Raab 18: Aninda Bertamu

*Ratu Abadi (Raab)* 

Enam purnama yang lalu.

Sebuah perahu kecil yang di atasnya berdiri sosok Aninda Serunai dengan pakaian ungunya yang lusuh, dengan rambut polos berkibar tanpa perhiasan, dengan wajah natural yang tanpa polesan pupur atau goresan arang di alis, mendarat di Pantai Kutukelang.

Aninda Serunai yang kini memikul gelar yang berat bobotnya, yaitu Ratu Abadi, baru saja menempuh perjalanan air dari Pulau Kesepian menuju Pantai Kutukelang. Pantai itu sendiri merupakan salah satu wilayah pesisir Kadipaten Rempal. Kadipaten itu sendiri termasuk wilayah barat Kerajaan Pajajakan.

Aninda Serunai sudah mendapat petunjukan dan arahan dari tuan sekaligus gurunya, Pendekar Tanpa Nyawa, tentang memulai misinya di daratan.

Mendaratnya perahu Aninda Serunai di pasir pantai membuat beberapa warga nelayan yang sedang bekerja di perahunya jadi memerhatikan. Mereka heran melihat ada gadis cantik yang naik perahu tanpa mendayung.

Beberapa nelayan yang tidak berbaju itu saling pandang ketika Aninda Serunai mendatangi mereka, yang perahunya juga sama-sama sedang naik ke pantai.

“Mohon maaf, Ki. Aku tersesat di lautan lalu memilih mendarat di sini. Aku kini sedang berada di daerah mana?” kata Aninda Serunai bertanya dengan santun seraya tersenyum ramah.

Untung para nelayan itu adalah lelaki yang sudah menjelang tua, jadi mereka akan malu sendiri jika mencoba-coba genit terhadap gadis cantik jelita berbibir merah tersebut.

“Ini Pantai Kutukelang di Kadipaten Rempal. Ini wilayah Kerajaan Pajajakan, Nisanak,” jawab lelaki kurus tapi berotot keras.

“Apakah ibu kota kadipaten jauh dari sini, Ki?” tanya Aninda lagi.

“Waaah, aku tidak pernah ke ibu kota kadipaten, Nisanak. Maklum, nelayan sejati. Bisa sekarat aku jika meninggalkan laut dan pantai,” kilah si aki seraya mengerenyit tanpa menahan rasa sakit. Dia lalu menengok kepada rekannya yang sedikit lebih muda.

“Ibu kota kadipaten itu Kota Rempong. Aku dulu ke sana jalan kaki selama dua hari. Ke arah selatan. Di sisi selatan ada jalan utama, ikuti saja jalan itu. Jalan itu tidak putus sampai ke Ibu Kota,” kata nelayan satunya.

“Terima kasih, Ki,” ucap Aninda seraya tersenyum, menunjukkan bahwa dia senang mendapat petunjuk dari mereka.

“Sama-sama, Nisanak,” ucap para nelayan itu.

Aninda lalu berbalik pergi untuk meninggalkan pantai. Dia tidak peduli lagi dengan perahunya yang tidak ditambatkan. Perahu itu akhirnya terseret kembali ke laut, setelah ombak beberapa kali menariknya dari pasir.

“Perahunya hanyut!” seru salah satu dari nelayan itu.

“Cepat ambil, lumayan untuk dijual!” seru yang lain.

“Jangan, itu perahunya. Selamatkan saja lalu tambatkan, mungkin nisanak itu akan datang lagi mencari perahunya,” kata nelayan tertua yang berhati sehat.

“Sepertinya dia orang sakti dari pulau.”

“Sepertinya. Jangan-jangan dia dari Pulau Kesepian.”

“Ah, tidak mungkin. Penghuni Pulau Kesepian hanya Pendekar Tanpa Nyawa.”

“Mungkin saja wanita itu putrinya.”

“Ah, tidak mungkin. Pendekar Tanpa Nyawa sudah tidak bisa hamil. Sudah jamuran.”

Itulah sekelumit dialog para nelayan sepeninggal Aninda Serunai.

Singkat punya cerita.

Aninda Serunai akhirnya tiba di ibu kota Rempong dengan menunggangi kuda. Dia mendapatkan kuda dengan cara jahat, yaitu membegal seorang tidak dikenal. Dengan berkuda, Aninda hanya membutuhkan setengah hari perjalanan untuk sampai di Kota Rempong. Namun, dia tiba di kala malam.

Aninda memiliki tujuan yang jelas. Jadi dia tidak perlu repot-repot mencari penginapan untuk bermalam. Tujuan jelasnya adalah mendatangi kediaman Adipati Rempah Alot.

“Ini sudah malam, Nisanak. Kembalilah. Gusti Adipati tidak menerima tamu di saat malam hari,” kata prajurit jaga di gerbang halaman kediaman sang adipati, ketika Aninda menyampaikan tujuannya.

Tuk!

“Aaakkk!” jerit prajurit itu tiba-tiba saat satu totokan Aninda tiba-tiba mendarat di tengah dadanya.

Si prajurit seketika jatuh sambil terus menjerit memegangi dadanya yang sulit dia pegangi.

Apa yang dialami si prajurit mengejutkan rekan satu posnya dan rekan-rekannya yang berjaga di titik lain.

Prajurit lain di pos gerbang halaman itu segera cabut pedang.

Dengan gerakan yang tenang tanpa merasa terancam oleh para prajurit yang menghunus pedang, Aninda menginjak kepala prajurit yang jerit kesakitannya berkepanjangan.

“Sampaikan kedatanganku kepada Adipati atau aku membunuh kalian semua,” kata Aninda Serunai datar dan dingin.

Para prajurit yang hendak menyerang dengan pedangnya jadi menahan gerakannya karena melihat rekan mereka terancam mati.

“I-i-iya,” ucap prajurit rekan tergagap. Dia lalu berbalik dan berlari pergi.

Sementara itu, belasan prajurit yang datang mengepung posisi Aninda. Namun, mereka tidak menyerang, mereka menunggu hasil dari kepergian rekan mereka kepada Adipati Rempah Alot.

Keheningan dan ketegangan terjadi karena Aninda pun tidak mau bicara sekedar basa dan basi, apalagi sekedar merumpi.

“Aaakkk!” jerit si prajurit yang kepalanya diinjak. Meski Aninda sekedar meletakkan kaki kanannya ke sisi wajah, tetapi dia terus menjerit.

Sebenarnya prajurit itu kesakitan bukan karena injakan, tetapi karena sakit pada badannya usai ditotok oleh Aninda. Sakit itulah yang terus menyiksanya.

“Ada apa ini?” tanya seorang prajurit gagah yang datang telat. Prajurit gagah yang berusia separuh baya itu adalah Komandan Benik Injek. Dialah penanggung jawab keamanan di kediaman Adipati Rempah Alot.

“Wanita asing ini membuat keributan karena kami minta dia pergi,” jawab salah satu prajurit yang juga tadi melayani keperluan Aninda.

“Nisanak, siapa kau?” tanya Benik Injek kepada Aninda.

“Hanya junjunganmu yang boleh mengetahui siapa aku. Jika kalian mempersulit aku untuk bertemu Adipati, maka jangan menangis jika kalian mati di tanganku.”

Panas telinga dan hati Benik Injek mendengar kata-kata Aninda yang berujung ancaman. Dia pun marah melihat anak buahnya diinjak sedemikian hinanya.

“Lepaskan anak buahku. Kami juga bisa tega bertindak keras kepada wanita muda sepertimu,” kata Benik Injek.

“Kita tunggu kabar dari dalam. Jika Adipati menolak bertemu denganku, maka kau yang akan aku bunuh pertama kali,” kata Aninda.

Dug!

“Hekhr!” keluh prajurit yang diinjak saat Aninda memindahkan kakinya dan ganti menendang lambungnya.

Meski tendangan itu menyakitkan, tetapi jeritan si prajurit yang berkepanjangan jadi berkependekan dan berhenti. Rasa sakit yang menyiksa dalam tubuhnya mendadak lenyap.

Prajurit itu segera mengesot mundur menjauhi Aninda. Dia lalu bangkit di antara rekan-rekannya. Dia jadi ketakutan terhadap Aninda Serunai.

Setelah ketegangan dan keheningan berlalu cukup lama, akhirnya prajurit yang pergi melapor ke dalam rumah utama kini datang kembali.

“Gusti Adipati tidak mau bertemu denganmu. Pulanglah, Nisanak!” kata prajurit itu agak membentak.

Sets!

“Hekrr!”

Setelah perkataan prajurit itu, Aninda Serunai tiba-tiba menusukkan tangan kirinya ke ruang kosong di depan badannya.

Hasilnya, Komandan Benik Injek mengeluh seraya membungkuk sembari memegangi perutnya. Wajahnya yang diterpa bias api obor penerang mendadak memerah kelam dan sepasang matanya merah berair.

Dari perut yang dipegangi oleh Benik Injek mengucur darah yang menetes deras.

“Komandan Benik!” sebut beberapa prajurit terkejut saat melihat ada darah yang mengucur.

Ternyata tusukan tangan Aninda menjadi pedang gaib yang bisa menusuk tanpa menyentuh korban sedikit pun.

Sepertinya Aninda merealisasikan ancamannya yang akan pertama membunuh Benik Injek jika Adipati menolak menemui tamunya itu.

“Serang!” teriak seorang prajurit lantang berkomando.

Maka belasan prajurit itu serentak bergerak dengan pedang di tangan kanan dan perisai di tangan kiri. Mereka menyerang Aninda secara bersamaan. (RH)

Terpopuler

Comments

Umar Muhdhar

Umar Muhdhar

5

2024-11-09

1

•§͜¢•❤️⃟Wᵃf로스미아✰͜͡v᭄ℜ𝔬𝔰ˢ⍣⃟ₛ

•§͜¢•❤️⃟Wᵃf로스미아✰͜͡v᭄ℜ𝔬𝔰ˢ⍣⃟ₛ

kejam juga ya aninda.. harusnya tuh cewek lemah lembut 🤭

2024-10-21

1

☠️⃝⃟𝑽𝑨𝙊𝙚૨αɳ𝙜𝕻𝖓𝖉𝓐𝔂⃝❥

☠️⃝⃟𝑽𝑨𝙊𝙚૨αɳ𝙜𝕻𝖓𝖉𝓐𝔂⃝❥

sepertinya itu perahu menggunakan tenaga matahari....jadi tanpa dayung pun ttp melaju indah laksana air mengalir diselokan😁😁😁🙏🙏🙏🙏

2024-09-03

2

lihat semua
Episodes
1 Raab 1: Penghuni Pulau Kesepian
2 Raab 2: Racun Mimpi Buruk
3 Raab 3: Kembali Sakti
4 Raab 4: Pulang Bersama Gimba
5 Raab 5: Ratu dan Permaisuri
6 Raab 6: Tuduhan Prabu Dira
7 Raab 7: Pembunuh Ratu Ani
8 Raab 8: Efek Mertua
9 Raab 9: Kebangkitan Ratu Ani
10 Raab 10: Hukuman Permaisuri Mata Hijau
11 Raab 11: Titah Prabu Dira
12 Raab 12: Permaisuri Pedang Hilang
13 Raab 13: Dua Pendekar Sombong
14 Raab 14: Undangan Adipati
15 Raab 15: Pendekar Berkumpul
16 Raab 16: Adipati Rempah Alot
17 Raab 17: Gadis Cantik Baju Ungu
18 Raab 18: Aninda Bertamu
19 Raab 19: Pertarungan Perdana Aninda
20 Raab 20: Adipati Menusuk Aninda
21 Raab 21: Sakti yang Takluk
22 Raab 22: Tugas untuk Adipati
23 Raab 23: Mendayung Malam
24 Raab 24: Pelampiasan Prabu Dira
25 Raab 25: Dagelan Jarum Gadis
26 Raab 26: Menang Bawa Petaka
27 Raab 27: Tipuan Cempaka Air
28 Raab 28: Pemenang Babak Kedua
29 Raab 29: Kelicikan Cempaka
30 Raab 30: Kesaktian Aji Ronggoloyo
31 Raab 31: Kemenangan Pendekar Sombong
32 Raab 32: Kenyot Sedot Otot
33 Raab 33: Enam Selendang Dewi
34 Raab 34: Kesaktian Akar
35 Raab 35: Abang Kintir
36 Raab 36: Kentang Kebo
37 Raab 37: Siksaan untuk Aji
38 Raab 38: Cantik Versus Gemuk
39 Raab 39: Duel Dua Kakek Sakti
40 Raab 40: Fans Fanatik
41 Raab 41: Serangan Tiba-Tiba
42 Raab 42: Mengejar Ati Urat
43 Raab 43: Mengeroyok Ati Urat
44 Raab 44: Ratu Yuo Kai
45 Raab 45: Tawaran Ratu Abadi
46 Terpalan 1: Kesepakatan Saudara Seperguruan
47 Terpalan 2: Petunjuk Menuju Abadi
48 Terpalan 3: Kematian di Dua Tempat
49 Terpalan 4: Abang Bertemu Joko
50 Terpalan 5: Hadangan di Atas Jembatan
51 Terpalan 6: Seteru Atas Jembatan
52 Terpalan 7: Dua Desa Pendekar
53 Terpalan 8: Bertemu Kakek Sakti
54 Terpalan 9: Misi Pembunuhan
55 Terpalan 10: Pasukan Buaya Samudera
56 Terpalan 11: Senyumi Awan
57 Terpalan 12: Kedatangan Ratu Alma
58 Terpalan 13: Dagelan Kebakaran
59 Terpalan 14: Menghajar Pasukan Kademangan
60 Terpalan 15: Mengkudeta Demang Awok
61 Terpalan 16: Kabar Kejutan Dari Ratu
62 Terpalan 17: Nenek Liang Kubur
63 Terpalan 18: Warung Pepes Jengkol
64 Terpalan 19: Melayani Kentang Kebo
65 Terpalan 20: Pasukan Kademangan Hancur
66 Terpalan 21: Dua Kepala Desa Dibunuh
67 Terpalan 22: Tiga Si Pedang Panjang
68 Terpalan 23: Membantai Warga Desa Punten
69 Terpalan 24: Izin Pemegang Izin
70 Terpalan 25: Paku Darah Perjaka Murni
71 Terpalan 26: Ratu Yuo Kai Terkejut
72 Terpalan 27: Teror di Pasir Langit
73 Terpalan 28: Mati Kedua, Bangkit Kedua
74 Terpalan 29: Begal Nol Aksi
75 Terpalan 30: Insiden di Kedai Sederhana
76 Terpalan 31: Langkah Seribu Tiga
77 Terpalan 32: Dihadang Tiga Putra Demang
78 Terpalan 33: Nyai Demang Rame Getah
79 Terpalan 34: Kelompok Pembunuh Datang
80 Terpalan 35: Kelompok Pembunuh Menghilang
81 9P 1: Buaya Samudera Masuk Istana
82 9P 2: Sembilan Pendekar
83 9P 3: Laporan Nyai Demang
84 9P 4: Kelompok Kutu Aksoro
85 9P 5: Anggota Kedua Belas
86 9P 6: Misi Gagal
87 9P 7: Menghentikan Lari Kutu
88 9P 8: Berakhir di Sungai
89 9P 9: Membakar Desa
90 9P 10: Serangan Rumah Api
91 9P 11: Tiga Lawan
92 9P 12: Una Rakang vs La Pontong
93 9P 13: Burung Terakhir
94 9P 14: Bayi Asap Ungu
95 9P 15: Pedang Panjang vs Pedang Tumpul
96 9P 16: Syarat Restu Permaisuri Serigala
97 9P 17: Pasukan Topeng Merah
98 9P 18: Kademangan Kumisanak
99 9P 19: Kelompok Wedang Ketek
100 9P 20: Ketek Jatuh Cinta
101 9P 21: Ungkapan Cinta Ketek
102 9P 22: Jebakan Jala Buaya
103 9P 23: Perjuangan Akhir Wedang Ketek
104 9P 24: Sempurna Ani Saraswani
105 Kabar Getir dari Om
106 Pengumuman: Pendekar Sanggana Lanjut
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Raab 1: Penghuni Pulau Kesepian
2
Raab 2: Racun Mimpi Buruk
3
Raab 3: Kembali Sakti
4
Raab 4: Pulang Bersama Gimba
5
Raab 5: Ratu dan Permaisuri
6
Raab 6: Tuduhan Prabu Dira
7
Raab 7: Pembunuh Ratu Ani
8
Raab 8: Efek Mertua
9
Raab 9: Kebangkitan Ratu Ani
10
Raab 10: Hukuman Permaisuri Mata Hijau
11
Raab 11: Titah Prabu Dira
12
Raab 12: Permaisuri Pedang Hilang
13
Raab 13: Dua Pendekar Sombong
14
Raab 14: Undangan Adipati
15
Raab 15: Pendekar Berkumpul
16
Raab 16: Adipati Rempah Alot
17
Raab 17: Gadis Cantik Baju Ungu
18
Raab 18: Aninda Bertamu
19
Raab 19: Pertarungan Perdana Aninda
20
Raab 20: Adipati Menusuk Aninda
21
Raab 21: Sakti yang Takluk
22
Raab 22: Tugas untuk Adipati
23
Raab 23: Mendayung Malam
24
Raab 24: Pelampiasan Prabu Dira
25
Raab 25: Dagelan Jarum Gadis
26
Raab 26: Menang Bawa Petaka
27
Raab 27: Tipuan Cempaka Air
28
Raab 28: Pemenang Babak Kedua
29
Raab 29: Kelicikan Cempaka
30
Raab 30: Kesaktian Aji Ronggoloyo
31
Raab 31: Kemenangan Pendekar Sombong
32
Raab 32: Kenyot Sedot Otot
33
Raab 33: Enam Selendang Dewi
34
Raab 34: Kesaktian Akar
35
Raab 35: Abang Kintir
36
Raab 36: Kentang Kebo
37
Raab 37: Siksaan untuk Aji
38
Raab 38: Cantik Versus Gemuk
39
Raab 39: Duel Dua Kakek Sakti
40
Raab 40: Fans Fanatik
41
Raab 41: Serangan Tiba-Tiba
42
Raab 42: Mengejar Ati Urat
43
Raab 43: Mengeroyok Ati Urat
44
Raab 44: Ratu Yuo Kai
45
Raab 45: Tawaran Ratu Abadi
46
Terpalan 1: Kesepakatan Saudara Seperguruan
47
Terpalan 2: Petunjuk Menuju Abadi
48
Terpalan 3: Kematian di Dua Tempat
49
Terpalan 4: Abang Bertemu Joko
50
Terpalan 5: Hadangan di Atas Jembatan
51
Terpalan 6: Seteru Atas Jembatan
52
Terpalan 7: Dua Desa Pendekar
53
Terpalan 8: Bertemu Kakek Sakti
54
Terpalan 9: Misi Pembunuhan
55
Terpalan 10: Pasukan Buaya Samudera
56
Terpalan 11: Senyumi Awan
57
Terpalan 12: Kedatangan Ratu Alma
58
Terpalan 13: Dagelan Kebakaran
59
Terpalan 14: Menghajar Pasukan Kademangan
60
Terpalan 15: Mengkudeta Demang Awok
61
Terpalan 16: Kabar Kejutan Dari Ratu
62
Terpalan 17: Nenek Liang Kubur
63
Terpalan 18: Warung Pepes Jengkol
64
Terpalan 19: Melayani Kentang Kebo
65
Terpalan 20: Pasukan Kademangan Hancur
66
Terpalan 21: Dua Kepala Desa Dibunuh
67
Terpalan 22: Tiga Si Pedang Panjang
68
Terpalan 23: Membantai Warga Desa Punten
69
Terpalan 24: Izin Pemegang Izin
70
Terpalan 25: Paku Darah Perjaka Murni
71
Terpalan 26: Ratu Yuo Kai Terkejut
72
Terpalan 27: Teror di Pasir Langit
73
Terpalan 28: Mati Kedua, Bangkit Kedua
74
Terpalan 29: Begal Nol Aksi
75
Terpalan 30: Insiden di Kedai Sederhana
76
Terpalan 31: Langkah Seribu Tiga
77
Terpalan 32: Dihadang Tiga Putra Demang
78
Terpalan 33: Nyai Demang Rame Getah
79
Terpalan 34: Kelompok Pembunuh Datang
80
Terpalan 35: Kelompok Pembunuh Menghilang
81
9P 1: Buaya Samudera Masuk Istana
82
9P 2: Sembilan Pendekar
83
9P 3: Laporan Nyai Demang
84
9P 4: Kelompok Kutu Aksoro
85
9P 5: Anggota Kedua Belas
86
9P 6: Misi Gagal
87
9P 7: Menghentikan Lari Kutu
88
9P 8: Berakhir di Sungai
89
9P 9: Membakar Desa
90
9P 10: Serangan Rumah Api
91
9P 11: Tiga Lawan
92
9P 12: Una Rakang vs La Pontong
93
9P 13: Burung Terakhir
94
9P 14: Bayi Asap Ungu
95
9P 15: Pedang Panjang vs Pedang Tumpul
96
9P 16: Syarat Restu Permaisuri Serigala
97
9P 17: Pasukan Topeng Merah
98
9P 18: Kademangan Kumisanak
99
9P 19: Kelompok Wedang Ketek
100
9P 20: Ketek Jatuh Cinta
101
9P 21: Ungkapan Cinta Ketek
102
9P 22: Jebakan Jala Buaya
103
9P 23: Perjuangan Akhir Wedang Ketek
104
9P 24: Sempurna Ani Saraswani
105
Kabar Getir dari Om
106
Pengumuman: Pendekar Sanggana Lanjut

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!