan sesama madu dia masih berani meninggikan suaranya satu oktaf.
“Tenangkan diri kalian. Ini bisa dibicarakan dengan nada yang rendah,” kata Ratu Tirana menengahi dengan suara yang lembut seraya tersenyum tipis.
Sikap Ratu Tirana berhasil meredam emosi Prabu Dira dan kedua istrinya itu setengah kuota. Memang, sejak awal-awal terbentuknya aliansi cinta dua wanita yang hingga kini lebih dari sepuluh wanita, Ratu Tirana adalah pemain utama dalam mengharmoniskan para istri Prabu Dira.
Baik Permaisuri Kusuma Dewi dan Permaisuri Ginari jadi menahan lidah, meski lidah itu gatal ingin menyerang. (RH)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Umar Muhdhar
1
2024-11-07
1
ˢ⍣⃟ₛ 𝙺͢𝚊𝚗𝚊𝚢𝚊͎͛ʸʳ♑︎
kok perihhhnya krasa ampe sini ya cessss srekk🙈🙈
2024-11-07
2
ˢ⍣⃟ₛ 𝙺͢𝚊𝚗𝚊𝚢𝚊͎͛ʸʳ♑︎
ka Annupom ada om,setdah🤣🤣🙄🦋
2024-11-07
2