*Ratu Abadi (Raab)*
Setelah tiga bulan menjalani latihan fisik yang sangat berat, Aninda Serunai kemudian menjalani latihan yang menentukan.
“Jika melihat perkembanganmu dalam latihan selama tiga purnama, latihan kali ini menjadi penentu keberhasilanmu. Jika kau berhasil memunculkan kembali tenaga dalammu, maka latihan ke depannya akan menjadi lebih mudah,” kata Pendekar Tanpa Nyawa ketika Aninda akan memulai latihannya.
“Baik, Gusti Agung,” ucap Aninda Serunai.
Bentuk latihan penentu itu adalah bertahan di dalam air rebusan.
Ada sebuah kuali tanah liat berukuran jumbo yang penuh oleh air bercampur potongan-potongan kayu. Kuali itu sedang berada di atas tungku berapi besar.
Aninda Serunai lalu menanggalkan semua pakaiannya. Jangan ditanya seperti apa keindahan yang terpampang di depan mata si nenek. Untung hanya mereka berdua yang ada di pulau kecil itu. Demi mendapatkan kesaktian lagi, Aninda pun tidak mau setengah-setengah. Dia harus totalitas.
Setelah buto alias bugil total, Aninda lalu naik ke atas sebongkah batu besar yang ada di dekat tungku. Lewat batu itu Aninda bisa masuk dengan mudah ke dalam kuali besar.
Air di dalam kuali sendiri sudah mulai beruap. Aninda mengerenyit menahan panas ketika dia memasukkan kaki mulusnya ke dalam air rebusan. Saat dia berdiri di dalam kuali, ketinggian air sampai perut. Bisa dibayangkan sebesar apa kualinya. Jangan bayangkan sebesar apa yang “lain”!
Aninda Serunai lalu turun duduk bersila di dalam air hingga kepalanya pun tenggelam di dalam air. Dia pejamkan mata. Dia harus berendam di dalam air panas itu. Pendekar Tanpa Nyawa sudah menjamin bahwa Aninda tidak akan mati matang direbus.
Latihan menyelam selama mungkin di dalam air laut membuat Aninda bisa berlama-lama di dalam air. Namun yang membedakan, kali ini di dalam air panas yang semakin lama semakin mendidih.
Aninda benar-benar merasakan rasanya direbus. Di dalam air dia mengerenyit menahan rasa panas. Tidak hanya panas, tapi ada rasa lain yang dia rasakan, yaitu rasa perih yang menusuk-nusuk hingga melinukan tulang-tulangnya.
Aninda berusaha bertahan napas mati-matian di dalam panas. Ingin rasanya dia menjerit kencang, tetapi dia sedang di dalam air.
Semakin lama, Aninda mulai lemas dan hendak kehilangan kesadaran.
Hingga akhirnya, Aninda merasakan seluruh anggota tubuhnya kesemutan. Rasa itu membuat dia berubah tidak merasakan panas. Hal itu mengejutkan gadis cantik itu. Namun, dia sudah tidak kuat menahan napas.
Aninda pun mengeluarkan kepalanya dari dalam air untuk mengambil napas.
Dak!
“Akk!” pekik Aninda pendek tapi kencang, ketika kepalanya dihantam oleh satu benda keras.
Pukulan kayu yang dilakukan oleh Pendekar Tanpa Nyawa membuat Aninda kembali memasukkan kepalanya ke dalam air yang mendidih. Namun, Aninda sudah mendapat setarikan napas sebagai bekal untuk lebih lama menyelam.
“Apa yang terjadi? Aku sudah tidak merasakan panas sedikit pun. Apakah aku sudah berhasil menjadi sakti kembali?” batin Aninda. Ada rasa gembira di dalam hatinya.
Air rebusan yang telah mendidih tiba-tiba tambah bergolak. Gelembung-gelembung yang naik ke permukaan semakin besar-besar dan letupannya semakin kencang, seolah-olah api yang memasak semakin besar dan suhunya semakin tinggi. Kayu-kayu yang direbus bahkan dibuat beretakan dan hancur.
Namun, tidak seperti itu. Yang terjadi sesungguhnya adalah muncul sumber panas kedua, yaitu energi panas dari dalam tubuh Aninda. Karena itulah Pendekar Tanpa Nyawa tersenyum ketika melihat daya didih air meningkat cepat.
“Kau berhasil juga, Budak,” ucap si nenek lirih.
Kini, Aninda sudah tidak merasakan kesemutan pada seluruh tubuhnya. Yang dia rasakan seperti sedang berendam di dalam air biasa.
Rasa yang telah bertahun hilang kini kembali dirasakan oleh Aninda, yaitu rasa memiliki tenaga dalam. Dia pun segera mencoba mengolah tenaga dalamnya dengan cara yang pernah dia kuasai.
Hasilnya, dia berhasil.
Dalam posisi bersila di dalam air rebusan itu Aninda menghentakkan otot perutnya. Maka, muncullah tenaga dalam yang menyebar. Air rebusan itu terhentak naik mengudara.
Namun, Aninda terkejut. Dia merasakan ada tenaga lain yang melapisi dinding kuali sehingga hantaman tenaganya tidak mampu memecahkan kuali tanah liat tersebut.
“Hihihi!” tawa pendek Pendekar Tanpa Nyawa melihat usaha Aninda Serunai.
Gagal memecahkan kuali besar itu, Aninda Serunai kembali melakukan upaya kedua. Kali ini dia menghentakkan otot perut dan kedua lengannya.
Cprak! Krak!
Kali ini terjadi keretakan pada dinding kuali seiring banyaknya air yang terlompat ke atas dan jatuh di sekitar tungku, sekaligus memadamkan sebagian api. Namun, meski tercipta banyak retakan panjang pada dinding kuali, tetapi kuali itu tidak pecah. Itu terjadi karena kuali masih diperkuat oleh tenaga dalam titipan Pendekar Tanpa Nyawa.
Karena belum mampu membuat kuali itu hancur, Aninda kembali melakukan percobaan untuk kali ketiga. Dia kembali mengumpulkan tenaga dalamnya. Kali ini lebih besar.
Pruakr! Bruss!
Setelah Aninda menghentakkan seluruh otot tangan dan badannya, kuali itu akhirnya pecah terbelah menjadi beberapa lempengan. Air panasnya langsung tumpah ke segala sisi, membanjiri tanah.
Terlihatlah Aninda Serunai yang dalam posisi duduk bersila tanpa sehelai pun benang. Kulit wajah dan tubuhnya berwarna merah setelah direbus.
“Kau berhasil, Budak. Tidak sia-sia perjuanganmu dalam latihan selama ini,” kata Pendekar Tanpa Nyawa. “Istirahatlah. Kulitmu perlu pemulihan selama satu hari. Setelah itu, kau harus membangun seluruh kesaktianmu yang selama ini hilang.”
“Baik, Gusti Agung,” ucap Aninda Serunai yang sudah membuka kembali sepasang matanya yang kini memiliki sorotan lebih tajam, menyiratkan ambisi yang tinggi di dalam hatinya.
Singkat cerita. Empat tahun kemudian.
Boamm!
Tiba-tiba tanah Pulau Kesepian terguncang halus. Pada saat yang sama terdengar suara ledakan besar dan pada satu koordinat di tengah laut terlihat air meledak dan naik ke udara.
Akibat ledakan yang terjadi di dasar laut itu, muncul gelombang besar yang menyebar ke segala arah.
Brass!
Gelombang tinggi seperti tsunami itu berlari cepat dan menghantam pantai Pulau Kesepian. Airnya naik sampai ke halaman rumah Pendekar Tanpa Nyawa yang tepat ada di tengah pulau.
Di titik tempat terjadinya ledakan air kini telah berdiri sesosok wanita berpakaian ungu keungu-unguan. Dia berdiri di atas permukaan air laut yang bergelombang.
Sosok yang tidak lain adalah Aninda Serunai itu kemudian diselimuti sinar biru gelap yang memancar mengerikan.
Wesst!
Sosok Aninda kemudian melesat secepat lesatan anak panah di atas permukaan air laut. Dia menuju kea rah pulau. Air laut membentuk belahan yang dalam pada garis yang dilalui oleh Aninda.
Di saat melesat seperti itu, Aninda menghentakkan tangan kanannya ke araha langit. Maka muncul sembilan bola sinar kuning yang ikut terbang di sekeliling tubuh Aninda.
Zwess!
Ketika Aninda menghentakkan tangan kirinya ke arah bawah, kesembilan bola sinar itu melesat lebih cepat ke depan meninggalkan Aninda. Kesembilan sinar kuning itu melesat seperti serbuan rudal menuju Pulau Kesepeian.
Itu adalah ilmu yang bernama Hancur Sembilan Bulan. Salah satu kesaktian tinggi yang Pendekar Tanpa Nyawa miliki. Jika ilmu itu dikeluarkan oleh Aninda, berarti Pendekar Tanpa Nyawa telah menurunkan kesaktiannya tersebut.
Zwess!
Tiba-tiba dari tengah Pulau Kesepian muncul lesatan sembilan bola sinar kuning yang lain. Kelompok ini melesat cepat ke arah kedatangan sembilan sinar milik Aninda.
Bluar bluar bluar…!
Pertemuan dua kelompok sinar kuning yang serupa di atas pantai pulau itu menciptakan sembilan ledakan dahsyat yang rapat.
Tanah pulau dan air laut jadi terguncang. Di bawah posisi ledakan tercipta beberapa ledakan air yang kemudian memunculkan gelombang besar ke segala arah.
Sementara itu, tubuh Aninda yang awalnya melesat maju, jadi terpental jauh ke belakang, lalu jatuh tenggelam ke dalam air laut. Itu menunjukkan bahwa kekuatan ilmu Hancur Sembilan Bulan milik Aninda masih jauh di bawah milik sang guru sekaligus sang majikan.
Pendekar Tanpa Nyawa muncul berjalan keluar dari dalam rumahnya.
Clap!
Tahu si nenek hilang dari pandangan dan muncul berdiri di permukaan air laut, tempat Aninda timbul dari ketenggelaman.
Aninda mengerenyit menahan rasa sakit pada seluruh tubuhnya. Dia telah terluka dalam akibat dari peraduan dua kesaktian yang sama tadi. (RH)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Hawkeye
🤣🤣🤣
2024-12-05
0
Hawkeye
tggl diksih bumbu 🤣🤣
2024-12-05
0
Umar Muhdhar
1
2024-11-07
1